15 ll Obat Nyamuk

33 11 1
                                    

Vote! Comment! WAJIB!
SELAMAT MEMBACA!

Di umurnya yang kedua puluh lima tahun, Rinjani tidak pernah merasa sangat malu dan merasa sangat bersalah kepada sesama antar kaum hawa. Bayangkan saja, Rinjani baru saja kedapatan telah berada dalam apartemen seorang laki-laki dewasa, yang parahnya orang men-cyduk adalah kekasih dari pemilik apartemen ini, yaitu Ravindra si biang kerok.

Selama ini dia membenci Bella karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya bersama Bastian, tetapi sekarang sepertinya dia juga telah menjadi orang ketiga dalam hubungan seseorang. Apakah Rinjani juga patut dibenci?

“Siapa kamu?” Rinjani bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Bibirnya kelu, belum bisa mencerna akan keadaan yang baru saja terjadi.

“Siapa kamu yang berani-beraninya memasuki apartemen ini?” tanya wanita itu kembali dengan sinis. Ada gurat tidak suka yang ditampilkan wanita tersebut saat melihatnya tengah berada dalam apartemen Ravindra.

“Aku ....”

“Di mana Ravindra?” ucapan Rinjani dibanting dengan cepatnya oleh wanita itu. Memotong dengan seenaknya dengan pertanyaan baru. Sepertinya wanita di depannya ini sama sekali tidak punya sopan santun. Wanita itu bahkan terlihat muda darinya, tetapi sudah berbuat seenaknya dan sama sekali tidak memiliki sopan santun.

“Ravindra ada di dalam kamarnya.” Perkataan Rinjani belum selesai, tetapi wanita itu sudah menyelonong pergi. Benar-benar tidak punya sopan santun, gerutu Rinjani dalam hati.

Rinjani menghela napas dengan kasar. Mengaduk-aduk bubur di panci yang sudah hampir matang itu dengan kasar. Apa maksudnya coba Ravindra selama ini memberinya perhatian-perhatian kecil, tetapi ternyata pria itu sudah punya pacar? Belum lagi dia sudah kebaperan akan perhatian laki-laki terkutuk itu. Ahhh ... dan ciuman itu—Rinjani benar-benar bersumpah membenci dan menyesali ciuman itu, benar-benar menjijikkan.

Ravindra ternyata sama saja dengan Bastian, cuman laki-laki brengsek yang bermodalkan mulut berserta gombalan-gombalan payahnya. Dan dasar hati Rinjani yang mudah sekali digombali, membuatnya harus kembali jatuh lagi dan lagi.

Benar kata Raditya Dika. Cowok itu cuma ada dua tipe. Kalau enggak homo, ya brengsek.

Rinjani kemudian dengan cekatan menyiapkan bubur yang sudah matang ke dalam mangkuk. Oke, setelah ini Rinjani akan pergi dari apartemen ini. dia tidak ingin lebih lama di sini, bertahan dan membuat dirinya lebih malu lagi dari yang ada.

Sebelum mencapai pintu kamar, Rinjani dapat mendengar sayup-sayup obrolan kedua orang itu. Terdengar sangat mesra di telinga Rinjani.

“Kamu sakit, ya?” Wanita itu mengulurkan satu tangan, menempelkan punggung tangan di dahi Ravindra. “Mau aku panggilin dokter? Kamu susah soalnya disuruh ke RS.”

“Nggak usah, kamu tahu sendiri 'kan kalau aku itu alergi sama RS.” Ravindra menggumam dengan malas.

“Tetapi badan kamu panas banget, kali ini aja, ya!” rayu wanita itu kembali.
Ravindra masih dengan kekeras kepalaannya, kembali memberikan penolakan dengan cara gelengan kepala. Membuat wanita yang duduk di sampingnya itu berubah kesal yang berimbas pada emosinya yang meningkat dan berubah menjadi tangisan.

“Kamu jahat! Sakit tetapi nggak bilang-bilang. Di suruh ke RS juga nggak mau, dipanggilin dokter juga nggak mau. Jadi, kamu maunya apa, Vindra?” Suara wanita itu terdengar sumbang, yang menandakan kalau wanita itu pasti sedang menangis.

“Ra, kamu tahu sendiri 'kan alasan aku nggak mau ke rumah sakit? Aku harap kamu masih ingat. Please ... jangan paksa aku!”

Wanita itu terdiam. Hanya suara isakan tangisnya yang terdengar, mengusik gendang telinga Rinjani yang masih setia mengintip interaksi mereka.

Coffee RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang