Part 6

9 2 0
                                    

Hai readers ku yang terhormat

Maaf kan aku ya yang jarang banget update

Ini semua bukan tanpa alasan kok

Storynya itu sebenarnya udah ada, cuma waktu buat aku ketik itu yang susah😭

Big sorry 🙏🙏

***

"Ga! Gue ga mau, tampang kakak lu aja seremnya melebihi seremnya penghuni pohon mangga depan rumah gue!". Wanita itu ketakutan, ia takut jika ia keluar dari kamar itu, kakak dari kekasihnya itu pasti akan marah besar.

"Lu tenang aja, ga ada yang bakal marah. Noh liat! Ga ada kan? Dia udah pergi dari jam 4 pagi tadi". Tangannya mengelus kepala sang kekasih, guna menenangkannya.

"Kok...?". Hanya lengkungan bibir yang dapat ia balas dari ucapan wanita yang ada dihadapannya.

"Yaudah, yuk berangkat. Ntar telat lagi". Sekali anggukan, wanita itu berjakan kearah garasi bersiap-siap untuk pergi.

Pria itu berniat untuk mengukutinya, namun niatnya tertahan dikarenakan dering telvon yang berdering lembut.

Piip

"Maaf, aku ga bisa jemput kamu"

"..."

"Ya, aku harus antar kakak aku ke kantornya".

"..."

"Oke, pulang nanti aku jemput ya".

"..."

"Bye sayang, love you".

"..."

***

Banyak sekali yang mengatakan, jika mencintai seseorang itu mudah, hanya sekejap bertatap mata, virus itu dengan cepatnya berkembang biak dihati siapapun itu.

Namun bagi seorang pria yang kini tengah bingung, kenapa hatinya tidak merasakan debaran-debaran aneh ketika melihat seorang wanita.

Umurnya masih 20 tahunan, tetapi tanpa cinta ia merasa hidup setengah abad, menghabiskan sisa-sisa kehidupan pada masa-masa kedudaannya. Tunggu, duda?

"Ren? Rendra??". Lamunan pria dihadapannya ini membuat ia tidak menyadari, bahwa seseorang telah meneriaki namanya sedari tadi.

"Ya ampun" pria itu memukul jidatnya. Apa yang telah difikirkan atasannya itu, sehingga namanya disebut saja ia tidak sedikitpun menyahut.

"Dhanurendra!".

"Oh maaf, kenapa?". Pria itu menggelengkan kepalanya, sedikit memijit pelipisnya.

"Apa yang bapak fikirkan? Ini masih jam 9 pagi. Tapi bapak sudah kelihatan tidak fokus". Rendra gelagapan. Tidak mungkin ia mengatakan sebuah pernyataan tentang cinta kepada bawahannya. Image berlabel 'CEO killer' akan lenyap begitu saja.

"Tidak ada, hanya sedikit masalah pribadi". Bawahannya itu mengangguk paham.

"Saya datang menyampaikan kabar duka pak". Rendra menaikkan sebelah alisnya.

"Istri dari manager Ardi Wijaya, ditemukan tidak bernyawa di gang sempit sekitar komplek perusahaan kita". Lanjutnya sambil melihat sebuah artikel pada benda persegi lumayan besar itu.

"Itu saja?". Hanya dibalas anggukan.

"Keluar".

***

Jangan lupa votenya ya manteman😉

Live in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang