Chapter 7

1.8K 100 4
                                    

Nadine tidak keluar kamar sekalipun. Ia ditemani vapor yang sedari bangun tidur sudah dihisapnya.

"Nak, ayo makan," ucap Rena selembut mungkin menemui putrinya yang duduk di samping jendela.

"Aku nggak laper."

"Nggak laper gimana? Dari kemarin kamu belum makan. Mama nggak mau lihat kamu kacau kayak gini."

"Maafin Nad, ma." Nadine memeluk mamanya dengan erat. "Nad udah janji jauhin alkohol, tapi ... hiks hiks."

"Gapapa nak, mama gak bakal maksa kamu. Mama cuma bisa doain semoga kamu nemuin jodoh yang bisa buat kamu nurut. Sekarang makan," Rena melepas pelukannya dan nadine langaung menggeleng cepat.

"Mama juga nggak akan makan sebelum kamu makan."

"Mama apa-apaan sih,  yaudah aku makan."

"Gitu dong. Kita harus kuat demi papa. Ok?" Nadine mengangguk kecil melihat mamanya yang memaksa senyum.

+++
3 hari kemudian Nadine masuk seperti biasanya, dia menjadi benar-benar pendiam. Beberapa temannya mengasihani Nadine yang tampak terpukul.

"Nadine yang mana sih?" tanya Dion penasaran, teman sebangku James.

"Halah lo nggak akan tau anaknya... Dia itu pendiem jarang keluar kelas."

"Lha itu buktinya lo aja bisa tau."

"Ya itu kan karna gue, slalu hapal siswi di sekolah ini."

"Anjing lo."

♡♡♡

"Nad ... Nggak ngantin?" tanya Kety dan dijawab gelengan pelan oleh Nadine.

"Kalo gitu lo mau titip apa?"

"Nggak ada, gue mau ke perpus."

"Gue temenin, yuk."

"Gue mau sendiri." Nadine melangkah menuju perpus, dia mencari novel yang sebelumnya pernah ia baca sedikit. Setelah menemukan novel itu Nadine duduk di bangku yang cukup pojok.

"hai, boleh gue duduk di sini? Bangku yang lain penuh." Nadine hanya melirik tanpa ada niat menjawabnya.

Lelaki itu Dion, dia membaca buku sambil sesekali mencuri pandang ke arah Nadine yang sedang serius dengan bacaannya.

"Ada apa?"

"Um... Enggak. Kayaknya aku mengenalmu? Atau wajahmu saja yang hampir mirip?" Nadine hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban.

"Dion, 12 ips 2."

"Nadine."

"Oh jadi dia yang bernama Nadine, gadis yang papanya meninggal karena jatuhnya pesawat Airasia." batin Dion.

"Eh mau ke mana?"

"Kelas, 5 menit lagi bel."

[Di taman]

"Ekhem." deheman Finny mengalihkan perhatian Nadine dari ponselnya. Ia menatap Finny yang berdiri di depannya.

"Gue turut berduka atas tewasnya bokap lo. Umm ... Gue nggak nyangka cewek polos kayak lo, bisa juga ya minum-minum sampe mabok segala." Nadine mengangkat satu alisnya, dia mengerti berita seperti ini pasti cepat tersebar apalagi yang membawanya pulang malam itu James. Pasti James yang memberitahu mereka. Bukan hal memalukan jika ada siswa atau siswi lain yang mabok tapi ini Nadine, siswi yang dianggap paling teladan, pendiam, polos dan lugu. Tentu saja akan membuat orang berfikiran negatif bahkan mengklaim dirinya depresi berat.

Perjanjian Gila! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang