“Kau harus segera memutuskannya secepatnya Kim Jejung. Ujiannya akan dilaksanakan dua minggu setelah ujian kelulusan. Aku hanya berharap kau bisa melanjutkannya dan kembali menjadi Kim Jejung yang membanggakan seperti biasa."
Pria paruh baya itu menggeser kursinya kemudian meninggalkan ruangan konseling yang hari itu terlihat sibuk dalam keterdiaman.
“Hah.. Bagaimana?”
Jaejoong menghembuskan nafasnya dengan perlahan menggeser kursi yang ia duduki sampai menimbulkan suara berderit yang samar.
Untuk kesekian kalinya ia dipanggil ke dalam ruangan konseling yang berisi siswa-siswa bermasalah. Bukan—dia berada diruangan itu bukan karena suatu masalah serius yang menjeratnya, namun sebuah keputusan yang membuatnya beberapa hari belakangan ini pusing.
Tiga bulan lagi ujian kelulusan akan diadakan. Dan ia belum memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas.
Selain itu beasiswanya juga bermasalah. Sudah dua ujian berturut-turut Jaejoong mendapatkan nilai dibawah ketentuan yang ditentukan sebagai penerima beasiswa full di sekolah yang terkenal dengan lulusannya terbaik se-Jepang.
Walaupun bukan sekolah elit dengan bayaran tinggi, namun para siswa sekolah ini diperhitungkan sekali di masyarakat. Tidak sembarangan orang bisa menuntut ilmu di sekolah ini kalau hanya bermodalkan dengan otak yang pas-pasan.
Nilainya turun akhir-akhir ini bukan karena dia malas belajar atau karena terlalu banyak bermain. Justru dia berusaha sangat keras sejak ia menginjakkan kakinya di hari pertama ia masuk ke sekolah itu.
Setiap hari ia harus bekerja membanting tulang di beberapa tempat guna membiayai hidupnya di Jepang yang sudah diakui didunia tidak murah dan juga untuk tabungannya masuk ke Universitas.
Ia juga harus belajar dengan giat agar beasiswa yang selama ini ia dapatkan disekolahnya tidak dihapuskan.
Dia berusaha lebih keras dari yang orang bayangkan. Karena entah kenapa ia merasa kalau saat masuk universitas nanti ia tidak akan mendapatkan beasiswa full lagi. Karena jam belajarnya akan lebih tersita dengan pekerjaan-pekerjaan paruh waktu yang ia ambil.
Mengingat menjadi mahasiswa itu sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit, seperti membayar KKS belum lagi tugas-tugas yang akan diberikan dosen nanti.
Sempat ia berpikir untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Namun Yama-Sensei yang mengurusi dan bertanggungjawab mengenai beasiswanya selama ini menyarankan padanya agar melanjutkan study nya dengan alasan otaknya yang jenius itu akan sia-sia akan tidak di asah dan dikembangkan lagi.
Yama-Sensei tahu Jaejoong memiliki kemampuan yang terpendam didalam dirinya yang pendiam itu.
Jaejoong mampu membuktikan pada dunia kalau dia layak sukses nantinya.
Hah..
Memikirkannya saja membuat kepalanya serasa pecah.
Belum lagi dua hari yang lalu ia baru saja dipecat dari pekerjaannya yang selama ini memberikannya gaji lumayan.
Pemilik rumah kedai ramen yang sangat disiplin dalam ketepatan waktu itu sudah tidak dapat lagi mentoleransi keterlambatan Jaejoong yang sudah terjadi lima kali berturut-turut dalam sebulan terakhir. Dengan berat hati ia memberhentikan Jaejoong.
Keuangannya semakin menipis. Saking stresnya ia sampai tidak bernafsu makan dua hari ini, perutnya sama sekali belum terisi makanan.
Pikirannya sedang berputar bagaimana caranya agar mendapatkan pekerjaan yang lain selain kerja paruh waktu sebagai kasir minimarket yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Un Autre Destin
FanfictionKim Jaejoong seorang pelajar biasa yang ditemukan secara tidak sengaja oleh sekelompok pemuda dari Korea Selatan. Dipaksa menjadi model dan menjalani hari-hari yang tidak biasa. Hingga sebuah rahasia terungkap dan mengubah takdir hidup Kim Jaejoong...