Kecewa #2

6 1 0
                                    

Sinar matahari menyelinap masuk melalui jendela kamar yang membuatku bangun dari tidur. Jam sudah menunjukkan 09.00 WITA. Bergegas aku mandi terlebih dahulu sebelum teman-temanku terbangun dan berebut kamar mandi.

Setelah selesai mandi, aku melihat Arsya dan Rhea belum bangun juga.
"Astagaaa .. kebo banget mereka" bergumam aku sambil melihat teman-temanku masih tertidur pulas. Lalu aku membangunkan keduanya.
"Syaaaa, Rhe bangunnn"
Terlihat Rhea hanya menggeliat, lalu membalikan tubuhnya menghadap tembok, seakan-akan dirinya tidak mau bangun.

Melihat mereka sangat susah dibanguni, aku memutuskan untuk keluar hotel sendirian dan jalan-jalan disekitar hotel untuk mencari sarapan. Ketika sedang asik berjalan sambil melihat pemandangan laut yang tidak jauh dari hotel, mataku terpaku melihat sosok yang mirip dengan kakakku sedang menyantap bubur ayam yang dijual oleh pedagang keliling menggunakan gerobak.

"Kak Daneen" panggilku dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Kak Daneen langsung menoleh sambil tersenyum. Akupun buru-buru menghampirinya.
"Kakak beneran kesini ? aku kira omongan kemarin hanya bercanda" tanyaku kepada Kak Daneen.
"Beneran lah" jawabnya, sambil menikmati bubur ayamnya yang sudah hampir habis. Aku bertanya kembali "Kakak sampai sini jam berapa ?"
"Tadi malam"
"Ohh, Kakak sama siapa ? Kak Arga ?"
"Iyaa, tuh anaknya" sambil menunjuk ke arah Kak Arga yang sedang berjalan ke arah kami.
"Ehh ada bocill hehehe" sapa Kak Arga yang tidak enak didengar. Akupun hanya merespon sapanya dengan senyum paksaan. Malas sekali di tempat yang indah ini harus bertemu dengannya.

Tiba-tiba telepon Kak Arga berdering dan dia segera mengangkatnya. Entah bicara apa orang yang di sebrang telepon sana, aku hanya bisa mendegar suara Kak Arga saja itupun hanya beberapa dan tidak terlalu jelas, karena Kak Arga sedikit menjauh saat menerima telepon dari temannya. Aku hanya mendengar di terakhir percakapan Kak Arga dengan temannya, ia berkata "Oke yo, gue tunggu di Bali ya". Setelah itu Kak Arga menutup teleponnya. Dia kembali berkomunikasi denganku.
"Gak mau pesen bubur ?" Tanyanya.
"Mau, beliin" Aku menjawab sambil nyengir-nyengir, berharap benar-benar dibelikan.
"Yeuu belilah sendiri"
Tuh kan jelas sekali, tidak mungkin dia membelikanku makanan. Entah kenapa Kak Daneen bisa suka sama orang semenyebalkan dia.
"Gak usah nanya kalo gak mau beliin" jawabku dengan sinis dan penuh emosi.
"Dih, gue mah cuma nawarin" katanya, dengan mengeluarkan ekspresi tidak bersalah.
"Udah udah, gak dimana dimana kenapa selalu debat aja sih, heran deh" Ucap Kak Daneen untuk melerai antara aku dan Kak Arga.

Dari pada aku makin emosi melihat wajah Kak Arga, lebih baik aku kembali ke hotel dan sekalian melihat apakah teman-temanku sudah bangun atau belum. Aku pamit dengan Kak Daneen.
"Kak aku balik dulu ke hotel ya, mau lihat teman-teman udah pada bangun belum"
"Ohh yaudah sana, nanti jangan lupa makan"
"Oke kak"

Sesampainya di kamar, aku melihat ternyata Arsya dan Rhea sudah mandi serta berdandan cantik. Saat aku masuk, mereka menoleh ke arahku dan bertanya.
"Abis dari mana Ren ?"
"Niatnya mau nyari sarapan, eh malah ketemu sama kakak gue sama pacarnya" jawabku malas, karena keingat tingkah Kak Arga yang bikin naik pitam.
"Ohh kakak lu beneran kesini Ren ?"
"Iyaa tuh. Yaudah udah pada rapih kan ? Yuk kita cuss lagi" Ajakku kepada Arsya dan Rhea.
"Mau kemana dulu emang Ren ?" Tanya Rhea.
"Yang pasti kita nyari makan dulu, yuk cepet, udah laper banget nih" kataku sambil memegang perut, seakan-seakan sudah tidak tahan lagi menahan lapar.
"Okehh dehh" serempak Arsya dan Rhea menjawab.

***

Dilamarmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang