Bab 8 : Cemburu Menguras dompet

16 11 1
                                    

Vita dan Agung sudah bertemu disebuah cafe, mereka mulai berdiskusi mengenai perjodohan Agung dan Lisa. Kemudian Vita menjelaskan strategi agar Agung bisa PDKT dengan Lisa. Ia meminta Agung untuk mengirim bunga terlebih dahulu tanpa menyebutkan namanya. Cukup menulis alamat kantor Agung saja. Agung harus membuat Lisa penasaran dan mencari tau soal Agung. Agung menerima ide itu dengan baik. Vita meminta Agung melakukannya setiap hari. Setelah 1 minggu, Agung boleh melaporkan progressnya. Agung pun menyepakatinya.

Di sela - sela diskusi mereka, Agung bertanya kepada Vita mengenai bos nya Vita yaitu Grando. Seperti apa bos nya Vita? Mengapa ia menyukai lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati. Lalu Vita menjelaskan bahwa bos nya menginginkan lukisan itu karena ingin menjadikan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati sebagai simbol cinta sejati. Dan bosnya ingin memasang lukisan itu di lobby kantornya.

"Benarkah? Setahuku kisah cinta Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati tidak berakhir Bahagia", kata Agung.
"Ah, yang benar? Sebetulnya aku tak begitu tahu tentang sejarah kerajaan jaman dulu", kata Vita.

Vita pun merasa penasaran mengenai kisah cinta Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati, lalu Agung menceritakan inti dari kisah cinta mereka, bahwa dahulu ada seorang mahapatih yang haus kekuasaan. Tanpa sepengetahuan raja, patih itu mengatur strategi perang dan menjadikan Putri Cendrawati sebagai persembahan. Raja tersiksa sepanjang hidupnya hingga meninggal dunia.

Mendengar cerita itu Vita langsung terbawa perasaan, ia meneteskan air matanya. Lalu ia bertanya pada Agung, mengapa Agung juga tertarik pada lukisan itu. Agung mengatakan bahwa yang menginginkan lukisan itu bukan dia, tetapi kakak laki – lakinya. Kakak laki – laki Agung adalah seorang sejarahwan.

Kakaknya bernama Rudy, Rudy sangat mengidolakan Prabu Rumbaka, karena sang prabu adalah raja paling bijaksana dalam sejarah kerajaan jawa. Seluruh rakyat jawa merasakan keadilan dan ketentraman. Agung juga mengatakan bahwa kakaknya senang mengoleksi benda – benda pusaka kerajaan.

"Oh begitu ya gung, kakak kamu usia nya berapa kalau boleh tau?"
"Hampir 40 tahun", jawab Agung.
"Wah gak beda jauh sama bos ku, pantesan sama kesukaannya, hahhaa"
"Iya ya, hahaha"
"Eh tapi kakak kamu gak apa - apa kan lukisannya diberikan ke bos ku?", tanya Vita.
"Enggak apa - apa kok, sebenarnya dia sudah ada lukisan seperti itu, cuma bukan yang terbaru aja"

Karena terlalu asyik berbincang - bincang, tidak terasa kopi di cangkir mereka sudah habis. Vita mengatakan bahwa sudah waktunya mereka keluar dari cafe dan kembali ke rumah masing - masing.

"Kayanya udah waktunya nih kita balik, yuk kita pulang", ajak Vita.
"Eh ntar dulu Vit, gimana kalau kita ke pasar malam dekat sini, udah lama aku gak beli jajanan pasar", ajak Agung.
"Aduh, pasti kamu gak ada teman ya, yaudah cuss".

Vita dan Agung pergi menuju pasar malam. Suasana pasar malam hari itu sangat ramai. Ada beberapa yang menjual jajanan pasar, pakaian dan ada juga wahana permainan anak – anak. Gemerlap cahaya lampu pun terlihat sangat indah. Sesampainya disana mereka membeli beberapa jajanan pasar. Vita dan Agung nampak sangat menikmati jajanan pasar malam ditengah keramaian. Di tempat lain Bambang merasa bosan, ia pergi ke rumah Grando dan mengajak Grando pergi ke pasar malam.

"Aduh, malas ah bam, pasti ramai, saya benci keramaian", tegas Grando.
"Ayolah bos, pelisssss", Bambang memohon dengan muka memelas.
"Iyo,, iyoo,, nih kamu yang nyetir", Grando melempar kunci mobilnya.
"Asyiiikkk, jalan sama si bos", Bambang langsung ngacir.
"Apa bagusnya sih pasar malam, heran, kenapa anak itu senang banget", Grando menggerutu.

Sesampainya Grando dan Bambang di pasar malam, terdengar riuh suara para pengunjung, terdengar juga suara mereka bertepuk tangan. Bambang penasaran dengan apa yang terjadi, kemudian ia mengajak Grando untuk melihatnya. Ternyata disana ada pentas sulap. Bambang menarik tangan Grando untuk maju kedepan agar bisa melihat pertunjukan itu dengan jelas.

"Halahhh bam, kerenan juga sulap ku", kata Grando.
"Ini kan beda bos, saya bosan kalau lihat sulap Pak Bos".
"Apa katamu lah, whatever", Grando terlihat tidak tertarik.

Pesulap itu meminta seorang wanita untuk mendampinginya. Lalu ia mengatakan bahwa ia akan memilih satu diantara para penonton. Dan secara mengejutkan Vita terpilih untuk mendampingi si pesulap. Vita naik ke atas panggung yang berukuran kecil itu. Bambang terkejut melihat Vita maju dan mendekat ke si pesulap.

"Eh bos, itu bukannya itu Vita konsultan kita", kata Bambang sambil menepuk Pundak Grando.
"Hah iya itu kan si anak baru itu, yang baik tapi kasar".
"Dia pergi sama siapa ya?", tanya Bambang.
"Lho tadi katanya mau ketemu klien, kok malah main ke pasar malam", ucap Grando.

Setelah pertunjukan sulap itu selesai, Vita turun dari panggung dan menemui Agung. Vita terlihat tertawa bersama Agung. Hal itu membuat Grando merasa tidak nyaman.

"Ayo bam!", Grando menarik tangan Bambang.
"Eh mau kemana bos?"
"Kita labrak itu si Vita"
"Eh,, jangan – jangan, kalau nanti dia marah terus resign gimana?", kata Bambang.
"Aduhh,, kenapa saya tidak bisa berbuat apa – apa disaat saya dipermainkan begini", Grando ribut sendiri.
"Ehh,, ehem,, ada yang cemburu nih", bisik Bambang.
"Cemburu apasih, tempeleng nih"
"Kabuuurrrr…"

Ke esokan harinya Grando meminta Vita untuk datang ke ruangannya. Ia menginterogasi Vita, ia menanyakan apa yang ia lakukan kemarin sehingga pulang lebih awal. Vita mengatakan bahwa ia bertemu dengan klien. Tetapi Grando mengatakan ia tidak percaya, Grando menuduh Vita telah asyik berpacaran di pasar malam.

"Hah pasar malam? Oh itu, itu aku nemenin klien ku pak, dia namanya Agung. Agung itu yang membeli lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati yang di pameran", kata Vita.
"Oh begitu, kenapa anak muda itu tertarik dengan lukisan Raja Jawa dan Putri Sunda?" tanya Grando.

Kemudian Vita menjelaskan alasan Agung membeli lukisan itu. Lukisan itu bukan untuknya tetapi untuk kakaknya. Karena kakak nya adalah seorang sejarahwan.

"Eh, tunggu dulu, kamu bilang kamu merelakan cinta pertamamu demi lukisan itu?" tanya Grando.
"Ya, benar sekali", jawab Vita.
"Jadi si Agung itu cinta pertama mu?", tanya Grando lagi
"Ya, memangnya kenapa?" Vita menjawab lagi.
"Hmmm, sudah kuduga, awas ya kalau sampai kau menggagalkan perjodohan klien", tegas Grando.
"Iya, iya, gak akan".

Setelah Vita keluar dari ruangan CEO, Grando berpikir keras akan apa yang diceritakan oleh Vita. Karena kakaknya Agung menyukai benda – benda pusaka dan juga tertarik dengan lukisan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati, ia memiliki dugaan bahwa kakak Agung adalah reinkarnasi Prabu Rumbaka. Karena Prabu Rumbaka sangat menyukai lukisan Putri Cendrawati. Bahkan di masa pemerintahan Prabu Rumbaka, ia membuat ruang pribadinya dipenuhi oleh lukisan Putri Cendrawati.

"Okay, saya harus bisa menemui kakaknya Agung, untuk bisa memastikan bahwa dia adalah Prabu Rumbaka", kata Grando.

The Loneliest CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang