17 - You still love me, right?

26 4 0
                                    

"HAEYA!" Teriakan Yeonjun dari jauh membuyarkan lamunannya. Ia tanpa sadar menatap Taehyun. Lelaki itu masih dengan santainya menatapnya sambil tersenyum. 

Karena masih ingin menenangkan pikiran, Haeya kembali berlari sambil memegang tangan Taehyun. Ada yang ingin ia bicarakan dengan pemuda tersebut.

"Kau kabur?" Taehyun bertanya, Haeya tidak menggubris pertanyaan Taehyun dan membuka pintu ruang klub olahraga. Membawa dirinya dan Taehyun masuk di dalam sana. 

Cklek-

"Kau menculikku?" Pertanyaan spontan Taehyun membuat Haeya menggeleng. 

"Kau punya otak?" Haeya malah bertanya balik. "Aku bukan penculik anak-anak, lagipula ada alasan mengapa aku membawa mu kesini."

"Oh, benarkah? Katakanlah." 

Haeya menyuruh Taehyun untuk duduk terlebih dahulu, "aku ingin tahu, mengapa kau mengasihani ku sampai aku terjebak?"

Taehyun menekuk alis, "maksudmu, saat kita pacaran dulu?" Haeya mengangguk sebagai balasan. "Ibu ku tahu, entah bagaimana bisa, tapi ia tahu kau akan tiada dan malah ke tubuh orang lain."

Haeya membulatkan matanya.

Jadi, Ibu Taehyun tahu? Apa Ibu Taehyun seperti ini juga?

"Kenapa hanya diam saja? Kau sedang memikirkan apa?"

Haeya masih terdiam, ia tidak mengerti. Ia pikir, hanya dirinya dan Angelina saja yang seperti ini. Meski ada juga orang lain, tapi ia tidak tahu ada juga orang terdekat mereka yang bernasib sama. 

"Kau bisa membawa ku ke Ibu mu? Aku ingin menanyakan sesuatu pada beliau," meski Taehyun sangat penasaran apa isi pikiran gadis itu, ia hanya mengangguk sebagai jawaban 'iya'.

Aku harus memberitahu Angel, karena Ibu Taehyun sudah tua, aku pikir ia lebih tahu dan lebih berpengalaman tentang hal seperti ini.

-I'm Back-

"Kau darimana saja?" Yeonjun menghampiri Haeya. Ia melihat gadis itu terdiam tanpa berniat membalas ucapannya.

"Setelah pelajaran terakhir, jangan kemana-mana. Aku ingin ke ruang osis, tunggu saja di kelas nanti aku akan memanggil mu. Ingat! Kita harus mengurus data-data mu,"

Tetap saja Haeya tidak menjawab perkataan Yeonjun, membuat pria itu menghela napas. "Baiklah, anggap saja kau mendengarkan ku."

Haeya menolehkan kepalanya, ia melihat kearah jendela. "Bisakah data keluarga diurus lain kali? Aku pikir, aku harus melakukan sesuatu sebentar."

"Jika Ibu ku berkata pulang sekolah, kita tidak bisa menolak jika sudah setuju. Karena Ibu ku tidak menyukai ingkar janji." Mendengar ucapan Yeonjun, membuat Haeya kembali terdiam. 

Mungkin lain kali, tidak harus sekarang 'kan?

Haeya menghela napas, "baiklah, aku jadi pergi. Aku akan menunggu mu di parkiran."

Yeonjun tersenyum, ia mengusap puncak kepala Haeya. "Jika hal 'itu' sangat penting bagimu. Aku harap kau bisa menyelesaikannya dengan cepat. Maaf ya,"

Haeya menggeleng, masih menatap kearah pemandangan yang ada di jendela. "Kau tidak perlu minta maaf,"

"Haeya," mendengar seseorang memanggil namanya membuat pemilik nama menoleh. "Kau dipanggil Taehyun."

"Taehyun?" Alis Yeonjun menekuk. Sementara Haeya kebingungan. 

"Baiklah, kau bisa kembali ke tempat duduk mu." Gadis di depannya mengangguk dan kembali ke tempat duduknya semula. Sementara Haeya berdiri, ingin menemui Taehyun. Tapi, sebelum gadis itu melangkahkan kakinya, ia dicegat oleh Yeonjun. 

Ekspresi Yeonjun seakan bertanya, 'sejak kapan kau dekat dengan Taehyun?'.

"Aku akan menceritakannya lain kali," setelah mengatakannya, Haeya melepaskan tangan Yeonjun dari pergelangan tangannya kemudian berjalan menuju pintu kelas.

"Ada apa?" Tanya Haeya to the point. "Ah, sebelum kau bicara, aku sepertinya tidak bisa ikut denganmu. Aku harus mengurus sesuatu, jadi rencana ketemu Ibu mu lain kali saja."

"Aku ingin membicarakan itu juga."

"Maksud mu?"

Taehyun menundukkan kepalanya, lelaki itu terlihat berusaha untuk tersenyum. "Ibu ku baru saja tiada."

"Apa?!" 

Haeya terjatuh duduk, membuat semua panik dan membantunya. Yeonjun pun ikut membantu, ia mengangkat Haeya dan membawanya ke uks. Padahal gadis itu hanya shock.

Memasuki uks, Yeonjun menatap Taehyun seakan menyuruh pemuda itu menjelaskan. "Ibu ku sudah tiada."

Yeonjun sontak kaget mendengarnya, "kapan?"

"Baru saja, aku ingin memberitahu Haeya karena ada kaitannya dengan Ibu ku. Kau paham maksud ku?" Yeonjun menganggukkan kepalanya. "Aku pikir, sepertinya Haeya shock dan stress karena kunci agar ia tidak lagi berpindah tubuh itu di Ibu ku. Katanya, Raena tidak cukup membantu meski gadis itu sudah beberapa kali berpindah tubuh."

"Aku mengerti," Yeonjun melihat kearah Haeya dengan cemas. Lelaki itu sangat khawatir dengan kondisi Haeya. Ia takut, gadis itu jatuh sakit jika terus berpikir. "Aku harap dia tidak terlalu memikirkannya."

"Aku berharap seperti itu, tetapi.."

Yeonjun mengangkat alisnya, melihat Taehyun yang menggantung ucapannya. "Aku tidak yakin jika ia tidak berhenti berpikir. Karena Haeya ingin sekali keluar dari situasi ini. Dia tidak ingin bernasib sama dengan Raena."

"Jika aku sepertinya, mungkin aku juga akan seperti itu. Tetapi, tubuh Yunhee-- maksud ku Haeya itu sangat lemah. Jadi, aku tidak boleh memaksanya untuk terus berpikir sampai lupa dengan kondisinya." 

Taehyun melirik, terlihat Haeya bangkit dari tidurnya dan duduk. "Oh, kau baik-baik saja?" Tanyanya.

Yeonjun membalikkan badannya dan menyuruh gadis itu untuk kembali berbaring. "Kau tidak boleh lelah, Haeya. Tubuhmu masih lemah,"

"Ta-" 

"Tidak ada kata tapi! Sebentar kita ada urusan, kau mau menguras tenaga mu dan membuat Ibu khawatir, huh?!"

Mau tidak mau, Haeya menuruti perkataan Yeonjun. Gadis itu kembali baring. "Taehyun, kau tidak pulang?" Tanya Haeya. Ia sadar, Ibu pemuda tersebut tiada, mengapa anaknya masih disini dan bukannya melihat pemakaman sang Ibunda?

"Ayah ku melarang, katanya aku boleh pulang saat waktu jam pulang sekolah. Lagipula, aku tidak ingin membuat Ibu ku marah disana jika harus meninggalkan pelajaran." ucapan Taehyun membuat Yeonjun dan Haeya mengangkat alis bingung.

"Tunggu, ayahmu melarang? Bukankah seharusnya kau disuruh pulang? Ayah seperti apa ayahmu itu?!" Haeya terbawa emosi. "Jika aku dirimu, aku tidak akan mendengarkannya dan tetap pulang. Ibumu adalah orangtua mu, kenapa kau dilarang untuk melihatnya terakhir kali?!"

Yeonjun memegang pundak Haeya, ia mengerti kenapa gadis itu marah. Haeya hanya merasa tidak adil jika Taehyun jadi dirinya. Haeya-- Yunhee yang sudah ditinggalkan Ayah dan Ibunya sejak kecil, merasa sakit hati jika saja ia tidak bisa melihat wajah orangtuanya terakhir kali.

"Kau benar," Taehyun tersenyum miris. "Aku harus melihat Ibu ku," tanpa berkata apa-apa lagi, pemuda dengan rambut blonde tersebut berlari keluar dari uks.

"Kau, selalu membuat orang semangat. Sementara dirimu sendiri?"

Haeya tersenyum, "tidak, aku tidak butuh semangat. Karena pada akhirnya aku akan down."

"Baiklah, terserah dirimu saja."

Haeya menyunggingkan senyuman, tangannya menggenggam tangan Yeonjun. "Maaf membuat mu khawatir."

"Sudah tugas ku sebagai kakak, jadi kau tidak perlu minta maaf."

"Aku tahu," Yeonjun terdiam. "Kau seperti ini karena masih mencintai ku 'kan?"

I'm back | Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang