Dua Puluh Dua

162 15 5
                                    

● ● ● P A G I ● ● ●

Nadine dan James sarapan di restoran hotel tempat mereka menginap. Ramai namun sunyi, itulah yang terjadi di antara mereka.

Sampai akhirnya ...

Tiiing (suara dentingan sendok)

"Gue mau pulang. Se ka rang."

"Jadwal honeymoon kita seminggu. Kalau lo mau pulang, pulang sana. Tapi jangan minta bantuan gue buat ngejelasin ke keluarga kita."

"Ya nggak bisa gitu."

"Kalau gitu nikmati 7 hari bersamaku."

James berdiri, mengelap mulutnya dengan tisu lalu pergi meninggalkan Nadine sendirian.

"Ish 7 hari?? Ngapain cobak? Bosen gue!"

***
Hari ini ia memutuskan untuk jalan jalan ke mall sendirian.
I

a menghabiskan waktunya sendiri, biasanya wanita akan merasa sangat kesepian ataupun jarang punya keberanian untuk "me time"

Tapi Nadine, berbeda dia sangat menikmati kesendiriannya. Dia tau cara menghabiskan waktunya.

Gloria Jean's Coffees

Hari akan menjelang petang, tapi Nadine masih betah menikmati harinya. Tidak ada pesan, tidak ada telfon, dia benar² mematikan ponselnya. Ia jengkel karena harus bertahan di negara asing dengan pria yang bahkan tidak menyukai atau disukainy. Ini semua sangat bertolak belakang dengan haluan Nadine selama ini. Ia pikir suatu saat nanti ia akan honeymoon dengan pria yang sangat dicintai dan mencintainya. Tapi apa ini? Benar benar buruk - pikirnya.

[19.12]

Nadine menempelkan kartu untuk membuka pintu kamar. Ia meraih lampu untuk dinyalakannya karna gelap.

Ia mematung sejenak, melihat James yang menikmati camilan dengan wajah datar. Sikap bodo amat pun keluar, ia menaruh asal barang² bawaannya dan langsung masuk ke kamar mandi.

Ceklek
"Ha?!" Seru Nadine saat melihat James berada di depan pintu.

"Ngapain lo, minggir!"

"Kau pikir setelah nyusahin gue seharian bisa enak-enakan hemm?"

"Ny-nyusahin apa?"

"Ortu kita nyariin lo, gue harus susah susah buat alasan untuk ngeyakinin mereka. Nggak ada pamit, hp dimatiin, pulang² bawa belanjaan segitu banyak."

Entah kenapa Nadine merasa terintimidasi sekarang, tapi ia tidak menunjukannya. Sikap angkuh tetap melekat di wajahnya.

"Ya terserah gue dong. Kenapa harus pamit? Emang lo siapa?" Tanyanya menghadap James.

"Walaupun lo nggak anggap gue jadi suami ... setidaknya hargai keberadaan gue Nad."

"Emm, bisa nggak lo biarin gue ganti baju dulu?" Tanya Nadine pelan yang membuat James menatap ke bawah. Ya sekarang Nadine hanya menggunakan piyama mandi dan handuk di kepala.

Shit
.

Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Nadine menghampiri James yang duduk santai di balkon.
"Emm emangnya tadi bonyok ngomong apa aja?"

"Udah gue handle lain kali nggak perlu matiin hp."

Tanpa menjawab, Nadine hanya menganggukan kepala sambil menyeruput coklat panas yang dibuatnya.

"Ngapain liat-liat? Mau?" Tanyanya seraya menyodorkan secangkir coklat pada James yang melihatnya sedari tadi.

"Thanks."

Triiing
Sathit Calling

Melihat siapa yang menelpon, dahinya pun berkerut. Ia mereject panggilan itu lalu mengirim pesan singkat kepada Sathit.

[To: Sathit]
Berhenti menghubungiku, plis. Aku menikmati pernikahan ini, kuharap kamu pun bisa. Pesanku satu, jangan kecewakan Yassi.

"Nih,"

Dahinya kembali berkerut saat mendapati coklatnya habis tak tersisa.

"Iih kok dihabisin sih. Gue kan niat ngasih dikit!" Seru Nadine kesal. Sementara James hanya tersenyum smirk lalu membisikan sesuatu sebelum berlalu pergi.

"Bekas bibir lo, bikin nagih." Nadine mematung sambil mangap. Ia terheran-heran.

1 2 3
"James! Anying luh ya."

Nadine tetap di tempatnya sementara James, ia masuk untuk tidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjanjian Gila! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang