Clastta’s POV
“She’s mine,” suara yang berat namun mendamaikan itu terdengar oleh telingaku. Suaranya berada tepat dibelakangku.
Oh, tidak.
Tangan Harry yang melingkar di pinggangku agak melonggar karena suara itu. Tanganku yang berada di dada kirinya terlepas dan tubuhku berbalik 90 derajat ke belakang.
Joe.
“Joe?” ucap Harry ragu. Aku yang menatap Joe tadi, langsung berbalik menatap Harry dengan wajah panik. “Kau bersama dengannya? Dalam satu apartemen?” nada suara Harry langsung meninggi. Aku terdiam seperti ada penyihir yang mengutukku untuk menjadi es.
“Ya, bersamaku. Semalaman,” jawab Joe dan maju beberapa langkah mendekat kepadaku dan Harry. “Bukannya kau sedang di atas kasur bersama Tay?” Tanya Joe dengan dingin dan bersender di dekat pintu masuk apartemen. Aku terdiam menatap Joe dengan mengerutkan kedua alisku. Dia tersenyum kepadaku.
“Clastta,” suara Harry membuatku menoleh dan kulihat kedua rahangnya mengeras artinya dia menahan emosinya. “Apa yang kau lakukan bersama bajingan ini?” tanyanya dingin dan menatap lurus kearah Joe.
“Whoa! Bajingan. Panggilan yang bagus. Terimakasih, brengsek,” ucap Joe membalikkan kata.
Harry terpancing oleh ucapan Joe dan mulai mengambil langkah. Tetapi, tubuhku cepat cepat mencegat tubuh besar Harry, “Apa yang diakatakan Joe benar, Harry,” ucapku lemah. “Your destiny are with Taylor Alisson Swift,” kataku dan tertunduk di tempatku. Harry kaget dan memotong omonganku, “Tap—,”
“And mine, is with,”
“Him,” lalu aku beralih ke pelukkan Joe.
***
“Joe, ini gila,” kataku sambil menahan kepalaku dengan kedua tanganku. “Kau tau aku mencintainya dan tak akan pernah bisa melepaskannya begitu saja bersama Tay,” lanjutku.
Joe, yang sedang memasak makanan kami melirik kearahku sebentar dan fokus ke masakannya lagi. “Dengan ini si brengsek itu akan berfikir, Clastta,” katanya, “Tapi, aku bersumpah kepadamu,” dia menatapku, “Aku-tidak-akan-pernah-merebutmu-darinya. Oke?”
“Tapi, Joe.. kau tau, aku tak bisa lepas darinya,” ucap Clastta lirih dengan mengusap rambutnya yang halus. Joe yang sedang membalik masakannya melirik kea rah Clastta yang sudah seperti manusia tanpa nyawa. “Dan kau tau, Harry tak akan bisa jauh darimu,” kata Joe.
“Dia bisa, Joe. Percayalah. Harry itu playboy. Perrie dan Eleanor pernah bercerita bahwa Harry adalah orang yang mudah berpaling dan astaga aku tidak mengerti lagi!” teriak Clastta frustasi dan mengucak-ngucak wajahnya yang berantakkan karena bangun tidur itu.
“Maaf, aku hanya memasak omelet,” ucap Joe dan memberikkan satu piring omelet kepada Clastta dan mengambil satu piring lagi untuknya. Lalu, Joe berjalan ke arah bangku disebelah Clastta. “Kau tau, Taylor itu.. hanya memakai pria untuk membuat lagu,” lanjut Joe, “Percayalah. Jika satu lagu sudah terbuat dengan latar ceritanya dia dan Harry, pasti Taylor akan menjauhi Harry,” katanya.
Clastta mendengus, “Kau tau darimana, Joe? Sungguh, tolong hilangkan sikap sok tahumu itu! Aku muak dari dulu, huh,” jawab Clastta dan memasukkan satu suap makanannya kedalam mulutnya. Joe tertawa gurih, “Kau masih sama seperti Clastta yang dulu,” katanya dengan melihat mata Clastta dengan penuh harapan, “Tapi, aku tau harapan itu tak akan pernah terwujudkan,” lanjut Joe dan membuang pandangannya lalu menyuap satu sendok makan omeletnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Styles[Sequel To Last December]
Fanfiction[FINISHED] Disini kami dipertemukan lagi. Clastta masih dengan ocehan kedua anaknya itu, tersenyum tetapi tidak. Kesedihannya tidak terlihat. Layaknya, dia tidak kenapa-kenapa. Tetapi, semuanya berubah semenjak siang itu. Semuanya terbongkar. Dilih...