Judul mulmed : Overture. Offical theme Stranger 2.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
"Kebenaran seringnya sudah ada di depan mata kita. Namun jadi tak terlihat karena kita hanya mau melihat yang ingin kita lihat saja"
~ Satya Sakti~
💜Ketika Ara dan Agam datang ke lokasi, Satya sudah dibawa ke Rumah Sakit. Yolanda Subekti ditemukan di salah satu kamar dilantai dua yang terkunci dari luar, tak lama sesudahnya.
Dalam kondisi terlelap, dibius oleh Stefanus. Rumah juga sudah digeledah namun tak ada tanda-tanda keberadaan kalung tersebut.
“Aku akan menemani Ibu Satya ke Rumah Sakit, sekaligus menjaga mereka berdua” Ara menawarkan diri. Pandangannya sempat tertuju lama ke arah Dirga dan Ayahnya secara bergantian.
Adrian mengangguk. “Akan ada tim patroli yang menemanimu juga”
Ara mengangguk. Dia sudah akan pergi saat Dirga mensejejeri langkahnya dan menarik lengannya untuk menjauh dari keramaian.Polisi dan Agen BII lain sudah memenuhi rumah itu. Sementara dari tempat Ara berdiri, ia bisa melihat Ibu Satya yang tak sadarkan diri diangkut ke atas tandu.
“Ara ada sesuatu yang harus kuberitahu padamu”
Hati Ara seketika mencelos, belum pernah dilihatnya Dirga begitu serius itu. Ada kilat cemas memenuhi sepasang mata coklat hazelnutnya.
“Apa harus sekarang?” tanyanya.
Dirga menggeleng. “Nanti”
“Hah?” Ara kebingungan sekarang.
“Nanti, setelah semua ini usai. Akan kukatakan semuanya padamu. Oleh sebab itu berjanjilah padaku, jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai terluka lagi” seraya meletakkan kedua tangannya di atas bahu gadis itu.
Ara tersenyum tipis. Mengangsurkan jari kelingkingnya ke depan. “Tentu saja, janji”
Dirga tak menjawab. Hanya terus menatap ke dalam iris indah perempuan cantik itu. Lalu, tanpa mempedulikan sekitar Dirga menarik Ara ke dalam pelukannya. Membuat gadis itu mencelos.
“Ga...apa yang”
Pemuda itu segera melepaskan pelukannya. Dan disaat itu juga Ara merasa lega sekaligus hampa.
“Pergilah” ujar Dirga. Tersenyum miring.
Ara masih merasa gamang, namun segera berlari melintasi halaman depan, ikut masuk ke dalam mobil ambulans yang membawa pergi Yolanda ke Rumah Sakit tempat Satya dirawat.
Sementara Dirga segera menemani Adrian dan Agam untuk melihat rekaman CCTV ke pos Satpam.
******************************
“Memang tak ada kamera yang dipasang pada bagian gang samping rumah. Namun kami memiliki kamera pengawas di ujung gang penghubung ke gang berikutnya” kata Supardi.
Pria itu mulai mengecek rekaman kamera selama dua jam terakhir.
“Ah itu, bisa tolong dimundurkan” Adrian menangkap sesuatu di kamera.
Supardi memperlambat ke beberapa menit sebelum pukul sepuluh pagi. Dan pada tangkapan kamera terdapat sebuah gambar minivan putih dengan stiker logo perusahaan yang amat dikenali oleh Adrian.
Adrian seketika mencelos.
“Bukankah itu kendaraan...” bisik Agam.
Dirga dan Agam kini menatap Adrian dan kamera pengawas secara bergantian.
Adrian mencondongkan badan dan menjulurkan telunjuk kanannya. “Tolong diperbesar bagian itu”
Jemari Supardi dengan lihat bergerak di atas tetikus, melakukan perintah Adrian. Sebuah gambar pantulan wajah sesosok pria muncul secara jelas setelah melakukan pembesaran dan efek penerangan beberapa kali.
“Aku mengenalinya. Bukankah dia....”
“Jabat Shobirin” Adrian memotong Agam.
“Dan dia adalah?” tanya Dirga.
“Kameramenku” Adrian menatap nanar Dirga. Pemuda itu menelan ludah.
Mereka kembali fokus pada kamera pengawas. Dan sekitar pukul sepuluh lebih kendaraan itu kembali melintas ke arah keluar perumahan. Pada kamera yang sama.
“Pukul berapa tetangga mendengar suara tembakan?” tanya Adrian.
Supardi menolehkan leher ke kanan. Memandangi Adrian sambil berpikir. “Sekitar jam sepuluh kurang”
Adrian melirik waktu yang tertera saat minivan TVC yang dikendarai Jabat keluar melalui gang samping pada layar kamera. Kemudian melirik jam tangannya sendiri.
“10.22. Masuk akal” bisiknya lirih. Menatap Agam dan berkata. “Tetaplah disini. Selidiki semuanya siapa tahu ada yang terlewat”
Agam mengangguk.
Adrian memberi isyarat pada Dirga agar mengikutinya.
“Apa Jabat komplotan Stefanus juga?”
“ Kurasa tidak. Komplotan Stefanus yang kemungkinan ikut membunuh Ibumu adalah Taufik Rahman, ada bukti rekaman kamera pengawas di malam kejadian di depan kantor Stefanus. Agen Ikang sedang menyelidikinya lebih lanjut”
Keduanya berjalan melintasi jalanan. Kini rumah itu telah diberi perimeter. Garis kuning. Warga hanya bisa berkumpul sejauh tujuh meter. Saling berkerumun. Membuat kabar burung.
Keduanya melewati garis kuning dan kembali memasuki rumah. Setibanya di halaman depan, Argantara langsung menyambut mereka.
“Kalian harus tahu sesuatu. Ayo” tukas pria itu dengan nada memburu.
Adrian dan Dirga mengekori Ayah Dirga. Menuju ruang kerja Stefanus yang dibuka paksa oleh Polisi di lantai 1. Tempat itu sudah seperti kapal pecah.
Argantara membawa mereka menuju meja kerja Stefanus, dimana laptopnya sudah menyala. Pria itu duduk di kursinya, kesepuluh jemarinya mulai mengetik cepat di atas papan ketik.
“Aku hendak memastikan sesuatu. Sistem penyimpanan laptop zaman sekarang akan menyimpan data eksternal sekilas dari luar yang baru saja masuk. Dan memikirkan itu membuatku yakin kalau....”
Ctik.
Terdengar bunyi keras saat Argantara menekan tombol enter.
“Kemampuan meretasmu masih saja luar biasa” sindir Argantara.
“Ayah bisa meretas?” tanya Dirga dengan pupil melebar. Harusnya dia tak kaget.
“Kabarku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya” kata Argantara sarkas. Meski seulas senyum muncul di bibirnya.
“Nah! Sudah kuduga”
Adrian dan Dirga berdiri di kedua sisi Argantara. Keduanya mencondongkan tubuh semakin mendekatkan pandangan ke layar, satu tangan mereka masing-masing disandarkan ke atas meja.
“Apa itu” menatap deretan kotak hitam dengan banyak istilah logaritma.
“Benar, ini data yang ia lihat terakhir kali dari diska lepas. Dan paling baru adalah pukul. 08.50. Kalau kita pindah ini ke sini” membuka layar baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED STORY] The Truth Desire : #02. BII Series.
Mystery / ThrillerSEKUEL THE DARK DESIRE : Kinara 'Ara' Hartono. 21.Agen muda Badan Intelijen Indonesia yang memiliki senyum cantik dan secerah matahari. Bertekad menjadi penegak keadilan agar tak ada lagi orang-orang yang merasakan sakit akibat kehilangan orang terc...