Part 5

14 3 0
                                    

Hay readers ku😘
Maap aku lama banget update nya
Aku bingung banget gimana caranya biar kalian ga bosen sama cerita aku.

Don't leave my story😭

Jangan lupa di awali vote ya manteman😍

~~~~~
Perasaan bahagia yang dirasakan setiap remaja, jika berada disekolah. Tidak salah lagi, virus merah jambu telah menggerigoti tubuh para remaja-remaja tanggung.

Jiwa labil yang memberontak ketika melihat seseorang berjalan dari kejauhan lalu masuk kedalam gerbang sekolah.

Labil.

Terlalu muda untuk merasakan kehilangan.

***

"Hei! Makin cantik aja". Menyentuh lembut dagu siswi tersebut sembari mengedipkan sebelah matanya guna untuk menggoda gadis manis itu. Rona merah tampak dari pipi gadis itu, tertunduk, lalu tersipu malu.

"Thanks". Kemudian ia berlali meninggalkan segerombolan pria yang telah menghidupkan paginya. Berlebihan memang, tapi siapa yang tidak berbunga-bunga jika pria tampan menyapa dengan senyum maut pemikat.

Tak lama kemudian terdengar gelakan tawa dari gerombolan siswa-siswa tersebut.

"Wah wah, punya tampang cogan kea lu enak juga ya, tiap minggu bisa gonta ganti cewe". Seorang remaja merangkul temannya yang bisa dibilang lebih menawan dari teman-teman yang lain.

"Huh... takdir cewe tu cuma 2. Ditinggalkan atau dipermainkan".

~disisi lain~

"Argh!!!". Erangan keras dari seorang pria yang selalu tertutup serba hitam itu terdengar menggema dari gang sempit tersebut. Wanita ber-rok hitam dan berkemeja putih mulai bergetar hebat.

"Kenapa semua wanita diciptakan untuk menggoda, huhh!!??". Bukannya menjawab, tetapi yang tampaknya seperti wanita karir itu menangis tersedu-sedu

"Kenapa menangis? Sudah menyesal sekarang?". Senyum smirknya terlihat jelas ketika pentualan cahaya gedung menusuk bibirnya.

"Apa salahku?". Terdengar lirih dan hampir tidak terdengar. Kini tenaganya sudah habis ia sia-sia kan untuk memberontak.

"KAU MASIH BERTANYA?? APA KAU MASIH TIDAK SADAR ATAS APA YANG KAU LAKUKAN!?". Wanita itu tersentak. Dibentak psycopat? Rasanya ia ingin mati saja sekarang.

"Apa kau tidak memiliki anak suami heuh? Atau kau sudah mempunyai anak?.. hei tante, jawablah!". Pria itu menendang bahu wanita yang bisa terdiam, meringkuh, lalu menangis.

"Pe-pe-pe pria itu yang menggoda".

"DIAM!!". Kembali membentak, ia mencengkram rambut wanita itu kuat.

"Kau sadar? Kau sadar apa salah mu, hmm?". Mata tajamnya menatap lekat wajah wanita berumur itu. Hanya anggukan kecil yang dapat ia berikan. Rasa sakit karna jambakan keras itu tertutupi akan rasa takut dari mata tajam yang kapan saja bisa menembus jantungnya.

Sekali lagi, senyum devil itu kembali tertarik.

Pria itu mengeluarkan benda kesayangnya dari saku sebelah kanan. Dengan sedikit dorongan ia menghujam kemaluan wanita berlebel 'jalang' itu lalu naik ke bagian dada.

"Hentikan! Ibuku tidak bersalah!!".

***

"Ssstt". Remaja pria yang tampak mengenakan pakaian seragam menengah atas menggandeng remaja wanita yang juga tampak mengenakan seragam yang sama mengendap-endap masuk kedalam rumah yang sudah gelap gulita. Sepertinya sang pemilik rumah sudah terlelap.

'Ceklek' lampu kembali hidup.

"Dari mana saja kau! Dan, apa yang kau sembunyikan dalam kamar mu?". Tampak seorang pria yang perawakan terlihat lebih tua dari remaja tersebut, keluar dari kamarnya melihat sang adik yang masih remaja SMA pulang larut malam.

"Eee... itu kak, tugas gue banyak banget ni, bentar lagi kan gue mau UN. Jadi gue selesaikan sekarang biar gue ga....".

"Cukup, aku bosan mendengar alasan mu, kau membawa wanita kan?". Sedikit nguapan dari sang kakak, terlihat jelas wjaah yang sangat letih dari raut wajahnya.

"Belajar sama dukun mana lu?". Wajah sang adik berubah datar, karena kakaknya selalu menebak dengar benar dan tak bisa dibohongi.

"Tidak usah mengajakku mengalihkan topik, umur mu berapa?". Wajah sang kakak tak kalah datarnya.

"18". Memutar bola mata malas. 'Bugh' sekali pukulan keras mendarat dikepalanya.

"Pintar sekali kau! 20 tahun keatas baru bisa membawa wanita, kau baru 18 tahun saja sudah membawanya kekamar. Sama berengseknya kau dengannya". Tak ada perubahan dari wajah sang adik.

"Ngapain lu ngurusin gue? Lu pikir diri lu sendiri. Lu pernah ga bawa cewe kerumah? Eh ga.. maksud gue pernah ga suka sama cewe? Ga kan?! So, lu jangan ikut campur!". Ucap adiknya masuk kekamar dan menutup pintu dengan kasar.

Ntah apa yang dilakukan adiknya malam ini, yang ia fikirkan sekarang adalah perkataan adiknya. Apa yang ia katakan semua benar. Ia tak pernah menyukai wanita manapun selama hidupnya.

Na'as. Kebenciannya terhadap sang ayah membuat ia buta dan lupa untuk membuka hati kepada seseorang yang pantas dihatinya.

Jangankan mencintai atau menyukai. Mengenal saja, tidak pernah. Pintu kamar yang semula ditutup dengan cara kasar, kini terbuka.

"Mencintai tidak akan terasa jika direncanakan kak, tapi akan berasa menarik jika mencintai itu karena ketidaksengajaan". Pintu itu kembali tertutup. Pria yang terdiam akan perkataan sang adik kembali masuk kekamarnya. Merileks tubuh, yang terlalu lelah akan kejadian hari ini.

***

Bagi yang belum vote
Diharap kan vote yaa :)
Gratis kok✌


Live in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang