Jadi seperti ini rasanya ? #3

20 2 0
                                    

Sesampainya di rumah, aku langsung bergegas menuju kamar. Tiba-tiba Kak Rais menarik pelan rambutku dari belakang sambil berkata.
"Kenapa jam segini baru pulang ?"
"Ihh apaan si ? Lepasin rambut gue !" Kataku.
Hanya dengan kakakku yang satu ini aku memakai kata 'lo gue'. Karena jarak umur kita yang sangat dekat dan dia kakak yang paling sering ngajak ribut. Naresh Maula Rais, panggilannya Rais, dia anak laki satu-satunya diantara keempat anak orang tua kami.

Seraya melepas genggamannya dari rambutku, ia mengatakan "kalau gue nanya, dijawab !".
Aku membalasnya dengan sinis "ogah" lalu berlari menuju kamarku dan segera menutup pintu.

Bukan langsung mengganti pakaian, aku justru merebahkan tubuhku di atas kasur yang menjadi satu-satunya tempat ternyaman untuk istirahat. Tapi kenyamanan itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba Kak Daneen membuka pintu lalu masuk dan menganggu ketenanganku.

"Kamu kok bisa pulang bareng sama Arga ?" Kak Daneen bertanya sambil menaikkan alisnya.
"Tadi bertemu di halte depan perpus" Jawab jutekku karena sedang lelah.
"Ohh". Dengan santai, dia bertanya lagi "Tadi di mobil ada Leo juga ?"
Ekspresiku berubah saat Kak Daneen menyinggung nama Leo. "Iyaa, kakak dekat sama Kak Leo ?"
"Ngga terlalu si, orangnya terlalu dingin sama perempuan, jutek, minim bicara, males kakak ngomong sama dia" katanya, sambil memasang wajah tidak suka.
"Iyaa, tapi aku suka." Aku membalas ucapannya sambil tersenyum lebar.
"Serius ?" Tanyanya, dengan melempar ekspresi terkejut.
"Kenapa ? Dia ganteng kok" Kataku, sambil tetap tersenyum.
"Manusia es batu seperti itu kamu sukai ? Yakin ?" Jawabnya dengan nada mengejek.
"Kenapa harus manusia es batu si sebutannya ?" Aku bertanya sambil memasang wajah tidak suka.
Kak Daneen tertawa sambil mengatakan "Hahaha, memang dia seperti es batu, dingin !"
Di dalam hati aku berkata "menyebalkan".

***

Arsyana Widhiani dan Rhea Ayudhisa, mereka adalah sahabatku dari SMP yang sampai saat ini masih sering berkomunikasi lewat Whatsapp. Dulu semasa sekolah, kami selalu pergi dan pulang bersama karena rumah kami satu komplek, hanya saja beda blok. Tapi setelah lulus, kami tidak pernah lagi pergi dan pulang bersama. Arsya diterima di Universitas Negeri yang ada di Bandung dan Rhea masuk di Universitas Negeri yang ada di Yogyakarna, sedangkan aku tidak diterima di Universitas Negeri, huhu sedih ya :( alhasil aku memilih kuliah di Kampus Swasta yang ada di Jakarta. Jadi kami jarang sekali bertemu.

Kamis, 1 Oktober 2020. Arsya dan Rhea kembali ke Jakarta. Bukan tanpa rencana, melainkan kami sudah merencanakan dari berminggu-minggu sebelumnya untuk bertemu dan jalan-jalan bersama.
*whatsapp (pukul 06.30)
Arsya : "Gaess, gue udah di bandara nih :D i'm coming yuhuuuuu ..."
Rhea : "Apasi lo Sya ? Lebay deh"
Arsya : "Gue tau lo kangen gue Rhe wkwks"
Rhea : " Idiww, jijik hahaha"
Arsya : "Renjani mana nih ? Kok ga ada suaranya ?"
Rhea : "Tau nih, jangan bilang dia masih tidur jam segini"
Arsya : "Haduh, kebiasaan dia mah"
Rhea : *read*
20 menit kemudian ..
Aku : "Gaess udah pada sampai mana nih ? Sorry yaa baru respon, princes Renjani baru bangun bobo"
Rhea : "Bodo ah Ren, kebiasaan lo mah"
Aku : "Hahaha sorry sorry, ini kan udah bangun. Btw Arsya udah take off kali ya ?"
Rhea : "Iya, kayaknya sih begitu"
Aku : "Lah lo belum berangkat ?"
Rhea : "Delay nih, nyebelin, mana gue sendirian lagi di bandara :("
Aku : "Yahhhh :( yaudah sabar ya, kabarin kalau udah sampai, oke ?"
Rhea : "oke"
***

Dilamarmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang