Pagi itu di ruang CEO, Grando duduk melamun di meja kerjanya sambil memikirkan kembali tentang cerita yang ia dengar dari Vita mengenai kakak kandung dari klien yang bernama Agung yang menyukai lukisan Putri Cendrawati. Hal itu mengingatkannya pada Raja nya di masa lalu, yang juga sangat menyukai lukisan Putri Cendrawati."Persis seperti kejadian 700 tahun yang lalu, Gusti Prabu juga menyukai lukisan gusti Putri, bahkan ia sampai berkelana ke Kerajaan Sunda untuk menemukan wanita dalam lukisan itu", Grando sambil memegang dagunya.
Grando pun mulai mengingat masa lalunya. Pada waktu itu, di tahun 1278 saka, Grando yang masih menjadi seorang Mahapatih bernama Mahawira sedang duduk bersama dengan Prabu Rumbaka di sebuah pendopo di dalam istana. Mereka sedang menyantap makanan dan minuman bersama.
Pada saat itu, Mahawira menanyakan kriteria calon permaisuri raja seperti apa, kemudian Prabu Rumbaka menjawab bahwa calon istrinya haruslah seorang wanita yang paling cantik di Nusantara. Selama ini Prabu Rumbaka telah berkeliling Nusantara namun ia belum pernah menemukan wanita cantik yang ia cari.
Setelah pembicaraan itu, Prabu Rumbaka mengatakan bahwa ia akan berkelana keliling Kerajaan Jawa untuk melihat rakyatnya, kemudian Prabu Rumbaka memerintahkan Mahawira untuk memimpin kerajaan sementara. Mahawira pun menerima perintah sang prabu, kemudian ke esokan harinya ia melepas rajanya yang hendak pergi mengembara itu, Sang Prabu pergi mengembara sendirian tanpa ditemani oleh pengawal kerajaan.
Di hari pertama, Prabu Rumbaka mengembara berkeliling mengunjungi rakyatnya di ibu kota. Ia berhenti di Pasar Cangu, disana ia melihat beberapa lukisan wanita cantik yang dijual di sebuah toko. Tetapi ada 1 lukisan wanita yang sangat cantik, kemudian Prabu Rumbaka menanyakan kepada si penjual, lukisan siapakah itu.
Penjual itu mengatakan bahwa ia mendapatkannya dari Kerajaan Sunda, tetapi ia tidak tahu persis siapa wanita yang di dalam lukisan itu. Karena begitu penasaran, Prabu Rumbaka pergi meninggalkan Canggu, kemudian ia mengembara jauh dari Kerajaan Jawa. Ia pergi ke Kerajaan Sunda. Tidak ada satupun warga yang mengenalinya di perjalanan. Ia berkeliling dengan menaiki kuda.
Tidak lama kemudian, sampailah ia di Pakuan, ibu kota kerajaan sunda. Ia menaruh kudanya sebelum ia memasuki pasar. Di Pasar Pakuan, ia melihat lukisan wanita cantik yang beredar di Pasar Cangu. Disana jumlah penjual lukisan itu terlihat lebih banyak dibandingkan dengan penjual yang ada di Pasar Cangu.
"Sepertinya wanita ini memang berasal dari Kerajaan Sunda, ia sangat populer disini", kata Prabu Rumbaka di dalam hati.
Ia ingin bertanya mengenai wanita yang ada di lukisan itu kepada para penjualnya, namun ia merasa lapar, akhirnya ia terlebih dahulu menuju warung makan yang ada di sekitaran pasar. Ia masuk lalu duduk di bale sebuah warung makan untuk menunggu pesanannya di sajikan. Ia memperhatikan tata ruang di warung itu, kemudian ia melihat lukisan wanita cantik itu di warung makan yang ia kunjungi. Rasa penasarannya semakin tak bisa lagi terbendung, ia pun menanyakan kepada pelayan, siapa wanita yang ada di lukisan itu.
"Punten Kang, Itu lukisan nya siapa ya?", tanya Prabu Rumbaka
"Oh itu den, itu lukisan Gusti Putri Cendrawati", kata pelayan restoran nya.
"Oh, begitu ya".Di dalam hati, Prabu Rumbaka berkata: "Ia memanggilnya Gusti Putri, artinya ia berasal dari keluarga kerajaan"
Prabu Rumbaka lanjut memakan makanannya. Ia sudah yakin bahwa setelah pengembaraan ini, ia akan mengirim surat pada Raja Sunda melamar sang putri.
Namun ternyata seorang pelayan yang sebelumnya ditanya oleh sang prabu itu merasa curiga dengan kehadiran Prabu Rumbaka, lalu ia berbisik dengan pelayan lainnya.
"Sepertinya dia bukan dari tanah sunda, karena dia tidak tau itu gambar gusti putri"
"Jangan - jangan dia mata - mata dari Jawa"
"Cepat laporkan ke ki demang"
"Baik"Setelah menghabiskan makanannya, Prabu Rumbaka melanjutkan perjalananannya. Ia mengambil kudanya lalu menaikinya untuk pergi meninggalkan Pakuan. Namun saat ia berada ditengah hutan, ia dikelilingi oleh beberapa pendekar yang hendak menyerangnya.
Prabu Rumbaka memberitahu bahwa ia memang dari Jawa tetapi ia bukan mata - mata, ia datang hanya untuk mengembara. Tetapi para pendekar itu tidak mempercayainya. Prabu Rumbaka ditangkap dan dibawa kehadapan Raja Sunda yaitu Prabu Maharaja. Saat di intrograsi oleh Raja Sunda, Prabu Rumbaka memberikan tanda pengenalnya, dia adalah Raja Jawa.
Prabu Maharaja mengungkapkan permintaan maafnya, kemudian ia menjamu Prabu Rumbaka di Istana Kerajaan Sunda. Disitulah untuk pertama kalinya Prabu Rumbaka melihat Putri Cendrawati yang sedang berjalan melewati pendopo tempat ia menikmati jamuan dari Raja Sunda. Ternyata Putri Cendrawati adalah Putri dari Prabu Maharaja.
Sementara itu di Istana Kerajaan Jawa, seorang mata - mata melapor pada Mahawira bahwa Prabu Rumbaka telah diculik oleh Raja Sunda. Dalam sekejap Mahawira langsung emosi.
"Kurang ajar, bila dia berani menyakiti rajaku, akan ku ratakan kerajaan Sunda", teriak Mahawira.
Ia menghancurkan sebuah guci yang ada di sampingnya dengan kekuatan supranaturalnya. Mata - mata itu terlihat ketakutan, karena dengan kesaktian Mahawira, ia bisa dilenyapkan juga seperti guci itu.
"Kalau begitu, saya permisi gusti pati", ucap si mata - mata.
"Tolong kabari saya jika sudah ada perkembangan", kata Mahawira.Esoknya, Mahawira menyiapkan pasukan dan berangkat pagi - pagi sekali menuju Kerajaan Sunda. Setibanya di perbatasan, ia bertemu dengan Prabu Rumbaka yang di antar oleh pasukan Kerajaan Sunda. Prabu Rumbaka mengatakan bahwa hanya ada sedikit kesalah pahaman antara warga Kerajan Sunda hingga ia dilaporkan sebagai mata - mata, tetapi itu semua sudah di klarifikasi olehnya, ia pun menikmati jamuan dari Raja Sunda. Mendengar hal itu, Mahawira menarik pasukannya dan kembali ke Kerajaan Jawa bersama dengan Prabu Rumbaka.
Sesampainya di Istana Kerajaan Jawa, Prabu Rumbaka duduk di singgah sana nya sambil menatap lukisan Putri Cendrawati yang ia beli di Pasar Pakuan. Kemudian ia memanggil Patih Damar. Patih Damar adalah bawahan dari Mahapatih Mahawira, di dalam pemerintahan, ia melaksanakan pekerjaannya berdasarkan petunjuk dari Mahawira. Tetapi kali ini ia diminta menghadap langsung kepada Raja Jawa.
"Damar datang menghadap gusti prabu", ucap Patih Damar.
"Damar, saya punya tugas pribadi untuk mu", kata Sang Raja.
"Dengan senang hati saya akan menerimanya gusti", kata Damar.
"Tolong bawakan aku semua lukisan Putri Cendrawati yang ada di Canggu", perintah Prabu Rumbaka.
"Baik gusti prabu".Tidak disangka Mahawira menguping pembicaraan Prabu Rumbaka dan Patih Damar. Pada saat itu Mahawira mulai menyadari bahwa Rajanya menaruh hati pada Putri Sunda, tetapi ia tidak bahagia dengan apa yang ia ketahui saat itu, karena Kerajaan Sunda adalah salah satu target yang ingin ia taklukan untuk memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Jawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Loneliest CEO
FantasyAlexander Grando adalah seorang CEO yang sangat tampan dan kaya. Dahulu kala dia adalah seorang mahapatih di kerajaan Jawa. Karena kesalahannya yang mengakibatkan calon permaisuri raja bunuh diri. Ia di kutuk oleh dewi bulan dengan menjalani hidup a...