7

255 18 1
                                    

Bus pun sampai pada tujuan, disambut hawa dingin yang menusuk kulit siapapun disana.

Alysa turun membawa barang barang miliknya, disusul oleh ketiga sahabatnya. Untung saja daerah puncak tidak terguyur hujan deras, jadi tidak becek.

"Widih Al, perasaan lo berangkat tadi ga pake jaket deh." ucap Gia.

Gadis itu menyadari adanya perbedaan pada pakaian Alysa.

"Iya ini jaket si Vano, suruh pakek katanya dingin. Bilang aja males bawa, kampret tu bocah." balas  Alysa dengan muka masam.

"Ekhem, jadi sekarang lo deket nih sama Vano." goda Ara sambil menyenggol lengan gadis itu.

"Gue gabakalan suka sama Gevano. Mana mau gue sama cowok nyebelin kaya setan." tegas Alysa.

Menurutnya Gevano bukan lah type nya, walaupun agak ganteng sih. Tapi tetap saja jika sikap nya kaya setan, Alysa tetap tidak mau.

"Jangan gitu Al, ntar lo suka beneran mampus lo." ledek Aca yang ikut bersuara.

Keempat gadis itu pun menghentikan acara berbincang bincang nya, perhatian mereka teralih dengan suara Bu Susi yang menggema.

"Anak anak, sebelum hari mulai gelap, dimohon kalian segera mendirikan tenda masing masing. Dan di dalam tenda hanya diisi oleh 2 orang." ujar guru separuh baya tersebut.

"Baik bu." serentak jawab murid murid.

Mereka pun segera mendirikan tenda masing masing, untuk perempuan di bagian lapangan sebelah kiri sedangkan laki laki di bagian sebelah kanan.

Alysa memilih untuk satu tenda dengan Aca, dan Gia tentunya dengan Ara.

"Huh akhirnya berdiri juga." keluh Alysa yang daritadi berusaha mendirikan tenda.

"Eh mandi yuk, disini ada pemandian umum kok." ajak Gia yang sudah gerah.

"Gue mager Giaa, jauh banget harus jalan kaki pula." ujar Ara yang sudah duduk di pinggir tenda.

"Ya kalo gamau lo ngesot aja, gaada yang ngelarang kok." jawab Aca.

"Kampret lo." rengek Ara.

"Udah ah, ayo mandi! Kalian yakin mau tidur dengan badan lengket kaya gini?" lerai Alysa sambil menenteng baju ganti nya.

Akhirnya mereka berempat pun memutuskan untuk mandi ke pemandian umum. Setelah selesai mereka pun berbalik ke tenda untuk menghangatkan badan.

"Tidur yuk, udah malem juga. Takut besok kesiangan." ujar Aca sambil merapikan tenda nya.

Mereka pun menyetujui ajakan Aca. Akhirnya memutuskan untuk tidur ke dalam tenda karena keadaan semakin gelap.

Disisi lain, Gevano dan teman temanya sedang berkumpul di depan Api Unggun.

"Van, kemarin gue liat si Cecil ngelabrak Alysa di koridor." ujar Faiz yang memecah keheningan.

"Cecil?" beo Gevano.

"Ho'oh Cecil. Cecillia, kakel Ips 2 yang suka sama lo. Yang selalu nempel sama lo pas itirahat."

"Oh yang montok bukan sih?" sambung Vito yang mulai bergabung.

Jika sudah berurusan dengan perempuan apalagi yang mantap mantap Vito adalah juaranya. Menurutnya spesies semacam Cecillia harus di pelihara. Agar tidak punah.

"Yee, lo mah kalo yang montok montok langsung tanggap." toyor Faiz pada pria tersebut.

"Ooh, si Anin." jawab Gevano.

"Anin? Anin siapa bambang." bingung Faiz.

"Gatau, dia ngenalin nama nya sebagai Anin. Mungkin bosen kali dipanggil Cecillia.

GEVANO ALRESTA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang