02 - I'm sorry

78 9 0
                                    

Setelah makan siang, Raena memutuskan untuk pergi ke halaman depan rumahnya. "Seperti ini, ya. Suasananya sejuk sekali."

"Loh, Raena?" Mendengar namanya disebut, Raena menoleh. "Apa yang kau lakukan diluar sayang? Udara dingin, tidak baik untuk kesehatan mu."

Raena tersenyum, "tidak apa-apa ibu, sesekali menikmati udara sejuk seperti ini harus dilakukan. Apalagi orang seperti ku yang sibuk jarang sekali menghirup udara segar."

Mendengar kata 'sibuk' membuat sang Ibu menghela napas. "Maafkan ibu, ya. Kau jadi harus mati-matian bekerja dan melewatkan masa sekolah mu bersama teman-teman."

Jiwa Yunhee merasa iba dengan Raena, sepertinya gadis itu mengalami masa-masa sulit. Itu makanya tuhan menggantikan dirinya. Mencoba untuk mencairkan suasana sendu, Raena tersenyum lebar. "Tidak perlu minta maaf, aku melakukannya untuk ayah, ibu dan juga Rae."

Ibunda Raena menepuk pundak anaknya, "bersabar lah sedikit, sebentar lagi Beomgyu akan membantumu dalam pekerjaanmu, hm?"

Raena mengangguk, "iya bu."

-I'm back-

"Moon Raena's diary?" Yunhee mendapatkan buku diary Raena di laci meja belajar yang terkunci.

"Aku harus membacanya agar tidak dianggap aneh oleh keluarganya, Raena pasti sering menulis tentang dirinya disini. Jika aku terus bersikap yang tidak biasa di mata mereka bisa-bisa aku di curigai." Yunhee mengambil buku bersampul biru langit itu.

"Maaf Raena," Ia membuka buku tersebut.

Terlihat jelas halaman pertama, tulisan indah dari seorang gadis yang dipastikan tulisan tangan milik Raena.

Moon Raena, anak pertama dari keluarga Moon. Mempunyai adik bernama Moon Rae. Sejak ayah sakit-sakitan Raena menggantikan ayahnya, dengan kepintaran yang turun dari sang ayah, Raena dapat menghandle pekerjaan ayahnya dengan mudah. 

"Ah, jadi sepertinya ini masalahnya." Yunhee berucap, lalu kembali membuka lembaran kedua.

Hai, Min Yunhee.

Baris pertama, namanya terpampang jelas disana. Ia bingung. Sebelumnya ia tidak pernah menyapa gadis itu, hanya sekedar melihatnya. Ia mengetahuinya saat Beomgyu memberikannya undangan pernikahan. Karena rasa penasarannya meningkat, ia kembali membaca tulisan Raena.

Kau pasti bingung 'kan? Sebenarnya waktu kita tertukar.

Alis berkerut, sungguh, Yunhee tidak mengerti maksud Raena.

Aku memang tidak pandai dalam menjelaskan hal seperti ini, intinya waktu hidup mu yang tersisa sedikit waktu itu tertukar. Seharusnya aku yang pergi duluan. Tapi, mungkin sepertinya kau lupa? Saat kecil, aku tidak sengaja menyenggol mu saat berjalan di zebra cross.

Yunhee kembali mengingat, tapi ingatannya tidak kunjung kembali. "Aku lupa!" Serunya tidak tahu.

Jika melupakannya, mungkin aku harus mengungkit kembali.

"Gyu, malam ini kau sudah janji bukan membelikan white chocolate untukku?"

Beomgyu yang mendengar tersebut hanya mengangguk, "mau sekarang, Yunhee?"

Yunhee dengan senyum cerianya mengangguk. Beomgyu menarik tangannya, "kita harus melewati zebra cross dulu. Tidak apa 'kan? Sekedar menyeberang."

"Tentu," 

Ketika lampu hijau, semua orang berlalu lalang diatas jalan zebra cross, termasuk Raena. Gadis bersurai coklat tersebut berjalan sambil memegang tas kecil. Saking senangnya, ia tidak merasa bahwa sudah waktunya lampu merah.

"Awas!" 

CKITT-

BRAK!

"YUNHEE!"

Yunhee-- Raena mengingatnya. Tiba-tiba rasa sakit timbul. Ia memegang kepalanya dengan kuat. Rasa ini, rasa yang sama saat ia masih di tubuh aslinya sebelum ia ke tubuh Raena. Takut jika Ibu atau Ayah Raena datang dan melihatnya, ia terlebih dahulu menyembunyikan buku diary Raena.

Raena berdiri dari duduknya. Rasa sakit terus saja menyerangnya, ia tidak tahan lagi. Tubuhnya terasa ringan, ia tidak bisa lagi menahan. Kakinya gemetaran, hingga akhirnya..

Bruk-

Mendengar suara ribut, kepala keluarga Moon yang kebetulan melewati kamar Raena menoleh. Ia mengetuk pintu kamar anak sulungnya. "Raena, suara apa itu?" Tanyanya pelan.

Tidak ada sahutan, lelaki tua itu berteriak memanggil isterinya. Ia merasa bahwa Raena sedang tidak baik-baik saja. Selang beberapa menit, Ibu Raena datang. "Ada apa sayang?"

"Raena, ia sepertinya jatuh. Suara di dalam kamarnya berbunyi sangat keras, seolah-olah sesuatu yang berat terjatuh di lantai." Ucapnya panik.

"Astaga," dengan segera ia mengambil kunci cadangan kamar Raena. 

Cklek-

"Ya tuhan," wanita tua itu menghampiri tubuh Raena yang tidak sadarkan diri di lantai. "Raena sayang, bangun."

"Aku akan panggilkan dokter,"

Sebelum kesadaran Yunhee-- Raena hilang sepenuhnya, ia melihat wajah cemas kedua orangtua Raena di hadapannya.

Maaf Raena, aku membuat kedua orang tuamu khawatir.

-I'm back-

"Eonni!" Teriakan seorang gadis kecil membuat Raena menoleh, "kakak baik-baik saja 'kan? Kenapa harus memikirkan pekerjaan terus sih?! Rae 'kan jadi khawatir."

Raena tersenyum, ia mengelus puncak kepala adiknya. "Maaf ya, Rae. Kakak membuatmu jadi khawatir. Sekarang kakak baik-baik saja, kok."

"Raena," mendengar namanya, ia mengalihkan tatapannya ke Beomgyu. "Biarkan aku mengambil alih pekerjaan mu itu."

Dengan cepat Raena menggeleng, "tidak, selesaikan sekolah mu, kita menikah lalu kau bisa mengambil alih sebagian."

"Sebagian?" 

"Iya, sebagian. Aku juga harus mengurusnya, ti-"

Beomgyu menggeleng kuat, "tidak Raena, dengarkan aku. Kondisi mu sekarang sedang buruk dan kita tidak tahu kapan kau akan sembuh, jika tidak ada yang mengambil alih perusahaan itu untuk sementara maka aku akan mengambil alih, biarpun kau tidak mengizinkannya." Ucapnya kukuh.

Ia tidak mungkin membiarkan perusahaan ayah Raena terus saja diurus oleh sekertaris gadis itu. Lagipula ia juga ingin menambah pengetahuan tentang apa-apa saja yang akan di urusnya sebelum perusaahan keluarga Moon, ia ikut andil dalam pekerjaan Raena.

"Aku hanya kecapean, Beomgyu." Raena tersenyum, berusaha membuat lelaki itu tenang.

Melihat kekasihnya yang tidak baik-baik saja tentu membuat Beomgyu tidak tenang. Ia khawatir, sangat. Setelah kehilangan Yunhee, ia tidak ingin terjadi sesuatu apa-apa pada Raena. Kedua gadis itu berarti dalam hidupnya.

Beomgyu tanpa seucap kata pun keluar dari kamar Raena, melihat kepergian Beomgyu membuat Raena dan Rae sama-sama menoleh.

"Ka-"  baru saja Rae ingin mengejar lelaki berambut coklat tersebut, namun Raena segera mencegatnya.

"Sepertinya ia butuh sendiri, Rae temani kakak saja, ya?"

Rae kembali menatap pintu sekilas, Beomgyu sudah tidak ada. "Baiklah,"

Raena tersenyum, "senang mendengarnya. Maaf, ya."

Rae menggeleng, "tidak, kak Raena tidak perlu minta maaf."

Raena, aku sungguh minta maaf telah membuat Beomgyu dan Rae khawatir sekali padamu. Maafkan aku.

I'm back | Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang