9. Ancaman

551 121 16
                                    

Kini aku hanya bisa menunduk takut saat ibu menatapku dengan tatapan selidiknya. Sebelumnya ia sempat bertanya padaku, apakah aku menyukai Seokjin?, jika iya. Ia memintaku untuk tak menyukainya.

Sepertinya ibu benar benar sangat menyukai paman Seokjin sampai ia menyuruhku seperti itu.

"Kau mengertikan apa maksudku?. Aku sangat menyukai Seokjin jadi aku harap kau tak membalas perasaannya jika ia menyatakan perasaannya padamu"

Aku mengangguk dengan bodoh. Rasanya aku ingin berteriak di depan wajah ibu bahwa Seokjin tak menyukainya bahkan sampai kapanpun itu. Yang menyukainya hanyalah ayah, Kim Taehyung.

Ku lihat ibu mulai tersenyum simpul lalu pergi dari hadapanku. Tepat saat ibu sudah pergi, seseorang tiba tiba saja menepuk bahuku dari belakang hingga membuatku berbalik dengan spontan.

"Taehyung"

Aku terkejut bukan main saat mendapati bahwa ayahlah yang menepuk bahuku tadi. Dengan gugup, aku mengubah raut wajahku lalu tersenyum simpul kepadanya.

"Apa yang di katakan Yoonie padamu?"

Bukannya membalas senyumanku, ayah malah menatapku tajam sembari menanyakan hal yang di katakan ibu kepadaku.

"Bukan apa apa"

"Benarkah?. Bukannya dia menyuruhmu untuk tak membalas perasaan Seokjin.... Hah, dia memang benar benar bodoh. Sudah jelas lelaki itu tak menyukainya tapi dia malah bersikap memiliki dengan menyuruhmu seperti itu. Jika kau menyukai Seokjin, balas saja perasa--"

"Tidak. Aku tak menyukainya"

Dengan cepat aku menyela ucapan ayah sembari menggelengkan kepalaku, menepis apa yang di pikirkan ayah tentang perasaanku pada Seokjin.

Yang benar saja. Aku tak mungkin menyukai paman Seokjin. Di masa depan, paman Seokjin sudah berusia 43 tahun dan aku masih 17 tahun. Gila kan.

"Oh begitu. Ku pikir kau menyukainya. Hmmm, kau sudah makan siang belum?, kalau belum, kau mau makan siang bersamaku?"

Ayah lalu tersenyum lebar kepadaku setelah mengajakku untuk makan siang dengannya dan dengan cepat aku mengangguk, mengiyakan ajakannya.

.

Di sinilah aku sekarang, di kantin bersama ayahku Kim Taehyung dan Jungkook yang tengah memandangi ayah dengan raut wajah dan mata yang berbinar.

"Kenapa temanmu melihatku seperti itu?. Apa ada yang aneh denganku?"

Ayah berbisik kepadaku, terlihat jelas ia risih di pandangi oleh Jungkook yang duduk di seberang mejaku.

Tak ingin membuat ayahku risih, dengan cepat aku memukul lengan Jungkook hingga membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Aww, ya. Kenapa kau memukulku?"

Jungkook menatapku, protes namun aku hanya mengedikkan bahu acuh lalu menyantap makan siangku yang di pesankan ayah tadi.

"Dasar, menyebalkan"

Aku acuh saat mendengar Jungkook yang bergumam. Setelahnya ku lihat Jungkook juga sudah menyantap makananya dan acuh dengan ayahku.

Dasar.

"Boleh bergabung dengan kalian?"

Baru saja aku ingin menelan makananku yang sudah ku kunyah, namun saat mendengar suara itu, rasanya menelan makanan ku tadi sangat sulit hingga aku harus meminum air agar makannya turun ke lambungkan.

Jika kalian berpikir bahwa itu paman Seokjin, kalian salah. Dia paman Jimin yang sudah duduk di sampingku tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang