Chapter 12

4.1K 478 59
                                    

Galang terjebak macet hampir dua jam dijalanan. Rasanya ia ingin menonjok Ilham, gara-gara dia yang berpikir macam-macam membuat ia harus pulang ke Bengkel. Padahal dengan menginap di rumah yang di isi Nayla sekarang, nggak bakal terjadi apa-apa. Ia akan tidur di sopa, dan Nayla di kamar, nggak mungkin tidur berjauhan bisa bikin hamil.

Tapi alih-alih Ilham merasa kasihan dengan Galang yang terjebak macet, ia malah menasehatinya.

"Sudah untung lo terjebak macet, coba bayangin kalau  lo tetap ada di sana, selain menimbulkan fitnah, kalian jadi sama-sama berdosa. Tangan iya nggak apa-apa. Tapi, mata yang tatap-tatapan. Hati yang berdebar-debar. Dan pikiran jadi liar. Sudahlah akui saja, kalau kamu itu secara tidak sadar sudah suka sama Nayla."

"Jangan ngaco!" Galang memelototkan matanya galak.

"Jangan suka menyangkal kalau emang suka. Lo itu sangat jarang nolongin perempuan, kecuali Ibu-ibu korban KDRT. Kasus pemerkosaan, pokoknya hal-hal yang menjadikan perempuan itu bagian dari obyek kekerasan. Lo ngelakuin itu, karena jiwa lo terpanggil, sebagai orang yang bekerja di bagian hukum. Nayla nggak ada hubungannya dengan kasus lo, tapi lo tolong. Ini bikin gue aneh. Kalau alasannya kasihan, urusan dengan wanita itu nggak harus semuanya diselesaikan dengan rasa kasihan. Jika mau nolong, masih ada tempat yang aman buat dia berlindung dan memperbaiki diri. Gue cuma mau ngasih tau sama lo, kenapa banyak kasus perselingkuhan saat ini? Semuanya bermula dari rasa kasihan, berusaha jadi penolong,  mau jadi pendengar keluh kesah perempuan, akhirnya ada yang merasa nyaman dan baper, setan akhirnya ikut berperan. Ini sangat bahaya lo, Lang. Nanti bisa-bisa semua wanita minta ditolong sama lo, dan sekaligus minta dikawinin.

"Nggak gitu juga kali! Gue ngajak Nayla tinggal disana, murni karena gue pingin ngasih pelajaran sama dia."

"Yang pantas ngasih pelajaran itu bukan lo, tapi Tuhan. Ingat, lo juga bukan orang suci tanpa cela. Begitu juga Nayla, dia punya masalalu. Dan perlu di ingat ya, Lang, melibatkan perempuan cantik dan muda seperti Nayla pada kehidupan lo, tanpa ikatan pernikahan itu sangat salah dan akan jadi masalah. Ada baiknya lo halalkan dia. Lo bisa bertanggung jawab pada kehidupan dia secara utuh tanpa harus merasa terbebani karena sudah halal dimata agama. Dia juga terlindungi. Meninggalkan dia dirumah tua dengan anak-anak, juga berbahaya. Apalagi lo seorang pengacara yang akan memiliki banyak musuh.

"Gue belum berpikir kearah sana. Menikah bagi gue butuh pemikiran yang matang."

"Menikah itu dianjurakan jika sudah mampu. Lo juga butuh ada yang merawat dan memperhatikan. Ketimbang lo sering menemuinya jadi dosa, kan mending lebih baik menikah. Jika nggak mau nikahin, lo lepaskan Nayla, suruh dia pergi dari rumah itu. Supaya lo terhindar dari zina mata, zina pikiran, zina hati, yang akan berubah menjadi zina yang lebih besar. Seorang ipar perempuan saja sama Rasulullah dilarang tinggal bersama dalam rumah tangga kakaknya, kata Rasulullah Ipar adalah maut. Padahal sama kakaknya ada ikatan pernikahan, tapi tetap adik ipar perempuan atau kakak ipar perempuan adalah orang lain. Yang harus dijaga pandangan kita terhadapanya. Dan Nayla juga orang lain bagi lo, maka lo harus menghindarinya, jika tidak ingin menikahinya."

"Gue letih, jadi tolong jangan ngomonin masalah Nayla terus." Galang males dengan sikap cerewet Ilham yang terus mendesak menikahinya. Menikah tidak semudah membalikan telapak tangan. Harus ada biaya, ada kesepakatan, ada tanggung jawab. Hidup sendiri jauh lebih nyaman.

"Ok, gue cukupkan sekian untuk Nayla. Semoga lo bisa mengambil jalan terbaik untuk masalah ini. Sekarang urusan gue yang lain belum selesai."

"Nggak bisakah ditunda sampai besok?" Galang benar-benar letih.

"Bisa. Dan gue akan menginap di sini malam ini."

"Terserah lo!" Galang berbalik melangkah meninggalkan Ilham. Tubuhnya selain letih, terasa sangat lengket. Maka ia butuh mandi segera, meski cuaca terasa dingin dan menusuk tulang.
***

Laki-laki berkumis tebal itu terlihat sangat murka ketika membaca petisi online dari sebuah kampus mahasiswa yang terbunuh dua minggu yang lalu dan kasusnya telah ditutup oleh kepolisian,  minta dibuka lagi. Mereka tidak percaya kalau Rimba bunuh diri, mahasiswa itu pastinya dibunuh. Nafas laki-laki tua itu menderu, menahan amarah. Matanya bergerak liar. Kenapa bisa kasus yang telah ditutup minta dibuka lagi. Dan gilanya petisi online sudah mendapat dukungan mahasiswa dan masayarakat sebanyak lima ratus ribu orang. Ini baru berjalan satu  hari, dan jangka waktu petisi online selama seminggu. Kalau kepolisian tidak membuka kembali kasus kematian Rimba, mahasiswa akan turun ke jalan, akan melakukan demo besar-besaran.

"Kamu lihat bahwa kelakuanmu sudah membuat aku pusing! Kalau kasus ini kembali dibuka, hancur sudah hidup kita! Dasar bodoh…goblo* dari dulu otakmu nggak pernah dipake, sehingga semuanya menjadi runyam. Sudah aku bilang, jangan bunuh dia! Kau tidak pernah mendengar kata-kataku!" laki-laki paruh baya yang masih terlihat kuat, namun sangar itu, menunjuk-nunjuk laki-laki didepannya dengan penuh amarah.

"Mereka tidak akan bisa melacak kasus pembunuhan ini. Aku sudah melakukan dengan cara yang sangat rapi. Dengan menyewa pembunuh bayaran yang sudah terlatih. Bahkan ahli forensik pun bisa menyatakan kalau Rimba bunuh diri." ujar lelaki yang usianya lebih muda dengan tatapan begitu tenang.

"Bodoh, kasus ini selangkah lagi hampir saja terbongkar, kalau aku tidak menyuruh bawahanku bertindak cepat.  Dua mingu ini kau puas melakukan pesta sex, pesta narkoba, dugem, dan liburan di luar negeri sehingga tidak tahu apa-apa. Jangan kira aku tidak tau apa yang kamu lakukan!" geramnya.

"Itu hiburan karena aku sudah berhasil menyingkirkan tikus sok tau, yang menjadi kerikil urusan kita. Aku sangat yakin, kasus ini tidak akan terbongkar, sama dengan kasus-kasus lainnya. Asal kita punya uang."

Ingin saja lelaki paruh baya itu menonjok lelaki didepannya. Yang sangat menyepelekan sebuah kasus. Tapi yang dilakukannya adalah menarik kerah pemuda tersebut sampai sipemuda merasa susah bernafas.

"Kau pikir dirimu hebat, hah! Ahli forensik tidak berani menyatakan kalau mahasiswa itu dibunuh, karena para dokternya berada dalam ancaman. Berani mereka buka mulut, maka semua keluarganya berada dalam bahaya. Dan ingat, didunia ini, tidak ada yang namanya kejahatan yang sempurna. Jika para ahli forensik itu didesak, lalu mereka buka mulut, semua akan selesai. Begitupun jika para polisi dilapangan, ketika desakan masyarakat dan mahasiswa kuat, mereka yang semula takut kariernya di copot, akan bertindak sesuai hati nurani lagi."

Laki-laki muda itu mulai terlihat gelisah. "Bapak tenang saja, saya akan menyelesaikan kasus ini, tanpa ada pihak yang curiga, kalau kitalah dalang dibalik pembunuhan Rimba."

"Aku belum bisa tenang, jika kasus ini masih tetap ingin di buka. Dan kau jangan lupa, pengacara muda mulai dilibatkan untuk menyelidiki kasus ini. Galang Dirga Sagara, dia pengacara muda, yang tidak mengenal kata menyerah jika belum bisa menyelesaikan kasusnya. Dia juga sangat ditakuti oleh para koruptor dan gerbong Narkoba. Karena dia sudah berhasil memasukan buron kelas kakap ke penjara, dan juga Mafia narkoba. Sekarang dia akan menyelidiki kasus ini, kita harus lebih berhati-hati, jika dia sudah turun gunung." Laki-laki tua itu mulai didera khawatir.

Sudah tersedia dalam buku cetak

NOKTAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang