Part 3

30 6 0
                                    

"Kau kira aku tidak melihatnya hah? Aku mnengintaimu dari sini!" sebuah benda kecil berwarna putih dengan bertuliskan 'TOSHIBA', terlempar jauh di bawah benda empuk berukuran king size itu.

"Itu hanya sebuah rekaman tanpa suara! Kau tidak bisa mendengar apa yang kami ucapkan, ini kesalah pahaman dirimu!" suara itu terdengar hingga menembus kayu klasik yang berdiri kokoh.

Kakak beradik, yang berdiri menempel indra pendengaran mereka ke pintu besar tersebut, guna untuk mendengar jelas percakapan penting orang tua mereka.

"Ya... walaupun aku tidak mendengar apa yang kau katakan, pasti kau mengucapkan janji-janji manis itu kan?  Untuk meninggalkan aku dan anak-anakku!!!"

Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi wanita yang sudah mulai berkerut, seakan menampakkan lelahnya menjalani kehidupan. Sedikit pekikan tangis dari sang adik, sontak sang kakak dengan sigap membungkam mulut adiknya.

"Kau kira aku pria bajungan heuh! Untuk apa aku mengucapkan itu, tuduhan konyol semacam apa yang kau todongkan!"

Bentakan keras membuat tangis kakak beradik itu tidak terbendungkan. Gelagar petir dan derasnya hujan membuat mereka yang tengah memlertahankan ego masing-masing, tidak dapat mendengar pekikan sendu tersebut.

"Haruskah aku percaya dengan pembelaanmu itu? Dengan semua kebohongan yang telah kau buat selama ini? Sudah sebulan ini kau lembur bekerja untuk menjanjikan liburan pada anak-anak! Tapi apa? Sudah sebulan ini pula kau setiap malam menemui wanita jalang itu!".

Plak
Sekali lagi tamparan itu mendarat dengan keras.

"Lagi-lagi kau menamparku? Kau marah karena aku mengatakan wanita itu jalang heuh? Iya?"

Plak
Wanita itu tersenyum miris. Ia berdiri, tanpa menghiraukan cairan amis yang keluar dari sudut bibirnya.

"Dan kau menamparku lagi! Seharusnya aku tidak mempercayai ucapanmu 10 tahun lalu! Ucapan manis yang hanya memberi kesan -------"

"Hentikan! Hentikan omong kosong mu itu!". Pria berbadan besar itu kini mencengkram geraham wanita yang telah menemaninya selama 10 tahun terakhir.

"Jika kau melontarkan omongan sampahmu itu lagi. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu! Ingat itu". Pria itu melepaskan cengkramannya, memberi kesan lebam pada pipi istrinya. Sedikit terjongkok, pria itu membersihkan puing-puing kaca yang pecah akibat istrinya, berderai entah kemana.

"Sampah katamu? Apa kau tidak sadar? Kau baru saja membicarakan dirimu sendiri". Tanpa berfikir panjang, pria bertubuh kekar itu melemparkan serpihan kaca terbesar ke arah istrinya.

Seketika kakak beradik yang menjadi saksi akan pertengkaran hebat orangtua mereka. Masuk, lalu memeluk sang ibu yang telah terdiam seribu bahasa. Bagaimana tidak, serpihan besar itu kini tertancap rapi diantara kepala dan dadanya, membuat mata sang ibu membelalak menahan sakit.

"Kau! Kau membunuh ibuku!". Teriakan seorang anak laki-laki yang sudah mengerti permasalahan apa yang menyelimuti keluarganya, membuat sang ayah terdiam dengan tangisnya sambil menatap tangannya yang telah melakukan kehinaan terbesar.

"Ibu.. ibu..... kumohon, bangunlah!!!"






 
Kali ini panjang ya🙈
Aku ga tau kalian suka apa kaga
Nikmatin aja ya, readers

And, ini murni hasil imajinasi aku😭

Jangan lupa votenya pliss🙏🙏🙏

Live in the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang