Author POV
Hari terus berganti begitupun dengan tugas matematika minat yang besok akan dikumpulkan, tetapi Alea masih belum menemukan jawaban dari beberapa soal matetmatikanya, Alea bahkan sudah berusaha bertanya kepada semua teman-teman di kelasnya tapi tetap masih buntu, memang tidak ada jalan lagi, satu-satunya jalan hanya bertanya kepada manusia kejam yang sangat tidak disukai, mungkin sudah tau dia siapa, Adrian Pranata Putra.
"Maee gimana dongg Gue bingung mau nanya siapa lagii ga pada bisa ngerjain soal yang Gue dapet nihhh, nyebelin emang Bu Lisa dasar guru yang bisanya cuma muncrat muluu" Alea mengeluh sambil mengejek Bu Lisa
"Lo udah nanya ke kelas lain belum?" Tanya Mae
"Lo tau kann temen-temen Gue di kelas lain ga beda jauh sama Gue otaknya, Gue nanya ke mereka sama aja bunuh diri, ancurr nilai Gue yang ada" Jawab Alea
"Hahahah, makanya punyaa temen yang pinteran dikit napa" Kata Salma sambil tertawa
"Lahh Lo gasadar Lo temen Gue nyet, kesel Gue Lo ga ngasih solusi ahh" Kata Alea kesal
"Ya mau gimana lagi tanya aja ke orang ituu tuhh" Kata Salma sambil menunjuk Adrian yang sedang duduk di bangkunya.Tanpa membalikan badan, Adrian sudah tau bahwa Salma menunjuknya untuk mengajarkan Alea tugas tambahan.
"Liat aja, aku gaakan pernah mau bantuin spesies aneh itu" Adrian berkata dalam hati.
"Ga, Gue gaakan pernah mau minta tolong sama manusia kejam itu titik gapake koma" Kata Alea membantah
"Ahhh... Lo mah gengsi mulu, mau sampe kapan mertahanin gengsi Lo itu? Tugas Lo mau gimana nyet?" Kata Salma sambil memanggil Alea monyet karna saking kesalnya.
"Ya gatau Gue, huhuhh gimana dongg" Sekarang Alea mengeluh sambil mengeluarkan suara toanya.
"May, kantin yukk mumpung Pa Bejo kagak ada nihh" Kata Juniar tiba-tiba mengajak Salma ke kantin
"Ihh Lo apa sihh Gue lagi curhatt nihh jangan nganggu dulu nanti aja bucinnya sana sanaa huss....husss" Kata Alea sambil mengusir Juniar
"Ahh lama Lo curhatnya lagian tadi May udah ngasih saran sama Lo, Lo nya aja tuhh yang ngeyel" Kata Juniar yang sebenarnya dari tadi mendengar curhatan Alea.
"Lo nguping yahh? Ihhh nguping muluu Lo, Gue sumpahin budeg Lo yahh" Kata Alea kesal kepada Juniar
"Gimana ga denger sekecil-kecilnya suara Lo tetep gede manusia toa" Kata Juniar membalas Alea, memang kenyataannya sekecil apapun suara Alea suaranya tetap besar.
"Udah... udahhh kantinn aja yukk, Lea ikut aja udah nanti dipikirin lagi gausah stres Lo hahahah" Kata Salma menenangkan Alea
"Engga dehh Gue ga mau ke kantin Lo aja berdua bareng si Junaedi" Kata Alea menolak
"Yaudah dehh, yukk Jun" Salma berkata sambil meninggalkan Alea.Alea POV
"Ahhh masa harus minta tolong Ian manusia kejam itu, tapi besok tugas dikumpulin bisaa matii nihhh" Kataku dalam hati.
Setelah berpikir lama akhirnya aku memberanikan diri menghampiri Adrian, karena aku sadar omongan Salma benar. Sebenarnya aku gengsi sekali menghampiri Adrian tapi apa daya aku tidak tahu bagaimana nasib tugasku nanti bila tidak mencoba bertanya pada manusia kejam itu.
"Ian" Baru saja aku memanggilnya, manusia itu sudah langsung meninggalkanku. Aishhh, sepertinya dia sudah tau.
"Ian, jangan pergi dulu Gue mau ngomong bentarr" Kataku sambil menahan tangannya
"Lepasin" Kata manusia kejam itu kepadaku
"Ehh iyaa maaf, Ian Lo mau yahh bantuin tugas Gue?" Kataku memelas
"Ga, Gue gamau" Katanya sambil berlalu meninggalkanku.Aku langsung mengikuti Adrian pergi, sambil berbicara
"Ian pliss, Gue traktirr Lo dehh yahh? Lo mau apa Gue traktirr dehh"Dan seperti biasanya ia hanya diam sambil terus berjalan. Aku terus memohon kepada Adrian, sampai akhirnya aku tersadar saat Adrian berbicara
"Lo mau masuk wc cowo?" Kata Adrian yang akan memasuki toilet laki-laki itu.
"Ehh engga kokk" Kataku malu.Saking seriusnya aku memohon pada Adrian aku tidak menyadari bahwa aku hampir memasuki toilet laki-laki.
Akhirnya aku tetap menunggu Adrian keluar, saat aku menunggu Juniar dan Salma menghampiriku.
"Toa, Lo ngapain di toilet cowo ganti gender Lo jadi cowo? Hahahah"
"Heh, kurang ajar Lo Gue lagi nungguin orang"
"Siapa emang?" Tanya Salma
"Ian" Kataku sambil menurunkan volume suaraku
"Hah? Kok bisaa? Lo bergaul sama Ian? Keajaiban nihhh" Kata Juniar
"Heh, bukan Gue mauu...." Kalimatku terpotong karena Adrian sudah keluar dari toilet dan aku segera menghampirinya.
"Iann pliss yahh bantuin Gue, Gue minta maaf waktu kerja kelompok Gue malah tidur Gue janji Gue bakal traktirr Lo pliss yahh" Kataku sambil menahan tangannya Adrian.Tetapi lagi-lagi usahaku gagal, Adrian melepaskan tangannya yang ditahan olehku. Aku hanya bisa terdiam. Sementara itu, Salma dan Juniar yang masih disitu menghampiriku.
"Leaa tenang aja, Gue punyaa ide supaya Ian bantuin Lo" Kata Salma
"Gue kasian jadinya liat Lo sampe segininya mohon-mohon sama tuhh anak, ga nyangka Gue seorang manusia toa yang terhormat dijatuhkan harga dirinya oleh seorang Adrian hahahah" Kata Juniar sambil tertawa
"Heh, Jun jaga omongan Lo Lea lagi kayak gini jugaa" Kata Salma berusaha menenangkanAku yang mendengarnya langsung pergi meninggalkan mereka menuju taman sekolah, jujur aku malu sebenarnya. Aisshh, dasar manusia kejam. Dan sekarang entah bagaimana lagi caranya agar aku bisa dibantu oleh Adrian.
Ketika aku sedang duduk di taman, Salma menghampiriku dan berkata.
"Leaa, maaf yahh si Junaedi emang gapernah jaga omongannya, Lo jangan sedih gitu dongg Gue punyaa caranyaa nihh biar Lo bisaa dibantuinn" Salma berusaha menenangkan Alea
"Cara apaan orang kayak dia kagak mempan tuhh kayaknyaa pake cara apapun males Gue, gatau gimana tugas Gue, pasrah aja lahh" Kataku pasrah
"Ihh Lo mahh belum usaha lagi udah nyerah gitu aja, gini Lo kan tetanggaan tuhh sama Ian nahh Lo ke rumahnyaa modusnyaa Lo ngasih kue kek ke mamahnyaa atau kasih apa kekk terus Lo sekalian bilang dehh Lo mau belajar bareng Ian otomatis mamahnya Ian bakal nyuruh tuhh anak buat belajar bareng Lo kann? Gimana?" Kata Salma menjelaskan
"Bener jugaa ide Lo kenapa Gue ga kepikiran yahh? Huaaa makasihh banyakk, tapii btw tumbenn otak Lo tokcer gituu abis makan apa Lo?" Kataku senang
"Abis makan tokek, puas Lo? Dari dulu otak Gue tokcer yah Lo nya aja tuhh yang ga nyadar" Kata Salma protes
"Tokek beli dimana tuhh? Kan emang otak Lo ga beda jauh sama Gue sebelas dua belas hahaha" Kataku
"Terserah Lo dehh udah yukk ke kelas, si Junaedi antepin aja lagi males Gue jugaa sama tuhh anak" Kata Salma lagi
"Alah sekarang aja Lo bilang lagi males nanti kalo pulang gaada yang nganter tau rasa Lo hahah" Jawabku
"Gue bisa yahh pulang naik angkot sendiri" Kata Salma
"Ayo taruhan paling juga gajadii naik angkot dianter dehh sama si Junaedi" Kataku lagi
"Ishhh berisik Lo ahhh" Jawab Salma kesal
"Hahahah" Kataku tertawa.Sebenarnya aku bersyukur memilki sahabat seperti Salma, meskipun aku sering mengejeknya tapi sebenarnya itu merupakan rasa sayang yang bisa aku tunjukan kepada Salma. Yahh, meskipun aku sering menjadi kambing conge nya antara Salma dan bucinnya alias Juniar tapi mereka tidak pernah tidak mengganggapku, aku bersyukur memilki sahabat seperti mereka. Karena bagiku sebenarnya kita butuh orang yang mengerti keadaan kita sebenarnya seperti apa, dan aku merasa itulah sahabat tanpa memandang fisik, kasta, pergaulannya seperti apa, intinya sahabat itu merupakan seseorang yang menerima kita apa adanya, seseorang yang menemani kita dalam keadaan apapun. Cara setiap orang menyampaikan rasa sayang tentu berbeda seperti aku contohnya yang hanya bisa menyampaikan rasa sayang nya dengan cara seperti ini. Intinya aku bersyukur memilki Salma dan bucinnya yang terkadang emang menyebalkan heheh.
-----------------------------------------------------------
Update kayaknyaa kemaleman yah😁
Tapi gapapa seenganyaa author berusaha konsisten untuk terus update di hari kamis hihih😊Makasihh banyakk yang udah nyempetinn bacaaa ceritaa iniii dan semoga terus penasaran sama ceritaa iniii (keseringan dehh kayaknyaa bilang ini heheh)
Jangan lupa jaga kesehatan yahh semuanyaa, semogaa pandeminya cepet udahann😭
- Saranghae from author
![](https://img.wattpad.com/cover/236608428-288-k211213.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Voice
Teen FictionKemampuan ini adalah sebuah ketidakinginan yang aku dapatkan, kemampuanku ini membuatku tidak menyukai sesuatu yang hidup, aku lebih menyukai benda mati yang tidak punya hati dan pikiran. Semenjak kejadian itu terjadi kemampuan ini menguasai tubuhku...