Prolog

112 20 3
                                    

Durrz!

Kilatan petir dan derasnya hujan menemani malam daerah Tenjo—salah satu kota di Indonesia; tepatnya di Bogor. Saat ini waktu menunjukkan pukul 23.54 WIB tinggal beberapa menit lagi maka hari akan berganti.

“Lalala mengapa kau cantik sekali? lalala ahahaha ....” Seorang pria paruh baya berambut hitam, berkumis tebal, dan berjanggut, penampilannya sangat berantakan, seperti orang yang tidak pernah mengurus diri.

“Lalala kau cantik sekali Lusi ahahaha ....”

Pria itu terus menyanyikan lagu ciptaannya untuk sang kekasih yang keberadaannya tidak diketahui sang istri. Pria itu sudah kehabisan uang, karena itu ia diusir dari bar tempatnya mabuk dan berjudi. Sambil membawa sebotol alkohol yang isinya tinggal setengah, pria itu terus menyanyikan lagu kebanggaannya.

Kriet

Tak butuh waktu lama sekarang pria itu sudah sampai di apartemen tempatnya dan istrinya tinggal. “Aku pulang,” kata pria itu. Namun tidak ada ucapan selamat datang dari sang istri,  keadaan rumahnya pun sangat gelap.

“Maya! Maya, aku sudah pulang! Kenapa rumah kita gelap sekali? Kau tidak lupa membayar listrik, ‘kan?!” Pria itu berteriak keras, tidak peduli jika teriakannya akan mengganggu tetangganya. Namun lagi-lagi istrinya tidak respons. Pria itu berjalan lunglai karena mabuk, mencari tombol lampu agar lebih mudah melihat.

Clek Clek

Sudah beberapa kali pria itu menekan tombol lampu, tapi lampu rumahnya tetap tidak menyala. “Apa ini? Pemadaman listrik? Atau dia memang lupa membayar listrik? Hahh ... dia ini sedang apa, sih?!”

Karena belum juga mendapat respons, pria itu memutuskan untuk mencari istrinya ke kamar tidur. Mungkin saja istrinya sudah tidur.

“Maya, kau dengar tidak?! Kalau kau tidak menjawab, aku akan pergi bersama Lusi.” Ancamannya percuma, istrinya tetap tidak menjawab. Anehnya, semakin dekat ia dengan ruangan yang dituju, semakin tercium bau amis dari kamarnya.

Kriet

Dibukanya perlahan pintu kamar yang tidak terkunci. Sangat gelap hampir tak terlihat apa pun, tapi ia masih bisa melihat bahwa kamarnya sangat berantakan berkat cahaya di luar karena gorden jendelanya yang tidak ditutup. “Maya,” panggilnya. Namun kali ini ia tidak berteriak.

Durrz!

Lagi-lagi petir menyambar. Samar-samar terlihat bayangan seseorang yang terbaring di lantai. “Ma-Maya? Kau kah itu? Ke-kenapa kau tidur di lantai?” Rasa takut mulai menyelimutinya, bau amis darah semakin tercium jelas di hidungnya.

“A-apa ini?” Tiba-tiba kakinya menginjak cairan aneh yang tergenang hampir ke seluruh lantai di kamarnya.

Durrz!

Bersamaan dengan kerasnya bunyi petir, kini ia tahu siapa sosok yang tertidur di lantai itu.

“MAYA!” Ia sangat terkejut melihat keadaan istrinya yang terkapar dan dipenuhi darah; dan cairan yang ia injak tadi adalah darah istrinya.

“Maya, sadarlah! Kumohon maafkan aku ... maafkan aku ....” Sambil memeluk tubuh istrinya yang sudah tidak bernyawa, pria itu terus memintaa maaf karena dirinya memiliki wanita lain.

“May—” Tiba-tiba sebuah benda dingin dan tajam menyentuh lehernya, membuat pria itu menghentikan ucapannya.

“Aku mendapatkanmu.”


TBC

Thankyou semuanya yang uda bersedia menyempatkan waktunya untuk membaca dan voment cerita ini^^
Maap jika typo bertebaran:)

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang