Adrian POV
Disaat-saat seperti ini ternyata nasib sialku belum selesai, ketika perasaan kelamku yang hadir kembali itu lebih baik, aku kembali harus berurusan dengannya, dengan spesies aneh berisik itu, aishhh memang apa sih maunya dia? Belum cukup untuk mengempeskan ban sepedaku sekali? Saat aku menuju parkiran sepeda, aku melihat ban sepedaku kempes lagi, dan entah mengapa aku langsung mengingat siapa yang pernah mengempeskan ban sepeda kesayanganku ini. Aku menahan amarah sambil mengepal tanganku sambil bergegas kembali ke kelas untuk langsung bertemu orang yang sama sekali tidak ingin aku lihat.
Dan ternyata, tau apa yang dia katakan? Hanya berpura-pura tidak melakukannya, maling memang tidak akan pernah mengaku, bukan? Entah maunya dia apa, apa yang dia mau dariku. Tentu saja, orang-orang di kelas kaget bukan main melihat amarahku yang menggebu-gebu kepada Alea. Mungkin beberapa orang akan berpikiran bahwa aku berlebihan hanya karena masalah ban sepedaku yang kempes aku memarahi Alea sebegitunya, tetapi sayangnya ini lebih dari itu. Sepeda itu, sepeda dari orang yang sangat aku sayangi, sepeda yang sangat menggambarkan orang yang memberinya, sepeda itu membuatku merasa orang yang sudah tidak ada kembali ada karna hadirnya sepeda itu. Bahkan, ayah dan Ibu sekalipun tidak boleh menyentuh sepeda kesayanganku itu bila tidak seizin dariku, karena apa? Karena sepeda itu begitu berharga untukku.
Aku pulang ke rumah dengan menenteng sepedaku yang tentunya karna ban sepeda yang kempes. Dan ibu pun kembali bertanya seperti biasa kenapa aku pulang terlambat.
"Iann, kokk telat lagi pulangnyaa? Ada kerja kelompok?" Tanya Ibu
"Biasa bu, ban sepeda kempes lagi" Jawabku yang sebenarnya sudah tidak ingin membahas nya lagi
"Lohh, emang sama Ian belum di pompa lagi yahh? Disangka udah di pompa bannya" Kata Ibu sambil meninggalkanku pergi menuju dapur
"Maksud Ibu?" Tanyaku heran sambil mengikuti Ibu ke dapur
"Iyaa, kemarin waktu hari Minggu ayah kan pake sepeda Ian buat olahraga sama temen-temennya, Ayah lupa belum mompa lagi. Disangka Ibu, Ian yang mompain bannya" Kata Ibu menjelaskan yang tentunya membuatku terkejut
"Kokk Ayah ga bilang pinjem sepeda Ian?" Tanyaku lagi
"Lohh, emang Ayah belum bilang? Ya ampun Ayah, ayah kebiasaan dehh lupaan terus" Jawab ibu lagi.Jadi, sebenarnya bukan spesies aneh berisik itu yang mengempeskan ban sepedaku? Aishhh.... ini semua gara-gara Ayah.
Alea POV
Setelah kejadian di kelas itu, Aku sempat menenangkan diri dengan berlari ke toilet, aku bukanlah tipe orang yang ingin memperlihatkan kesedihanku kepada orang lain termasuk Salma, maka dari itu aku terus berusaha menenangkan diri sendiri."Dasar manusia kejam, aku gatau sekarang harus gimana, orang-orang pasti terlanjur nyalahin semua perbuatan yang si manusia kejam itu tuduh adalah kelakuanku, belum lagi kalimat terkakhirnya yang '......' Ahhh tau darimana manusia itu? Selama ini yang mengetahui aku ngeceng Vino cuma Mae dan Junaedi, siapa lagi coba? Pasti setelah ini aku jadi bahan gosip di kelas. Masalah nya kalau Vino denger gimana?" Kataku dalam hati yang sedang berpikir keras ini.
Setelah aku menenangkan diri dan segera keluar dari toilet aku melihat Vera and the geng yang terkenal karena trouble maker nya itu. Ishhh, apalagi ini? Sepertinya nasib sialku belum selesai.
"Ohh jadi saingan Vera nambah nihh" Kata
"Hahaha baru tau Gue si toa demen jugaa sama modelan Vino"
"Iyaa lucuu yahh ga nyangka dehh toa si galak suka sama Vino yang kalem."
"Berisik ..."
"Heh denger ga Gue ngomong, kayaknyaa nihh orang jadi budeg gara-gara suaranya sendiri"
"Gue ga budeg, Lo pada percaya gitu aja sama Adrian yang freak itu? Kalau Gue sihh mikir beribu kali yahh, ngomong sama Gue aja jarang apalagi tau Gue demen sama siapa, udah ahh pararunten neneng jebred" Kataku sambil keluar dari toilet, untungnya aku bisa menjawab seperti itu. Jujur sebenarnya aku takut, takut semua orang tahu siapa yang disukai sejak dulu oleh seorang Alea, dan takut Vino tahu bagaimana perasaanku sebenarnya.Usai dari toilet aku langsung memutuskan untuk segera pulang, pikiranku ini tidak karuan, selalu dan terus-terusan berpikir tentang kejadian tadi, memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dan rasanya aku tidak kuat untuk sekolah besok. Rasanya ingin meliburkan diri, sakit kekk, izin kekk, ada acara atau sekedar kucing tetangga meninggal pun aku mau dehh melayat daripada harus sekolah besok. Saking terlalu asik dengan pikiranku yang sebenarnya aku sedang berjalan di pinggir jalan untuk pulang tiba-tiba aku terjatuh lemas karena serempetan motor disebelah kiri ku yang tidak aku sadari. Dan setelah itu semua rasanya gelap.
----------------------------------------------------------
Huhuhhh maafkann author yang telatt update inii abiss beres uts bangett😭😭😭
Don't forget Vomentnyaa yahh
GOMAWOOO 💜💜💜LOVE YOU FROM AUTHOR 💗

KAMU SEDANG MEMBACA
Deep Voice
Teen FictionKemampuan ini adalah sebuah ketidakinginan yang aku dapatkan, kemampuanku ini membuatku tidak menyukai sesuatu yang hidup, aku lebih menyukai benda mati yang tidak punya hati dan pikiran. Semenjak kejadian itu terjadi kemampuan ini menguasai tubuhku...