Di hari senin pagi Mingyu dikejutkan oleh Wonwoo yang tiba-tiba saja menarik selimut dan menyuruhnya bangun. Biasanya anak manis itu akan bangun terlambat karena terlalu menikmati nyamannya ranjang. Namun berbeda hari ini, Wonwoo terlihat rapi—bahkan ia menggunakan celemek—tak seperti biasanya.
"Kenapa bangun pagi sekali?" Tanya Mingyu setelah melihat ke arah jarum jam yang masih menunjukkan pukul enam pagi.
"Ayo ke dapur!" Ajak Wonwoo penuh semangat. Kedua tangannya menarik Mingyu yang masih berusaha mengumpulkan nyawa di pagi hari yang cerah ini. Saat sudah sampai di dapur, Mingyu dikejutkan dengan kekacauan yang Wonwoo lakukan. Mulai dari potongan sayur hingga tepung berceceran di mana-mana. Tapi matanya langsung tertuju pada kotak berwarna hitam yang ada di tengah kekacauan yang Wonwoo ciptakan.
"Wonwoo membuat makan!" Anak manis itu memperlihatkan video yang terputar di gawai lebarnya kemudian memperlihatkan kepada Mingyu. Betapa lucunya saat mengetahui ternyata Wonwoo ingin menyiapkan bekal untuk dibawanya kerja. Mingyu sampai tak habis pikir dengan kejutan Wonwoo.
"Astaga, kau membuat sendiri?" Wonwoo mengangguk gemas. Kemudian ia berjalan mengambil bekal yang telah disiapkan lalu menunjukkan kepada Mingyu.
Mungkin bekal ini bukan bekal tercantik dengan tatanan rapi yang terpampang luas di internet, tapi Mingyu sangat mengapresiasi kegigihan Wonwoo untuk membuat dan mencontoh bekal dengan modal video; meskipun Mingyu tak yakin dengan rasanya.
"Kau sangat baik." Wonwoo senang mendengar kalimat itu. Telinganya naik dengan raut wajah kelewat senang. Kedua tangannya menepuk senang dengan lompatan kecil di kaki. Dipuji Mingyu membuat hormon dopaminnya naik tak terkendali.
Mingyu tersenyum senang melihat Wonwoo, sontak ia mengulurkan tangan ke arah tengkuk Wonwoo dan menariknya mendekat. Saat jarak kian menyempit, Mingyu menghentikan aksinya untuk merenungi apa yang saat ini ia lakukan.
Ini salah, 100% salah. Tak seharusnya ia memberi afeksi berlebih di saat dirinya tak tahu gejolak apa yang memenuhi paru-parunya. Terdapat perasaan sesak menggebu yang tak dapat dijelaskan. Mingyu tak yakin itu cinta, akal sehatnya masih meminta untuk berpikir logis kalau Wonwoo bukanlah seseorang yang bisa ia pinang di kemudian hari. Namun jauh di lubuk hati paling dalam, Mingyu menginginkan Wonwoo—sepenuhnya—untuk menjadi cintanya. Terdengar bertolak belakang, tapi ini sungguh dilema yang Mingyu rasakan.
"Mingyu?" Suara Wonwoo membuyarkan lamunan klise yang Mingyu hadapi. Pria itu tersenyum sebelum kembali bersuara.
"Terima kasih." Ucapnya lirih. Tujuan awal menarik Wonwoo mendekat karena ingin menghadiahkan sebuah kecupan singkat di bibir ranum si anak manis. Namun niat itu ia urungkan—karena problema hati—dan langsung memberi kecupan singkat di kening Wonwoo.
"Kalau rasanya tidak enak, Mingyu tidak usah makan karena Wonwoo hanya tidak yakin."Wonwoo masih sedikit kesulitan untuk merangkum kalimat panjang, tapi Mingyu mengerti maksud anak itu. Ia mengangguk pelan dan kembali memberi kecupan hangat di kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Puppy's House | Meanie
FanfictionKehidupan biasa tentang sibuknya Mingyu mengurus tiga anak anjing kesayangannya. Hybrid!AU