'9'

6 0 0
                                    

Author POV

Keesokan harinya tugas tambahan matematika minat dikumpulkan, Alea yang kemarin-kemarin terlihat murung karna tugas ini langsung ceria kembali karena tugasnya sudah selesai dengan baik.

"Lo senyum-senyum sendiri kenapa dah? Vino nembak Lo?" Kata Salma bertanya antusias
"Heheh kalo iya kenapa?" Kata Alea sambil tersenyum merekah
"HAH? DEMI APA LO? VINO KESAMBET SETAN APAAN YAH MAU NEMBAK LO" Kata Juniar yang mengeluarkan suara toanya
"Heh, kecilin suara Lo Junedd" Kata Alea sambil menyubit lengan Juniar
"Emang benerr ditembak? Kapan? Dimana? Kok bisa?" Tanya Salma bertubi-tubi
"Kalem napa nanyanyaa satu-satu, tadi malem di mimpi Gue hahahah" Jawab Alea
"Ahh elahh Lo mahh" Jawab Salma
"Kan bener mana mungkin Vino mau sama manusia toa macam Lu, impossibli kalo Bahasa inggrisnyaa tuhh" Kata Juniar
"Imposible Jun, Lo malu-maluin ahhh" Kata Salma menceramahi Juniar
"Jadi Lo kenapa senyum senyum bahagia merekah gituu hah?" Tanya Juniar
"Gue udah selesain tugas tambahan matematika yang membebani hati dan pikiran Gue hahaha" Kata Alea sambil tertawa bahagia
"Serius? dibantuinn siapa Lo? dibantuin jin tomang Lu yahh? Mana mungkin Lo ngerjain sendiri" Tanya Salma sambil mengejek
"Kayaknya jin tomang jugaa gamau bantuin manusia toa kayak si Alea hahah" Tambah Juniar
"Iya dibantuin jin tomang, tuh tuh jin tomangnyaa hahahah" Jawab Alea sambil menunjuk ke bangku Adrian
"Hah? Ian mau bantuin Lo? Kok bisa?" Tanya Salma lagi
"Lo melet apaan dah biar Ian mau bantuin Lo?" Kata Juniar
"Berisik Lo Junaedi, Gue pake cara Lo Mae biar Ian mau bantuin Gue heheh" kata Alea menjelaskan
"Tuhkann cara Gue ampuhh berarti" Kata Salma dengan sombongnya
"Caranya gimana dahh?" Tanya Juniar penasaran
"Gausah tau, Lo berisik bangett sana-sana balikk ke bangku" Kata Alea mengusir
"Ehhh ditanya malah ngusir Gue, Gue gibeng jugaa Lo" Kata Juniar sambil meninggalkan Alea dan Salma.

Alea tentunya merasa sangat berterima kasih kepada Adrian karena telah membantunya mengerjakan tugas tambahan tersebut. Alea menghampiri Adrian untuk sekedar mengucapkan kata terima kasih karena pada malam itu Alea tidak sempat mengucapkan kata terima kasih pada Adrian.

"Ian, Lo mau Gue traktirr apaan nihh? heheh" Tanya Alea cengengesan
Seperti biasa Adrian tidak menjawab dan tetap sibuk dengan membaca buku novelnya.
"Iann, hmmm makasihh yahh udah bantuin Gue maaf kalau Gue akhir-akhir ini ngeganggu Lo terus Gue cuma mau traktirr Lo sebagai tanda terima kasih Gue" Kata Alea menjelaskan
"Gausah, Gue ga butuh juga" Tolak Adrian
"Ihh kokk gitu sihh? Engga engga pokoknya Gue bakal nunjukin tanda terima kasih Gue" Kata Alea sambil meninggalkan Adrian.

Adrian POV
"Aku cuma mau Lea pergi ga nganggu hidup aku lagi, aku terlalu males untuk bergaul dengan orang-orang macam Alea apalagi setelah Alea tau kalau tetangga depan rumahnya adalah aku"

Tiba-tiba datanglah Vino menghampiriku sambil duduk di bangku sebelah yang memang bangku itu miliknya.

"Lo ada masalah apa sih sama Lea?" Tanya Vino yang lagi-lagi membahas Alea manusia yang paling tidak ingin aku ungkit lagi.
"Engga ada" Kataku dingin
"Asal Lo tau yan, Lea luarannya gitu tapi sebenernyaa dia polos banget" Vino berusaha menjelaskan Alea
"Ya terus apa hubungannya sama Gue?" Tanyaku
"Ya gapapa sihh, Gue harap Lo ga punya masalah atau dendam apapun itu sama Lea" Jawab Vino

Sebenarnya aku dibilang terlalu dekat dengan Vino juga tidak, iya karena aku tau meskipun di luar Vino memang baik tapi aku tau dalam hatinya dia tidak sebaik itu, intinya aku tau bahwa Vino yang diidam-idamkan dan dipuja-puja Alea tidak sebaik itu. Aku hanya merasa aku dan Vino teman sebangku tidak lebih.

Keesokan harinya, ketika aku duduk di bangkuku sudah ada kotak makan berwarna biru muda dengan sebuah notes kuning bertuliskan 'Dimakan yahh Ian semoga sukaa heheh'. Sepertinya aku tau ini dari siapa, iya, ini pasti dari Lea dan ketika aku membuka kotak makan berwarna biru muda itu aku langsung tertegun dan segera membuang isi kotak makan itu ke tempat sampah. Bukan karena aku tidak menghargai Alea, rasanya selalu sesak ketika melihat makanan itu rasanya aku kembali membuka luka lama yang telah aku kubur, yang berusaha aku sembuhkan, rasa itu kembali hadir, rasa itu kembali ada.

Aku segera berjalan menuju taman sekolah untuk menjernihkan pikiranku, lagi-lagi ini terasa pedih, ini terasa sesak, ini terasa sakit. Aku selalu menangis karena hal ini, bukan karena aku cengeng melainkan aku terlalu merasa bersalah, terlalu merasa bahwa hal ini adalah salahku.





-----------------------------------------------------------

Uwawww tumbenn nihh author update jam segini biasanya malem terus heheh 😁

Part 9 Up nihhh

Please, tinggalin jejak nya buat ngevote dan komen yahh makasih banyakk 💜💜💜

Semoga terus penasaran sama cerita ini✨

- Green heart from author

Deep VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang