Chapter 10

2.9K 500 67
                                    

Galang baru saja akan menyuapkan nasi ke mulutnya, ketika perempuan medusa itu menyusulnya ke kantin rumah sakit, membuat Galang kehilangan selera untuk meneruskan acara makannya. Ia mendengkus kesal, apalagi yang ingin dilakukan perempuan ini?

Dia mengambil tempat duduk di depan Galang, tanpa persetujuannya. Ingin saja Galang menumpahkan soto ke muka perempuan tak tahu malu itu.

"Aku tidak akan mengganggu kegiatan makan siangmu, jika ibumu tidak mengabaikanku dan kamu mau di ajak bicara." wanita itu membuka percakapan.

Galang menggeserkan mangkok yang masih penuh berisi soto daging, sepiring nasi, kerupuk dan teh tawar hangat. Makanan yang tadinya terlihat sangat berselera, mendadak Galang malas menyentuhnya. Galang menatap wanita simpanan ayahnya dengan tajam, sambil mensidekapkan kedua tangannya di dada.

"Apa yang ingin engkau bicarakan?" ujar Galang dingin. Wanita parasit ini harus diladeni, agar masalahnya cepat selesai.

"Pertama-tama, panggil aku Bunda, karena aku juga adalah istri dari ayahmu."

Galang tersenyum menyeringai, terlalu pede sekali jika wanita ini ingin dipanggil bunda. Siapa dia?

"Yang saya tahu, wanita yang pantas ku panggil Ibu, Bunda, atau Mama, di dunia ini, hanya satu, yaitu wanita yang sudah bertaruh nyawa melahirkanku. Jika pun harus ada lagi, itu tidak lain adalah orang-orang yang sudah berkontribusi mendidik saya, yaitu guru saya, atau orang yang sudah tulus menyayangi saya tanpa pamrih. Lalu anda, apakah masuk dari kriteria yang saya sebutkan barusan."

"Tapi tetap saja saya ini adalah istri ayahmu."

Lagi-lagi Galang tersenyum sinis. "Apa sebenarnya keinginanmu setelah hampir tujuh belas tahun bersembunyi menjadi istri simpanan?"

"Seperti yang saya sebutkan pada ibumu, yaitu minta pembagian saham dari perusahaan yang sudah dikelola oleh suami saya, karena saya juga dari istrinya, dan memiliki anak dari pernikahan kami."

Galang berdecih. Wanita macam apa yang di saat suaminya sakit, tapi ia malah menuntut harta, bukan malah ikut terlibat menjaga suaminya. Ternyata pelakor dimanapun, selalu paling merasa hebat jika dalam menguras harta laki-laki. Menikmati tanpa ingin bekerja keras. Hanya laki-laki bodoh yang mau hidup dengan parasit seperti ini.

"Harta yang kamu permasalahkan, itu bukan menjadi urusa saya. Karena selama ini, saya sendiri  hidup dari hasil kerja keras sendiri. Kamu tahu kenapa? Tentu saja itu karena kamu yang menjadi penyebabnya! Sejak saya memergoki laki-laki yang sekarang terbaring tidak berdaya itu,  bergumul denganmu, sejak itu pula, laki-laki itu memusuhiku, mengusirku dari rumah. Karena dia takut kalau ibuku akan mendengar aduan anak laki-lakinya.. Sebenarnya kamu hanya parasit yang membuat jarak ayah dan anak menjadi rusak. Membuat wanita yang sudah berjuang dari nol, banyak terluka karena hidupnya dipenuhi rasa curiga. Jika kamu mau tahu semua harta ayahku, itu milik ibuku. Karena saat dia menikah dengan ibuku, dia laki-laki miskin yang tidak memiliki harta." Galang menjeda kalimatnya, dan menunggu reaksi wanita di depannya yang terlihatmulai gelisah.

"Saya tidak mau tahu, yang penting saya mendapatkan harta dari ayahmu, karena istrinya juga. Jjika tidak  mau menuruti permintaan saya, maka saya akan membuat keluarga kalian malu."

"Malu?" Galang menyipitkan matanya. "Bukankah yang harusnya malu adalah dirimu? Karena selama ini, kamu hanya parasit dikeluarga saya— yang hanya menginginkan harta laki-laki tua itu, untuk memodali gaya hidup mewahmu. Apa masih kurang dengan rumah yang ada di Pondok Indah,  Agung Podomoro, lalu apartemen di BSD city, tanah beberapa hektar di Jongol, beberapa mobil yang tersimpan di garasi rumahmu. Arisan sosialita yang selama ini kau pamerkan di Instagram, biaya jalan-jalan ke luar negeri tiap kamu menginginkannya, dan sekaligus biaya operasi wajah, serta perawatan tubuhmu yang cukup mahal. Bukankah itu semua didapat dari hasil memeras kantong laki-laki tua yang selalu berbohong pada istri sah nya, jika keuntungan perusahaan tidak banyak, lagi pailit, padahal perusahaan dari dulu tetap stabil, tapi karena istri simpanannya yang kemaruk, laki-laki tua itu hidupnya jadi penuh dengan dusta."

NOKTAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang