Hari pertama bekerja seharusnya menjadi hari yang paling bersemangat bagi kebanyakan orang. Tetapi tidak dengan Vita. Ia terlihat murung saat ia tau bahwa CEO di tempat ia bekerja adalah pria yang tidak ia sukai. Tetapi mau bagaimana lagi, ia membutuhkan pekerjaan karena ia sudah tidak punya orang tua. Ia harus membiayai hidupnya sendiri. Bambang mengantarnya ke ruang kerjanya. Ia menjelaskan beberapa dokumen klien nya seperti CV masing – masing dari kandidat yang akan mereka jodohkan. Bambang juga menjelaskan cara menjadi konsultan yang baik.
"Terima kasih atas bimbingannya", ucap Vita.
"Ucapan Pak Grando jangan diambil hati ya, dia memang sensian, maklum perjaka tua", bisik Bambang.Tanpa sepengetahuan mereka, Grando muncul dihadapan mereka.
"Siapa yang kau sebut perjaka tua, bambang!!"
"Ehhhh ampun gusti ampun", Bambang kabur.Vita geleng – geleng kepala. Lalu ia semakin kesal dengan tingkah grando. Apalagi ia melihat Bambang yang begitu takut dengan Grando, bahkan Bambang memanggilnya gusti. Menurut Vita, itu berlebihan. Padahal Bambang memanggilnya Gusti karena Grando adalah seorang Patih kerajaan dimasa lalu.
"Kebagusan amat di panggil gusti, emangnya dia keturunan raja? Gak cocok dia jadi bangsawan", kata Vita yang sedang kesal.
Di ruangan CEO, Bambang dan Grando sedang berdiskusi. Lalu Grando mengatakan bahwa besok ia akan ambil cuti karena dia harus pergi ke candi tempat ia dimakamkan dulu. Ia ingin mencari kerisnya yang hilang. Karena menurutnya keris itu akan menunjukannya pada tuannya yaitu Prabu Rumbaka. Tetapi ia memberi tugas kepada Bambang dan Vita untuk pergi ke Pameran Lukisan untuk membeli lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati. Ia akan menyimpannya di lobby kantor mereka sebagai symbol cinta sejati.
Jam menunjukan pukul 5 sore. Vita merapihkan meja kerja nya dan bersiap untuk pulang. Bambang menemuinya dan memberitahukan bahwa mereka akan pergi ke pameran besok. Setelah itu Vita pulang ke apartemennya. Sesampainya di apartemen, Alya langsung menyambutnya dan bertanya – tanya bagaimana dengan kesan pertamanya di perusahaan itu. Vita menceritakan bahwa ia tidak menyangka kalau CEO di perusahaan itu adalah si Om ganteng tapi kere.
"Terus, dia udah ganti uang kamu belom?" Tanya Alya.
"Oh iya aku lupa, pokoknya besok aku harus tagih ke dia". Tegas Vita.Hujan turun rintik – rintik, Grando berdiri di teras rumahnya sambil memegang sebuah cangkir berisi kopi hangat. Ia mengamati hujan yang turun dihadapannya. Suasana sore itu sangat dingin dan menyejukan. Ia mengangkat tangan kirinya untuk menyentuh air hujan yang sedang turun. Ia merasakan hujan yang sama dengan hujan yang ia rasakan di jaman kerajaan jawa saat ia masih menjadi mahapatih, hujan saat pertama kali ia mendirikan biro jodoh di abad ke 14, juga hujan di jaman penjajahan belanda abad ke 18, hingga saat ini. Ia adalah orang yang paling kesepian di dunia ini. Yang ia miliki hanyalah Bambang dan leluhur Bambang yang menjadi sekertarisnya secara turun temurun sejak abad ke 14. Kemudian ia mengingat saat pertama kali ia berjumpa dengan sekertaris pertamanya.
Saat itu ia baru saja di bangkitkan oleh Dewi Bulan. Ia berjalan tergopoh – gopoh meninggalkan candi tempat ia di makamkan. Ia berjalan di pinggir sungai. Lalu ia meminum air di pinggir sungai. Seorang pria remaja tergeletak di pinggir sungai. Rupanya pria itu sedang meregang nyawa akibat di tusuk oleh seseorang. Grando mendekatinya, kemudian ia menolongnya. Grando membawa tubuh pria itu ke bawah pohon lalu ia mengobatinya. Grando membangun sebuah gubuk kecil di pinggir sungai. Beberapa hari kemudian pria itu sadar. Setelah ia menyadari kebaikan Grando yang telah menyelamatkan nyawanya, ia bersumpah bahwa dirinya dan keturunannya akan melayani Grando dengan sepenuh hati. Grando tersadar dari lamunannya, dan hari semakin larut. Lalu ia masuk ke dalam rumahnya. Tidak disangka Dewi Bulan sedang mengamatinya melalui sebuah baskom ajaib miliknya. Dewi Bulan hanya terdiam sambil tersenyum.
Ke esokan harinya, Bambang dan Vita sudah berada di pameran lukisan. Pengunjung yang datang cukup banyak dan banyak diantara mereka yang mengenali Bambang, sehingga Bambang dikerubungi oleh muda – mudi yang ingin menjadi klien nya.
"Kak bambang, aku mau dong dijodohin sama artis korea". Kata seorang gadis.
"Wah itu rada susah". Kata Bambang.
"Duh kalau aku mau di jodohin sama kesang aja deh". Kata gadis lainnya.
"Duh nanti aku di marahin Pak Jokowi". Kata Bambang.Melihat Bambang yang berada di dalam kerumunan, Vita meninggalkan Bambang bersama muda – mudi itu, lalu ia berjalan sambil melihat – lihat lukisan sendirian. Ia mengamati satu demi satu lukisan yang dipajang hingga akhirnya ia menemukan lukisan yang bertemakan Putri Cendrawati. Saat ia ingin memegang lukisan itu, ada tangan seorang pria yang juga memegang lukisan itu. Vita tidak sengaja memegang tangan pria itu dan kemudian tercengang saat mendapati wajah pria itu yang sangat tampan.
"Eh maaf". Ucap Pria itu.
"Maaf juga gak sengaja". Kata Vita.Saat mereka sedang saling menatap, tiba – tiba terdengar suara seseorang berjalan mendekat. Mereka berdua menengok ke arah suara itu. Ternyata seorang wanita berjalan dengan pelan sambil mengamati lukisan. Dia adalah Lisa, seorang artis sinetron yang di idolakan oleh Vita.
"Loh, itu kan Lisa, minta poto bareng ah,,". Vita mendatangi Lisa.
Vita mengatakan bahwa dia adalah fans nya Lisa. Pria yang sebelumnya bersama Vita ikut mengamati wajah Lisa yang cantik itu. Tiba – tiba dadanya menjadi sesak. Kemudian Vita mengajak Lisa untuk selfie bersama. Melihat pria itu sedang mengamati mereka, Vita mengajak pria tampan itu untuk ikut selfie bersama mereka. Saat menggambil gambar, Vita menyadari bahwa pria itu sedang memegang dadanya. Vita menanyakan apakah dia baik – baik saja. Kemudian pria itu menjawab bahwa dia baik – baik saja. Setelah selfie bersama, mereka bertiga berkenalan.
"Saya Vita, saya konsultan dari PT Mencari Cinta Sejati".
"Oh ya, aku tau perusahaan itu, itu biro jodoh yang sangat terkenal". Ucap Lisa.
"Kalau saya Agung, saya pengacara. Kebetulan saya mendirikan lawfirm sendiri".
"Wah hebat sekali ya Agung". Puji Vita.Dari tatapan Agung sepertinya ia berminat dengan Lisa. Hal itu membuat Vita menjadi sebal.
Karena Agung dan Lisa asyik berbicara berdua, Vita pergi meninggalkan mereka. Vita pun menjadi lupa untuk memesan lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati. Bambang menemuinya dan bertanya apakah ia sudah membeli lukisan itu. Vita mengatakan bahwa ia tidak mengingatnya. Kemudian ia buru – buru menemui panitia dan menanyakan lukisan yang hendak di belinya. Tetapi ternyata lukisan itu sudah dibeli oleh Agung. Vita menjadi lemas mendengarnya. Ia sangat takut akan dimarahi oleh Grando, apalagi Grando tidak menyukainya karena sikap kasar ia sebelumnya.
"Yasudah, nanti kita jelaskan ke Pak Grando bahwa lukisan itu sudah dibeli oleh orang lain". Bambang menenangkan Vita.
"Yah, tapi kalo si bos marah gimana? Mana dia udah sensi sama aku".
"Tenang aja, dia luarnya aja galak, dalam nya penuh kasih sayang". Kata Bambang.Kemudian Vita menanyakan mengapa Grando tidak ikut bersama mereka.
"Pak Grando lagi pergi ke makamnya". Kata Bambang.
"Hah,, makam?" Tanya Vita sambil melotot karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Loneliest CEO
FantastikAlexander Grando adalah seorang CEO yang sangat tampan dan kaya. Dahulu kala dia adalah seorang mahapatih di kerajaan Jawa. Karena kesalahannya yang mengakibatkan calon permaisuri raja bunuh diri. Ia di kutuk oleh dewi bulan dengan menjalani hidup a...