Ini ada natherine moments, buat Mrs. Horan janga cemburu ya, ini kan fiksi..
p.s aku ragu masa buat nge private chapt ini.. tapi udah banyak yang follow. aku takut, kalo aku private ntar yang baca dikit HA HA:( /abg labil/
***
Niall's POV
Aku memandangi dua orang yang sedang bertengkar.
Haha, andai itu aku. Aku yakin, tidak akan memarahi Katherine seperti layaknya Avan.
Ya, kudengar, Avan dan Katherine kembali bersatu. Fhhh, jika jodoh akan bertemu, bukan? Tetapi, entah kenapa. Sekarang, mereka bertengkar. Bukan hari ini saja. Kudengar, suara isakan di kamar sebelah yang notabanenya kamar Katherine.
C'mon. Let me erase your tears, baby. Aku berani menuduh bahwa Avan-lah yang membuat gadis brunette yang cantik itu menangis. Aku pernah mendengar, jika seorang lelaki membuat seorang wanita menitikkan setetes air mata, dia akan dicambuk 100 atau 1000 kali di neraka. Entah itu benar apa tidak. Mulai sejak itu, aku tidak lagi berani untuk membuat seorang wanita kecewa dan menitikkan air mata karenaku.
Tapi, aku tau. Tidak ada yang akan menitikkan air mata untukku. Efek jomblo.
Slurrp. Ak menghirup kopi yang ada di tanganku dan masih memandangi Avan dan Katherine yang tidak mau mengalah. Aku harap mereka putus. Eh. Tidak-tidak, maksudku, bermusuhan. Loh.
Kau tau tidak? Dua hari setelah Harry kembali dari Perancis, aku merencanakan untuk meminta maaf kepada Katherine karena, aku tau kami sangat konyol saat pertama bertemu. Aku tau, aku sangat menyebalkan baginya. Tapi, menggemaskan juga, pasti. Aku tau, sebenarnya dia ingin kenal dekat denganku. Tetapi, permintaan maaf malam itu aku urungkan karena..
Aku melihatnya duduk melipat kaki di ayunan dan menatap bintang. Tidak lupa secangkir teh penghangat di tangannya. Malam ini, sudah hampir jam 12 malam tepat. Tetapi, mengapa gadis remaja itu belum tidur?
Aku memang sudah memperhatikannya di ruang tamu sedari tadi. Tak tau mau berbuat apa. Hanya memetik gitar-gitarku dengan asal-asalan tetapi, sungguh aku tidak tau. Gitar itu berhasil membuat satu nada yang mungkin.. mewakili perasaanku. Entahlah.
Aku melihat rambut coklatnya yang digerai, sweater biru toscanya yang sekali-kali dia gosok ke tangannya, celana tidur panjang berwarna pink, dan setengah wajahnya yang sedang menatap ke atas awan. Aku tersenyum melihatya, mungkin ini cinta?
Aku juga mulai mengingat-ngingat awal pertemuan kita. Sangat konyol, pikirku. Aku ingin mendekatinya. Tetapi, selalu saja gagal. Kenapa? Karena, ada Avan. Adalah saat aku berjalan, eh Avan menelfonnya. Saat aku ingin modus meminjam barang, eh dia sedang Skype-an dengan Avan. Saat aku ingin mengajaknya pergi, eh aku disuruh Clastta untuk mengajak Ashley dan Zaide jalan-jalan. Eits, yang terakhir juga ada unsur Avan-nya, loh! Ternyata, dia sudah ada janji dengan Avan untuk pergi ke suatu festifal. Kau tau betapa muaknya aku kepada mereka berdua?
Layaknya air dan minyak. Aku memang sudah tau mereka tidak bisa bersatu, tetapi mereka bisa berdampingan. Hanya dekat, tidak lebih. Sekalipun bersatu, pasti ada yang menghindar.
Aku memberanikan diri untuk mendekatinya dan sedikit mengajaknya ngobrol. Ragu tapi pasti, aku melangkah dan mendekat ke arah ayunan yang sedang memangku gadis remaja cantik itu.
"Dor! Hahaha." kataku mengagetkannya dan langsung berjalan ke sebelahnya untuk duduk. Dia hanya memandangiku dengan cemberut dan memandangi bintang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Styles[Sequel To Last December]
Fiksi Penggemar[FINISHED] Disini kami dipertemukan lagi. Clastta masih dengan ocehan kedua anaknya itu, tersenyum tetapi tidak. Kesedihannya tidak terlihat. Layaknya, dia tidak kenapa-kenapa. Tetapi, semuanya berubah semenjak siang itu. Semuanya terbongkar. Dilih...