Tak menyangka Kak Leo menghampiriku, lalu ia duduk di sebelahku. Entah apa maksudnya menarik aerphoneku, yang jelas aku kaget dengan keberadaannya yang berada di dekatku saat ini. Aku tidak berani untuk memulai percakapan, ia pun tak kunjung mengeluarkan kata-katanya.
Tiba-tiba seorang anak kecil berlari melintasi kami, tepat saja di depan kami ia terjatuh lalu menangis. Dengan cepat Kak Leo pun langsung menghampiri dan membantu membangunkannya. Tak lama kemudian, orang tuanya pun datang untuk membawa anaknya yang jatuh tersebut dan tidak lupa ia katakan terima kasih pada Kak Leo. Akupun hanya terdiam saat Kak Leo membantunya, entah kenapa sepertinya aku terkagum melihat ia ternyata tidak sedingin yang kukira. Ia terlihat hangat saat menenangi anak kecil yang nangis tadi.
Lalu akupun memutuskan untuk membuka percakapan dengannya.
"Kakak kenapa masih di sini ?" Basa basiku, padahal akupun tahu alasannya.
"Nungguin orang" Jawabnya dengan wajah datar.
"Ohh Kakak janjian sama teman di bandara ini ?" Tanyaku lagi.
"Nggak"
"Lah, terus nungguin siapa ?"
"Orang" katanya.
(Yaa gue tau orang, tapi orangnya siapa ?) Jawabku dalam hati, gemas sekali dengan jawaban pria yang satu ini.
"Oh yaudah" kataku.
Dia pun terdiam, antara kami tidak ada yang memulai komunikasi lagi, padahal kami duduk bersebelahan. Wangi parfumnya terasa di hidungku, wangi yang sebelumnya tidak pernah tercium saat aku berdekatan dengan orang lain.
Duduk di sebelahnya memiliki rasa bahagia tersendiri, walaupun dia sedikit menjengkelkan. Hatiku juga berdetak cepat dari awal saat dihampiri olehnya.
Tak lama kemudian, pesawatpun tiba. Kami pun segera berjalan menuju pesawat yang akan kami tumpangi.
Saat sampai di bandara Jakarta, aku berpisah dengan Kak Leo, aku menunggu sopirku di pintu keluar bandara, lalu Kak Leo pergi entah kemana tanpa pamit terlebih dulu. Tak lama sopirku menelepon, katanya ia tak bisa jemput karena ban mobilnya bermasalah saat perjalanan ke bandara. Aku pun bersiap untuk mencari taksi sekitar bandara. Tiba-tiba ada sebuah mobil merah yang berhenti di depanku, dan seseorang yang duduk di kursi penumpang berteriak.
"Ayo naik"
Akupun terkejut saat melihat siapa yang bicara, "Kak Leo" kataku.
"Mau naik gak ?" Tanyanya.
"Nggak Kak, aku naik taksi aja" kataku, mencoba menolak tawarannya.
"Sopir taksi di sini genit-genit, mau di godain ?" Katanya.
Aku terdiam.
"Gausah banyak mikir, ayo naik"
Akhirnya akupun naik mobil Kak Leo dan duduk di sebelahnya lagi.
"Perasaan apa ini ?" Gumamku dalam hati, sambil tersenyum sendiri saat sadar sedari tadi kami bersama-sama.
Saat di mobil, Kak Leo membuka percakapan.
"Udah semester berapa sekarang ?"
"Semester 3 Kak" jawabku.
"Jurusan ?"
"Sastra Kak"
"Ohh mau jadi penulis ?" Tanyanya kembali sambil menaikan alis, 10x lipat menambah ketampanannya.
"Hehe iya Kak"
"Boleh minta nomor teleponnya ?" Tanyanya.
"Buat apa Kak ?"
"Apa aja" jawabnya.
"Lahh ko apa aja ?"
"Boleh gak ?" Tanyanya lagi.
"Buat apa dulu Kak ?"
"Yaa buat chattingan lah" katanya.
"Yaudah hp nya mana" kataku sambil mengulurkan tangan, meminta hp nya untuk kumasukan nomorku. Diapun memberikan hpnya padaku.
"Nih Kak"
Aku bingung, mengapa dia yang awalnya super cuek tiba-tiba sekarang jadi ingin chatting-chattingan denganku. Bodo lah, aku tidak peduli, saat ini aku senang karena sepertinya Kak Leo sudah melihatku.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamarmu?
Short StoryBercerita tentang seorang wanita yang mengharapkan pengusaha muda yang sangat sukses bernama Leo Adipati Haling. Leo merupakan sosok lelaki yang berhati dingin, tapi wanita itu tidak pernah menyerah untuk mendapatkan hatinya. Hingga suatu hari Leo...