004

71 1 0
                                    

Pukul 07.00 Am Kst

Chaeri dan Jeno sampai dirumah, mereka mengganti sepatu olahraga mereka dengan sendal rumah yang telah disediakan.

" Aeri... Jeno.. kalian dari mana? "

" Olahraga " jawab Jeno

" Olahraga dimana?? Kenapa tak ajak Haechan sekalian?" Tanya mommy lagi,

" Di sungai Han, dia tidur kelelahan...."

" Kelelahan kenapa nak?? Oh iya kalian belum sarapan kan? Ayo sarapan saudara kalian yang lain masih tidur jadi mau mommy bangunkan dulu "

" Biarkan Haechan tidur lebih lama, " ujar Jeno singkat,

Jika kalian bertanya dimana Aeri, maka jawabannya dia sudah kekamarnya membersihkan badannya.

" Kenapa?? Dia kelelahan apa sih Jeno, kalian libur karena ada kegiatan dikampus itu kan? Dia kelelahan kenapa? Kenapa dia kalah denganmu yang semalam pulang pukul 3 malam?"

" Haaaah " Jeno menarik nafas panjang

" Jeno tidak butuh kasih sayang yang seharusnya Haechan dapatkan! Jangan membuat Haechan semakin sakit hati kepada ku mom, cobalah sesekali memperhatikan Haechan. Ya benar aku pulang pukul 3 malam semalam, dan ya benar juga aku kemarin seharian belajar di rumah Renjun. Tapi apakah mommy tahu, semalam Haechan tidak tidur? Dia tidur pukul 5 tadi... Haaaah sudahlah mommy tidak akan mengerti... "

Jeno pun berlalu dari sang ibu, sementara itu di sisi lain terdapat sepasang mata indah yang sudah memerah menahan amarah.

" Kalian tak pernah berubah, topeng apa yang kalian tunjukkan padaku kemarin? "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sunyi
Itulah satu kata yang bisa menggambarkan suasana meja makan tersebut, tidak ada yang mau membuka pembicaraan.

Tak...tak...tak
Suara sendal rumahan yang sedang menuruni anak tangga,

" Selamat pagi semuaaa " ujarnya ceria

" Eoh pagi juga Haechanieee " jawab Minho

"....."

Ya hanya Minho yang menjawab sapaan Haechan, namun tanpa diduga Haechan tetap ceria dan tersenyum cerah.

" Pagi...." Singkat, padat, dan jelas. Namun satu kata itu sudah membuat semua mata tertuju kepada sipemilik suara,

" Eoh nunna menjawab sapaan ku? Yeaaaay Waaah Jinja Daebaaak!!" Seru Haechan kegirangan,

" Duduk dan makan sarapanmu " Ujar mommy

" Ndeee"
" Eoh, appa eodiso??"

" Kenapa mempertanyakan pertanyaan yang tentunya kau ketahui jawabannya Haechan ah??" Ujar Mommy lembut sembari tersenyum,

"Eoh nd-

" Appa kekantor lebih pagi " potong Jeno

" Ouuh Gomawo Hyung "

"Jeno,

~hanya Jeno, kita kembar jangan memanggilku Hyung!"

" Eoh tapi di Korea itu terdengar tidak sopan," elak Haechan

" Anggap ini perintahku echan ah, "

"Eoh nde" jawab Haechan final

" Sudah makanlah sarapanmu Haechan, kalian berdua harus kekampus kan...." Ujar Minho

" Nde" Haechan

" Pukul berapa?" Tanya Aeri

" Pukul 09.00 nanti nunna, "

"Acaranya hari ini kan? "

Haechan pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Aeri,

" Kalian berdua tunjukkan jalan ke Nunna nanti, "

" Kenapa nunna? Apakah nunna yang akan menjadi wali untuk Haechan? "

"Eoh, " jawab Aeri

" Ralat Hyung eh- J Jeno, nunna akan menjadi wali kitaaa" ujar Haechan sembari tersenyum cerah

" Eoh kau serius??" Tanya Jeno

" Wae? Kau tak mau Jeno?"

" A ah andwae, aku mau nunna..."

" Nunna tidak membawa mobil?" Tanya Haechan

" Bawa"

" Haechan nebeng saja yaaa, echan malas membawa motor 😊😊"

" Hmm "



































Panjang juga nih chapter wkwkwkwk, nah spoiler lagi nih buat next chapter. Jadii di next chapter bakalan muncul konflik satu per satu yaaa, maaf nih selama ini chapter nya masih flat hehehehe. Tapi tenang next chapter udah masuk pembukaan konflik,

" Ah elah bahasa lu pembukaan pembukaan wkwk udah kek lahiran aja"

Plak// baiklah maafkan Aeri yang gabut ini yaaa 😂😂😂

Oh iya kalian jan kebalik yaa, nama author sama cast utama cerita ini sama sama Aeri 🤭🤭🤭🤭🤭

Oke selamat menikmati

Real Pain || Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang