"Arioka! Sudah kubilang berapa kali?! Tegakkan bahumu!"
"Baik"
"Apa?!"
"Baik!"
Melihat Daiki dimarahi habis habisan oleh Takaki adalah suatu hiburan tersendiri bagi Inoo.
Kenapa? Karena dalam lingkup pertemanan mereka, Daiki-lah yang paling sering memarahinya.
Setiap kali Inoo akan memarahinya, Daiki akan bersikap acuh tak acuh. Dengan sikap Daiki yang seperti itu akan membuat Inoo kesal dan berhenti berbicara padanya.
Tapi, sekesal apapun Inoo pada Daiki, dia pasti tidak akan bisa menahan kekesalannya itu untuk 1 jam. Karena setiap Inoo mengabaikannya, Daiki pasti akan mengatakan lelucon yang membuat Inoo kembali berbicara padanya.
"Genggamanmu sangat lemah Arioka! Ulang!"
"Baik!"
Ya... Inoo sangat menyukai Daiki dimarahi oleh Takaki.
Disinilah Inoo sekarang. Duduk dipinggir gymnasium sambil membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan. Dan terkadang melihat Daiki yang sedang berlatih. Atau lebih tepatnya dimarahi Takaki.
"I-Inoo senpai"
Mendengar seseorang memanggil namanya, Inoo pun menoleh ke asal suara itu dan mendapatkan seorang siswa yang terlihat seperti adik kelasnya.
"Ada yang bisa kubantu?" Ucap Inoo lalu berdiri dari tempatnya.
"B-bisa ikut denganku sebentar"
Inoo melihat Daiki lalu kembali menatap gadis itu.
Ya sudah, Daiki juga masih latihan.
"Tentu" Inoo kemudian mengekori adik kelasnya itu sampai mereka berhenti di pohon besar belakang sekolah.
"Apa kau perlu sesuatu?" Tanya Inoo.
Siswi itu pun berbalik menatap Inoo sambil memengang kotak di tangannya.
"I-Inoo senpai, a-aku menyukaimu sejak dulu... k-kumohon berkencanlah denganku!" Ucap siswi itu dengan membungkuk tepat 90 derajat sambil menyodorkan kotak itu pada Inoo.
"Kau siswi tahun pertama ya?"
"E-eh?" Siswi itu kembali menegapkan tubuhnya, menatap Inoo dengan kebingungan.
"Apa kau tidak tau tentang rumor yang beredar tentangku?"
Siswi itu menggeleng.
"Aku sangat menghargai perasaanmu padaku, tapi maaf, aku tidak bisa menerima perasaanmu" tolak Inoo dengan halus sambil melempar senyuman padanya.
Siswi itu terlihat berusaha sekuat mungkin menahan pasukan air matanya agar tidak berhamburan keluar.
"A-ah, begitu ya ahahaha...."
Inoo masih setia terseyum padanya.
"Bo-boleh a-aku tau alasannya?" Tanyanya dengan suara yang parau.
"Aku sudah punya orang lain yang kusukai dan aku gay..."
"E-eh?"
"Maaf"
"A-apakah memang tidak ada kesempatan lagi untukku senpai? A-aku sangat menyukaimu..."
"Maaf, aku tidak tertarik dengan perempuan..."
"Ta-tapi---"
"Maaf, aku tidak bisa menerima perasaanmu. Aku permisi dulu"
"A-apa Inoo senpai menyukai Arioka senpai?" Tanya gadis itu yang berhasil membuat Inoo berhenti berjalan.
"Mana mungkin. Dai chan itu sahabatku" Inoo melempar senyumnya lalu kembali ke gymnasium.
Begitu sampai di gymnasium, kekecewaan mulai menyelimutinya. Klub karate sudah bubar dan Daiki terlihat di pojok ruangan gymnasium sambil mengemas barang barangnya.
"Kau sudah selesai latihan?" Tanya Inoo kecewa.
"Kenapa kau terdengar sangat kecewa? Ayo pulang"
"Eh~ kau sungguh sudah selesai latihan?"
"Iya Inoo chan"
Dengan wajah yang tertekuk, Inoo segera mengemas kembali barang barangnya.
Saat dia sedang berkemas, Inoo menyadari jika jas Yabu yang Yabu pinjamkan padanya kemarin, belum dia kembalikan.
"Ah, Dai chan, habis ini bisa kita ke ruang guru dulu?" Ucap Inoo lalu menyusul Daiki yang sudah berjalan menjauh.
"Ruang guru? Untuk apa?"
"Aku mau mengembalikan jas Yabu kun"
"Jas? Kau sedang berbicara apa?" Daiki berhenti berjalan.
"Kemarin saat kau menerobos hujan, aku berteduh di bawah pohon sambil menunggu hujan reda, lalu kemudian Yabu kun datang dan mengantarku pulang" jelas Inoo tanpa menghentikan jalannya.
"Mengantarmu pulang?"
"Ternyata rumahku dan rumah Yabu kun searah. Mungkin aku dan Yabu kun memang ditakdirkan untuk bersama~"
"He~ sepertinya kau sangat menyukai Yabu sensei"
"Un!" Jawab Inoo dengan menunjukkan senyum lebarnya itu.
Mereka pun berjalan menuju ruang guru sambil sesekali bercerita secara acak. Saat mereka berada di lorong kelas, Daiki melihat Yabu dan langsung memanggilnya.
"Oh kalian ada apa?"
"Ini jas Yabu sensei kemarin, terima kasih atas bantuannya" ucap Inoo sambil menyodorkan jas Yabu.
"Ah, kau bahkan mencucinya, terima kasih Inoo kun"
"Bukan apa apa, aku yang harusnya berterima kasih, jika tidak ada sensei aku mungkin akan kehujanan kemarin"
"Ah, kau berlebihan" Yabu tertawa kecil.
"Tidak, tidak, aku mengatakan yang sejujurnya" balas Inoo.
"Ekhm!" Daiki yang berpura pura batuk itu berhasil menarik perhatian dua orang di depannya yang saling memuji satu sama lain.
"A-ah, kalau begitu kami duluan sensei"
"Baiklah, hati hati di jalan"
Inoo dan Daiki pun kemudian melenggang pergi dari sekolah.
"Oh ya Inoo chan, minggu depan sudah pekan olahraga, kau tidak berlatih?"
"Eh? Berlatih? Aku akan pura pura sakit saja seperti tahun lalu dan tahun lalunya lagi"
"Kau selalu absen sakit saat pekan olah raga sejak SMP" Daiki memutar malas matanya.
"Mau bagaimana lagi~ tubuh ini tidak terbentuk untuk olahraga"
"Sepertinya kau harus berlatih untuk pekan olahraga tahun ini"
"Eh~ kenapa~?"
"Kudengar kelas yang memenangkan seluruh permainan nanti akan memenangkan hadiah karyawisata ke penginapan terkenal di Kyoto"
"Aku tidak peduli. Lagipula kau bisa ke Kyoto lewat kerata api"
"Mungkin kau tidak. Tapi teman sekelasmu iya, terutama ketua kelas"
"Eh~ merepotkan sekali~"
"Ayolah~ kau tidak akan mati jika kau berolahraga"
"Tapi tubuhku akan kesakitan dan mungkin aku akan kesakitan sampai mati."
"Begini saja, jika kau berusaha saat pekan olahraga nanti, aku akan membelikanmu tomat cherry sebanyak yang kau mau"
"Eh?! Kau berjanji?!"
"Aku berjanji"
"Yosha! Aku akan berjuang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach you
Fanfiction"Biarkan aku menyukaimu Yabu kun" "Tidak bisa" "Kenapa?" "Kau muridku Inoo kun"