Kita Adalah Sepasang Rindu

38 4 0
                                    

Kita Adalah Sepasang Rindu

Sebenarnya apa alasan membuatmu menahan rindu, tanpa mau mengungkapkannya. Padahal kita tahu, kita sama-sama merindu.

Rindu, hanya ada lima huruf. Tapi, seolah semua orang merasa tercekik saat mengejanya. Kenapa? Karena ada yang mengganjal di sana. Di hatimu. Tapi ada sebagian orang yang masih menahan itu. Menikmati kesakitan setiap waktu. Menyiksa diri sepertinya sudah menjadi hal biasa. Namun, bagaimana jika kamu terpaksa harus mengungkapkan itu.

Mau dicoba?

Pandangannya lurus pada gadis yang bercanda dengan teman-temannya di fakultas yang bersebelahan dengan fakultasnya. Duduk dipojok kelas bersebelahan dengan jendela. Haikal bisa melihat apa yang dilakukan gadis itu. Ia tampak baik-baik saja.

Ia mendengkus. Haikal hanya bisa melihatnya dari jauh, tak bisa mendekat, terlalu banyak sekat. Sekat yang ia ciptakan sendiri. Ini tentang kesalahannya. Seharusnya semua itu tidak terjadi. Haikal hanya terlalu mencintai. Namun, cinta itu tak cukup.

Bicara tentang cinta yang masih ada, pasti sangat sulit untuk melupa. Setelah dua bulan ternyata perasaan itu masih sama. Ia masih sering cemburu bila Marisa dekat dengan laki-laki lain. Rasa yang tak seharusnya ada. Ia tak berhak. Tapi, ada rasa yang mendorongnya tetap marah. Bergemuruh. Ia tak pernah suka perasaan itu. Terlebih perasaan rindunya.

Haikal mengabaikan begitu saja ajakan teman-temannya. Hari ini tidak ada bermain game, nongkrong, ataupun hal lain yang biasa ia lakukan bersama teman-temannya. Hari ini ia butuh menenangkan diri. Setiap hari melihat Marisa, rasa rindu itu semakin menjadi saja.

Jangan dipikir laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki pun dapat merasakan rindu yang menggebu, terlebih rindu yang tak dapat tersampaikan. Jangan pikir laki-laki tidak bisa patah hati atas putus cinta. Sama saja. Hanya saja laki-laki tidak terlalu memerlihatkannya.

Biasanya di hari Rabu, Haikal memiliki jadwal terakhir yang sama dengan Marisa. Selesai pada pukul lima tepat. Setelah itu mereka akan menikmati sore berdua. Keliling kota dengan mengendarai motor, pergi kearah barat. Bahkan, pernah sampai ke daerah hanya untuk menikmati senja yang mulai temaram. Atau mereka hanya sekedar menikmati nasi goreng abang-abang di persimpangan. Tapi, itu dulu. Sekarang hanya menjadi kenangan saja.

Mungkin Marisa akan menikmati sorenya bersama yang lain.

Fakultas yang bersebelahan membuat tempat parkir pun sama. Waktu itu Haikal akan sangat gemas melihat Marisa berlari kecil menghampirinya. Gadis itu akan menyerobot helm yang sengaja dia siapkan untuknya. Setelah itu dia merengek meminta ditemani makan. Kadang, selain makan Haikal akan mengajaknya jalan-jalan menghabiskan sore.

Sekarang tidak ada lagi gadis yang berlari kecil menghampirinya. Tak ada lagi helm yang sengaja ia siapkan untuknya. Jok belakang pun sekarang kosong. Bahkan, ia tak pernah melihat marisa di parkiran ini. Setelah berpisah pun alam rasanya enggan mengijinkan mereka untuk bertemu. Padahal mereka masih berada di tempat yang sama.

...

Gadis itu masih berdiri jauh dari parkiran. Tapi, ia dapat melihat laki-laki itu yang tak kunjung pergi. Haikal masih berdiam diri. Sudah beberapa menit yang lalu laki-laki itu masih belum menjalankan motornya. Padahal, Marisa ingin sekali segera pulang. Tapi dia tidak mungkin berjalan ke sana. Gadis itu tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang pernah mengisi hatinya. Yang pernah memberinya perasaan baik. Namun, ada kalanya membuatnya menangis.

Sepotong RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang