Detective's Fall
Alex berjalan cepat ke arah semak di depannya. Sang pembunuh terus berjalan cepat dengan tangan di sakunya.
Bagus, pikir Alex- tangannya terhalang hingga akan lebih sulit untuk mencabut pisaunya. Tapi sebentar, bagaimana jika ia menyembunyikan pistol dibalik sakunya?
Oke jangan lupakan kemungkinan itu.
Dan juga ingat kemungkinan bahwa dia membawa semprotan merica atau gas air mata. Dan juga ingat kemungkinan dia berbalik dan lari. Alex berpikir apa yang harus dilakukan jika itu terjadi. Apa prosedurnya jika orang yang hendak ditangkap mencoba lari?. Bolehkah ia menembak dari belakang?
Si detektif bergerak lebih dekat ke arah pembunuh. Berterimakasih pada bunyi hujan yang membuat suara langkah kakinya tersamarkan. Kini mereka berjalan sejajar hanya terhalang barisan semak-semak tinggi.
Si detektif menyekakan tangannya ke baju untuk mengeringkannya dari air hujan kemudian mengeratkan pegangannya pada pistolnya. Ini sangat berbeda dengan menangkap hacker di warnet atau menunjukkan surat perintah pemeriksaan di rumah-rumah di mana bahaya terbesar hanyalah tumpukan piring kotor di samping komputer seorang remaja.
Kurang dari sepuluh meter ke depan, jalur mereka akan bertemu dan Alex tidak akan punya barisan pohon untung berlindung dan harus bertindak.
Untuk sejenak keberanian Alex menghilang, ia memikirkan nasib Ibunya jika ia gugur dalam penangkapan ini. Lalu bagaimana pula perasaan sang kekasih mendengar kabar tentangnya.
Tapi kemudian Alex berpikir kembali akan kematian-kematian yang disebabkan oleh orang yang tengah ini dan juga kematian-kematian lain yang akan disebabkan kalau dia tidak dihentikan. Dengan langkah pasti Alex melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Tiga meter
Dua...
Menarik napas dalam-dalam.
Seekor burung terbang dengan rendah- burung camar dan si pembunuh mendongak menatap burung itu, dia tertawa keras.Dan saat itu Alex melompat, mengarahkan pistol-nya kearah sang pembunuh sambil berseru "Berhenti! Polisi! Keluarkan tanganmu dari saku!"
Orang itu memutar tubuh sambil bergumam "sial!" dengan ragu ia mengeluarkan tangannya dari saku. Sejenak Alex terheran dengan apa yang ada ditangan orang itu. Dia hampir tertawa. Gantungan kunci berbentuk kelinci. Jimat untuk nasib baik.
"Jatuhkan!"Tersangka hanya menuruti perintahnya."Berbaring telungkup di tanah dan rentangkan kedua tanganmu" "Ya Tuhan" kata orang itu "Ya Tuhan bagaimana kau bisa menemukan ku?"
"Cepat!"Bentak Alex dengan suara serak. Si pembunuh berbaring menelungkup di tanah. Alex mengarahkan pistol-nya ke leher tersangka sambil memasang borgol. Dia kemudian menggeledah si pembunuh dan mengambil pisau Ka-bar, ponsel, dan dompetnya. Ternyata dia memang membawa pistol kecil, tapi di saku jaketnya. Senjata-senjata, dompet, ponsel, dan gantungan kelinci ditumpuk di rumput . Alex melangkah mundur, tangannya bergetar.
"Dari mana kau muncul" gumam orang itu.
Alex tidak menjawab, dia hanya menatap yang kapan nya sementara guncangan yang dirasakannya mengenai apa yang baru saja dilakukannya berganti dengan rasa puas dan senang. Membayangkan kisah yang nanti kepada rekan dan kekasihnya. Dia juga ingin bercerita pada ibunya.
Lalu Anderson membacakan hal-hal si tersangka, ia tidak ingin menggagalkan usahanya hanya karena sebuah kesalahan teknis. Dia mengambil kartu di dompetnya dan membacakannya dengan keras dan kaku.
Si pembunuh bergumam menyatakan mengerti hak-haknya.
"Officer anda baik-baik saja?" Alex menoleh dan menemukan pembisnis yang ia lihat di bawah atap awning tadi. "Saya punya ponsel kalau anda perlu".
"Tidak-tidak semuanya sudah kuatasi" Alex kembali melihat tangkapannya. Dia menyarungi pistolnya dan mengambil ponselnya sendiri untuk memberi laporan. Di tekannya tombol redial untuk memanggil nomor terakhir yang ia telpon, tapi entah kenapa ia tidak bisa terhubung. Dia melihat layar ponsel dan terlihat disana tulisan NO SIGNAL.
Aneh, kenapa--dan saat itu juga ia sadar tidak ada satupun polisi yang akan membiarkan orang tidak dikenal berdiri dibelakangnya.
Merogoh sakunya dan mencengkeram kuat bahu Alex, pembisnis itu menendang punggung Alex. "Tidak, jangan, tidak..." Alex bergumam frustasi.
Si pembunuh tidak menggubris Alex berlalu mengambil pisau di saku setelah menolong pria yang baru saja Alex borgol. Memegang pisau di satu tangan, dia meyentuh perut Alex dengan tangan lain yang tertutup sarung tangan. Menggeser jemarinya perlahan-lahan keatas, ke dada si detektif, menghitung tulang rusuk, dibawah jantungnya berdetak kencang.
"Kumohon" Alex memohon.
Berhenti sebentar, mendekatkan kepalanya ke telinga Alex membisikan sebuah kalimat "Kau tidak pernah mengenal orang dekat saat-saat seperti ini"
Jlebb~
Darah mengalir deras dan setelahnya hanya gelap yang dirasa oleh Alex.
Cerpen karya Lemo-chan

KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen
Short Storyuntuk cerpen-cerpen sebelumnya kalian bisa lihat di akun pertama FWI ya jangan lupa vonte dan share