Bab 1 : Pertemuan Tak Terduga

62 16 8
                                    

Hari itu terlihat sangat kacau di sebuah ruang kantor yang berlokasi di kota Jakarta, beberapa dokumen berserakan. Di dekat jendela, terlihat seorang CEO yang cukup tampan. Ia berpostur tinggi 185cm, dengan berat badan ideal dan usianya nampak berkisar di angka 35tahun. Dia sedang merapihkan kertas – kertas itu di meja kerjanya. Dia adalah Patih Mahawira. Seseorang yang sedang menjalani kutukan yang berikan oleh Dewi Bulan, dan ia telah hidup selama lebih dari 700tahun. Tetapi ia tidak pernah menua. Roda usianya terhenti saat ia membuat kesalahan di masa lalu.

Saat ini, Patih Mahawira hendak membubarkan biro jodoh yang saat ini ia pimpin. Sudah rutin setiap 20 tahun sekali ia selalu mengganti nama perusahaan dan juga nama nya sendiri untuk mengurangi kecurigaan klien nya karena dirinya yang tidak pernah menua selama ratusan tahun. Ia duduk di meja kerja nya sambil memikirkan sebuah nama bersama dengan sekertarisnya. Dia adalah Bambang yang merupakan sekertarisnya yang ke 20. Ia memanggil Bambang untuk berdiskusi dengannya. Lalu Bambang datang dan duduk di hadapannya.

"Kalau menurut saya nama anda diganti saja jadi.. itu tuh, Alexander", kata Bambang.
"Engga ah,, itu terlalu kebule – bulean Bambang!!!", teriak Mahawira sambil menggebrak meja.
"Eh,, tidak masalah bos, jaman sekarang itu lagi ngehitz nama yang kebule – bulean", kata Bambang.
"Hmm,, Ia juga sih, Alexander ya,, tapi masa Alexander aja, tambahin lagi dong", pinta Mahawira.
"Ah,, gimana kalau Alexander Grahambel, kaya nama pencipta telpon gitu deh", ucap Bambang
"Engga ah,, masa nyontek sih", kata Mahawira.

Mahawira masih memikirkan nama belakang yang cocok untuknya. Ia memejamkan matanya untuk fokus mencari nama belakang yang cocok untuknya, dan akhirnya ia menemukannya.

"Yeah, Alexander Grando! Itu namaku yang baru", teriak Mahawira.
"Wah bagus itu bos", ucap Bambang sambil bertepuk tangan.
"Hahaha.. hahahaa.. hahaha.. ehk,, ehk.. apaan nih, nyamuk sialan"

Mahawira tertawa terbahak - bahak namun tak sengaja ia tersedak karena nyamuk masuk ke tenggorokannya.

"Aduh bos,, kenapa nih", Bambang menepuk – nepuk bahu Mahawira yang sedang tersedak nyamuk.
"Tidak apa – apa, mari kita lanjutkan", kata Mahawira yang kini telah berubah namanya menjadi Grando.

Setelah mendapatkan nama baru untuk Mahawira, kemudian mereka memikirkan nama yang cocok untuk biro jodohnya yang baru.

"Gimana kalau PT Cinta Sejati", kata Bambang yang mengungkapkan ide nya.
"Hmmm,, masih ada yang kurang deh, perusahaan kita kan biro jodoh yang mencarikan cinta sejati,, jadi apa ya?", Mahawira yang berpikir keras.
"Ahaaaa,, gimana kalau PT Mencari Cinta Sejati aja bos, cocok deh", kata Bambang.

Mahawira terdiam dan berpikir. Sebetulnya ia kurang begitu setuju dengan nama perusahaan yang di usulkan Bambang, tetapi sayangnya ia sudah tidak punya ide lagi. Karena sudah sering mengganti nama perusahaan membuat Mahawira kehabisan ide.

"Sebetulnya kampungan banget sih. Tapi ya boleh deh"

Setelah itu Mahawira meminta Bambang untuk menyiapkan dokumen untuk penggantian data pribadinya dan juga perusahaan biro jodoh mereka.

"Kalau begitu, tolong siapkan administrasinya ya. Semua data pribadi saya dan data perusahaan harus segera di ganti. Mulai hari ini panggil saya Grando, CEO PT Mencari Cinta Sejati.. Hahahah.. hahahahaaaa"

Dan begitulah awal mulanya PT Mencari Cinta Sejati dibentuk.

****

Beberapa bulan kemudian di penghujung tahun, Grando dan sekertarisnya harus menyusun laporan untuk tutup buku. Laporan itu harus mereka serahkan ke pemerintah. Mereka juga harus menyusun laporan pajak akhir tahun. Hal itu membuat Grando dan Bambang menjadi sangat sibuk. Bambang terus mengeluh dan meminta Grando untuk merekrut karyawan baru untuk membantunya menyusun laporan.

"Aduuh gusti,, please dong please,,, saya capek beneran deh, sudah harus jadi konsultan, harus buat laporan juga,, pusing", kata Bambang.
"Diam kau Bambang! Cepat kerjakan!", perintah Grando.

Namun Bambang tiada henti - hentinya mengeluh.

"Duh,, saya mau resign aja deh bos, dari pada tangan saya keriting ngetik 7 hari 7 malam, pokonya saya mau bilang sama Ayah, bisa – bisanya Ayah pensiun dini dan ninggalin kerjaan begini banyak". Bambang mengeluh.
"Ohh ya jangan dong Bambang ku sayang", sahut Grando dengan tatapan nakal.
"Ih amit – amit ah, saya normal tau", kata Bambang.
"Ayahmu kan sudah sakit – sakitan, sebagai anak berbakti kamu harus menggantikan ayahmu,, ya kan"
"Iya tapi pokoknya harus rekrut pegawai baru, cewe yah", pinta Bambang.

Grando menyetujui permintaan Bambang untuk merekrut karyawan baru, tetapi ia menolak permintaan karyawan wanita karena ia tidak pernah bekerja sama dengan wanita. Ia ragu jika harus merekrut seorang pegawai wanita. Maklum saja karena ia adalah orang jaman dulu yang masih menganggap bahwa wanita tidak bisa diandalkan dalam urusan pekerjaan. Ia mengatakan pada Bambang bahwa ia akan merekrut pegawai baru. Tetapi bukan perempuan, melainkan laki – laki. Meski kecewa akhirnya Bambang sepakat dengan keputusan Grando.

Jam menunjukan pukul 5 sore bertanda bahwa waktu nya pulang. Bambang sudah bersiap, lalu ia menuju ruangan Grando untuk mengajaknya pulang. Tetapi Grando menolak. Ia mempersilahkan Bambang untuk pulang lebih dahulu, dan ia akan pulang dengan menaiki bis.

Hari mulai gelap, Grando membereskan dokumennya dan bersiap untuk pulang. Ia keluar kantornya dan merasa lapar. Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke minimarket terlebih dahulu sebelum pulang. Di minimarket ia mengambil roti dan minuman dingin. Saat hendak membayar, rupanya ia tidak membawa dompet.

Dibelakangnya Grando sudah ada banyak yang mengantri. Lalu seorang wanita muda di belakangnya mengeluarkan uang dan memberikannya ke kasir. Dia adalah Vita.

"Aduh, om ini ganteng – ganteng tapi kere", kata Vita sambil memberikan uang.
"Makasih yah, nanti kalau kita ketemu lagi pasti akan aku ganti", Grando keluar dari minimarket sambil berkata "Kasar banget sih cewe itu, dasar anak jaman sekarang". Kemudian ia mengela nafasnya.

Setelah keluar dari minimarket, ia mencoba menelpon Bambang untuk minta dijemput, tetapi handphone nya tiba - tiba lowbat. Kemudian ia mengejar Vita dan meminjam kartu nya untuk menaiki bus. Grando menuliskan nomor HP nya untuk dihubungi wanita itu besok, dan dia bersedia untuk membayar hutangnya. Vita nampak kesal karena sebenarnya ia juga sedang tidak ada uang, namun akhirnya ia mengantarkan Grando ke halte busway. Setelah bus datang ia mengetap kartunya untuk membayari Grando. Kemudian ia pergi. Sambil mengeluh.

"Bukannya dapat uang, malah rugi. Nasib jadi pengangguran. Hiksss". Kata Vita.

Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, Grando pun turun dari bus lalu melanjutkan perjalanan ke rumahnya dengan berjalan kaki. Grando merasa beruntung telah mendapatkan bantuan tetapi ia juga merasa tidak beruntung karena harus meminta bantuan dari wanita kasar seperti yang tadi. Karena menurutnya  wanita itu seperti tidak rela membantunya.

"Jika bertemu lagi, jangankan mengganti uangnya bahkan semua yang dia punya akan aku beli!", kata Grando yang begitu kesal.

The Loneliest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang