Epolog

44 13 3
                                    

Embusan angin menerpa surai hitam milik seorang pria yang sekarang sedang memandangi makan seseorang. Seseorang yang sangat disayanginya. Saudara kembarnya yang meninggal delapan tahun yang lalu.

“Bagaimana kabarmu, Rei? Aku harap kau terlahir di alam bahagia,” ucap pria itu yang tak lain adalah Raihan yang sudah dewasa. Operasi yang dijalaninya delapan tahun yang lalu berjalan sukses, walau sampai sekarang ia masih harus mengkonsumsi beberapa obat-obatan.

“Maaf, dan terima kasih atas segalanya.” Raihan tersenyum getir memandangi makam saudaranya.

“Hari ini Gabriel dan Ria akan menikah, lalu bulan depan giliranku dan Erin yang menikah.” Raihan tersenyum. Mau tak mau ia harus menerima kenyataan bahwa adiknya lah yang menyelamatkan hidupnya. Awalnya ia tidak terima, bahkan hampir bunuh diri. Tapi untungnya teman-temannha berhasil mencegahnya.

“Rai,” panggil Erin. Raihan berbalik, menghadap Erin. Mengerti maksud kekasihnya, Raihan segera berpamitan dengan makam saudaranya.

“Aku pergi dulu, ya, Rei.” Setelah berpamitan mereka berdua pergi menghadiri resepsi pernikahan kedua sahabatnya yang langgeng itu.

“Bagaimana dekorasinya?”

“Hidangannya? Apa semua menunya sudah siap?”

“Di mana kue pernikahannya? Kapan kuenya sampai?”

“Erin, cepat pakai gaunmu, dan rias wajahmu.” Sekarang semua orang sedang sibuk mempersiapkan pernikahan Raihan dan Erin.

“Erin, di mana suamimu?”

“Sedang ganti baju, Bi.”

“Apa? Masih belum selesai juga?

“Ah,aku akan mengeceknya,” kata Gabriel. Kemudian ia pergi menuju ruang ganti pria tempat sahabatnya berganti pakaian.

Tok Tok ...


“Rai, kau di dalam? Aku masuk, ya.”

Kriet

“Rai, kau sudah selesai? Semuanya sudah menunggu.” Terlihat sosok sahabatnya yang sedang duduk memandangi dirinya sendiri di depan cermin.

“Kau kenapa, Rai?” tanya Gabriel.

“Ah, aku tidak apa-apa. Cuma agak gugup saja,” jawab Raihan.

“Tenang saja, semuanya pasti berjalan lancar.”

Raihan mengangguk, kemudian bertanya, "Bagaimana penampilanku?”

Gabriel mengacungkan kedua jempolnya. Mereka saling melempar senyum, kemudian menuju aula resepsi. Dan acara pun di mulai. Pernikahan mereka berjalan cukup meriah. Mulai dari teman dan kakak asuhnya di panti asuhan, teman mereka di sekolah dasar, SMP, SMA, dan universitas.

“Selamat atas pernikahan kalian, semoga kalian cepat diberkahi anak.”

“Terima kasih, silakan menikmati hidangannya.”

“Erin!” Satu lagi sahabat Erin yang juga merupakan teman Raihan saat di SMP namun mereka tidak satu sekolah saat SMA. “Akhirnya kau menikah! Selamat, ya, akhirnya kau menikah dengan orang yang tidak peka ini! Semoga kau bahagia!”

“Hei, apa maksudmu 'semoga bahagia'? Kau pikir aku tidak bisa membahagiakannya?” ucap Raihan tidak terima.

“Ahaha ... soalnya Erin sengaja masuk SMA dan universitas yang sama denganmu, tapi kau baru menjadikannya kekasih satu tahun yang lalu. Ah, aku kagum padamu, Erin. Kau setia sekali, apa kau tidak bisa move on dari orang ini?”

“Fatma, kenapa kau bicara begitu, sih?” Rona merah mulai terlihat di pipi Erin.

“Memang kenyataannya seperti itu, 'kan?” orang bernama Fatma itu mang serba tahu tentang Erin.

“Fatma, ja—”

“Kenapa? Ada yang salah? Tidak, 'kan?”

Erin tak bisa mengelak, semua yang dikatakan Fatma memang benar. Erin memang sengaja masuk ke sekolah yang sama dengan Raihan agar mereka bisa menjadi lebih dekat, dan akhirnya keinginannya terwujud. Sekarang ia akan menjadi istri sah laki-laki idamannya.

“Mama, kenapa papa lama sekali?” tanya seorang anak perempuan pada ibunya. Anak itu berambut pendek dan dikuncir dua.

“Tunggu sebentar, ya, sayang. Papa sedang mencari kunci mobil,” jawab sang ibu yang tak lain adalah Erin. Anak lima tahun itu namanya Ayu, anak pertama Erin dan Raihan.

“Ketemu!” Raihan berteriak seraya berlari ke arah istri dan anaknya.

“Ada di mana kuncinya?” tanya Erin.

“Mmm ... di dalam saku celanaku. Maaf aku lupa.” Erin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya.

“Ayo, Ayu mau jalan-jalan kemana?” tanya Raihan pada anaknya.

“Ancol!” jawab Ayu penuh semangat.

“Baiklah, ayo!” Mereka sangat bahagia, bernyanyi bersama menggantikan radio mobilnya yang rusak. Raihan berharap keluarganya akan selalu bahagia seperti ini. Ia tidak mau anaknya mengalami hal yang sama seperti apa yang dialaminya.

Gabriel dan Ria juga mempunyai dua anak, dan Ria benar-benar dibuat repot oleh kedua anaknya. Lalu Linda? Ia juga sudah menikah dengan  laki-laki yang kebetulan bekerja di tempat yang sama dengannya, dan sekarang ia sedang hamil. Irfan juga sudah menemukan pasangan, dan sebentar lagi akan menikah. Ending yang cukup baik, bukan?

Sejauh apa pun jarak memisahkan. Selama apa pun waktu memisahkan.
Sekali keluarga maka akan tetap menjadi keluarga.

Jika ia melakukan kesalahan, maafkanlah. Jangan sampai kau menyesal di kemudian hari. Jangan sampai amarah mengalahkan perasaan.

Sesungguhnya terlahir ke dunia ini adalah sebuah keadilan yang Tuhan berikan. Segala yang terjadi di dunia ini sudah sesuai dengan karma baik dan buruk yang dilakukan.

Percayalah.
Aku akan selalu menyayangimu.



End

Akhirnya epilog (〃∀〃)
Terima kasih untuk yang sudah membaca sampai akhir^^
Gomen jika typo bertebaran, untuk yang lebih rapi silakan beli bukunya di online shop guepedia^^
Jangan lupa tinggalkan jejak:D

MirrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang