Special Part.

321 21 2
                                    

Judul lagu multimedia: The End of the Story. Various artist kdrama Memorist .
.
****************************

    Nathaniel Liem Hartono berlari menyusuri sepanjang lorong lantai tiga Gedung Direktorat Kehakiman. Nafasnya memburu. Jantungnya berdegup kencang. Sebuah map berwarna merah tua yang berada dalam tangannya kini dia dekap begitu erat. Seakan itu adalah harta karun.

     Fokus matanya tertuju pada ruangan yang terletak di sudut kanan lantai tersebut. Tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu dia langsung membukanya dari luar dengan kasar. Membuat para Panitera dan si Hakim pemilik ruangan terkejut oleh tingkahnya.

    "Kita harus bicara...." kata Nathan dengan suara terengah.

    Iris Nathan tertuju pada sosok tampan, gagah, berkulit putih, bermata sipit, dan sepantaran dirinya yang kini menjabat sebagai Kepala Biro Umum. Satu-satunya pesaing berat seorang Nathaniel Liem Hartono sejak masa sekolah dulu.

    " Anda mendengar saya kan. Bapak Elnata Xu Tcandra?!" nada suara Nathan naik satu oktaf.

    Nata berdiri dari kursinya, memberikan isyarat pada para Staffnya untuk keluar dari ruangan. Dan tiga orang manusia berbeda jenis kelamin, usia serta fasial itu segera beranjak pergi.

    Sesudah pintu tertutup, Nata memejamkan mata seraya beranjak mendekati lawan sekaligus kawannya itu. "Kalau kedatanganmu kemari hanya untuk memprotes hasil sidang soal Advokasi tempo hari maka sebaiknya...."

     "Peristiwa pengeboman di Kendari bukanlah tindakan terorisme biasa"

    Seketika Nata tertegun. "Apa maksudmu?"

     Nathan menjulurkan map tersebut ke depan Nata. "Bukalah, maka kamu akan paham"

     Nata menatap benda tersebut dan Nathan bergantian sesaat, sebelum akhirnya mengambilnya. Membuka isinya. Dan....

     Seketika dia membeku.

    Mendongak, menatap Nathan yang sama tinggi dengannya. Sepasang pupilnya melebar hingga kapasitas maksimal.

    "Apa ini?!"

    "Sudah kubilang kan, akan membantumu mencari kebenaran kasus 17 tahun lalu. Semua ada di sana" kata Nathan. Ekspresinya serius.

    "Kamu jangan bercanda!"

    "Apa menurutmu aku bisa bercanda dalam situasi seperti ini?! Bukan sebuah kebetulan Kakak perempuanmu dan Alina Javas meninggal bersamaan di malam itu! Mereka berdua telah menyaksikan sesuatu yang sangat mengerikan" Nathan balas berteriak.

    "Ya! Tapi kenapa kamu mengaitkannya dengan seorang pembunuh berantai yang bahkan sudah mati tenggelam 16 tahun lalu?!"

    "Itu karena....mereka terkait" suara Nathan seketika melemah.

    "Apa? Apa maksudmu. Katakan dengan jelas!"

    Menarik nafas dalam seraya menghembuskan perlahan. Nathan meletakkan kedua tangan pada pinggangnya, menatap langit-langit sekilas. Dadanya kini digelayuti oleh ketakutan mencekam.

     "Psikopat itu. Dia belum mati. Kuduga dia masih hidup. Jika tebakanku benar, maka dalang ledakan tindakan terorisme di Kendari adalah ulahnya"

    Nata semakin yakin kalau Nathan sudah gila. "Hei! Jangan melantur..."

    Menurunkan pandangan. "Elnata, dengarkan aku baik-baik. Dani Subrato belum mati. Dia masih hidup. 16 tahun lalu ada seseorang yang sudah menolongnya. Dan orang tersebut memiliki alasan dibalik perbuatannya. Dan siapapun sosok ini, dia memiliki kekuatan yang tak bisa kita bayangkan. Aku yakin kalau orang inilah yang bertanggung jawab sesungguhnya atas kematian saudarimu dan Alina Javas"

[COMPLETED STORY] The Truth Desire : #02. BII Series.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang