24 - Hukuman

285 17 2
                                    

Hembusan nafas nya entah sudah berapa kali nya ia keluar kan, pria itu menunduk merasa bosan dengan keadaan ini, sudah hampir sembilan jam dia di kurung di sini namun ingatan kejadian semalam belum bisa juga ia ingat. dia bingung, sangat bingung dengan situasi ini.

Di culik dan di ikat, entah siapa yang melakukan nya.

"Sialan!" Umpat nya merasa kesal.
"Kenapa aku tidak bisa mengingat nya, siapa? Siapa orang yang beraninya menculik ku, mengikat ku seperti ini bangsat!" Ujar pria itu marah hingga membuat wajah nya berubah warna, dia memejamkan mata, berusaha mencoba mengingat kejadian semalam, bayang-bayangan kejadian itu mulai bermunculan di dalam ingatan nya, namun suara lembut yang sangat ia kenali menyadarkan dia, pria Park itu membuka mata nya mendongak menatap tak percaya kearah depan.

Dia sana, terpampang lah wajah  Eunha dengan senyuman manis yang terukir cantik di bibir nya.

Eunha mendekat, masih dengan senyuman manis di bibir nya, menatap lekat wajah Jimin dengan tatapan tajam.

"Apa kabar tuan Park Jimin," timpal nya penuh penekanan di setiap perkataan nya.

Sedangkan Jimin masih dengan tatapan tak percaya, bagi nya dia sedang berada di alam mimpi dan bertemu dengan sang gadis yang telah ia habis.

Namun itu semua salah. ini nyata, gadis di depannya ini tersenyum pada nya seakan-akan tak terjadi apa-apa.

"Eun..eunha..." Ujar nya masih mencoba memastikan bahwa ini tidak lah nyata.

Senyuman Eunha pudar di ganti kan dengan tatapan yang sangat tajam.

"Iya tuan," sahut Eunha membuat Jimin terkejut, jadi ini nyata, ini semua nyata gadis ini masih hidup, ratusan pertanyaan bersarang memenuhi otak nya sekarang ini, rasa penasaran nya bagaimana bisa gadis di depannya ini masih hidup membuat nya ingin tiada.

Padahal, dengan kedua tangan nya sendiri lah yang telah menghabisi Eunha, malam menjadi saksi bisu di mana dia dan sang kawan membuang tubuh tak bernyawa Eunha di dasar sungai yang sangat deras, lalu ini. memikirkan nya membuat kepala Jimin sakit serasa ingin pecah menjadi dua.

Dia berusaha mencoba terlihat baik-baik saja dan mendongak menatap kearah Eunha.

"K..kau, bagaimana bisa, bukan nya kau telah tiada."

Eunha tersenyum miring.

"Tidak! Kau salah Jimin, aku masih hidup Karena tuhan masih menginginkan aku hidup di dunia ini agar membalas pendosa seperti mu!" Ujar Eunha menunju wajah Jimin dengan perasaan murka.

Tawa Jimin seketika pecah hal itu membuat kedua alis Eunha saling bertaut bingung.

"Membalas ku, hahahaha," ujar nya masih dengan tawa yang pecah. "Yang benar saja kau ingin membalas ku, kau itu hanya pantas menjadi pemuas naf___"

'Plak'

Tamparan yang cukup keras itu mendarat mulus di wajah Jimin membuat darah segar mengalir dari sudut bibir pria itu, Eunha mengepalkan kedua tangan nya sangat erat, murka di dalam hati nya membara-bara bagaikan api yang berada di neraka. Wajah gadis itu sangat lah mengerikan, kedua mata nya membesar menatap tajam wajah Jimin.

"TUTUP MULUT LAKNAT MU PARK JIMIN!!!" Murah Eunha. "Manusia iblis seperti mu pantas tiada di dunia ini!!"

'Plak'

Jimin terpejam, ketika tamparan kedua dari Eunha yang mendarat mulus ke wajah nya, dia menangis dengan isakan tertahan menahan perih juga sakit di hatinya, dia sadar semua yang ia lakukan di dunia ini sangat lah salah, tuhan tidak akan pernah memaafkan nya sekali pun dia bertobat, maka dari itu. dia siap menanggung hukum sekali pun dengan nyawa nya sendiri.

Pria itu mendongak menatap Eunha, tersenyum kecil yang membuat Eunha lantas ingin membunuh nya  sekarang juga.

"Eunha," panggil Jimin namun di abaikan gadis itu. "Lakukan apa yang ada di dalam hati mu, balas kan dendam mu, bunuh aku Eunha,"

Eunha menoleh menatap Jimin dengan tatapan sulit di artikan, bibir nya terangkat menyeringai kecil.

"Membunuh mu, tidak semudah itu tuan Park Jimin, butuh perlahan-lahan aku melakukan nya agar kau merasa tersiksa sama seperti ku yang kau siksa di rumah laknat mu itu," Eunha mengantungkan kalimat nya dengan nafas yang memburu. "Kau masih ingat. bagaimana aku mendesah, memekik merasa sakit yang amat membuat ku ingin tiada, kau meninggalkanku dengan keadaan yang sangat menyedihkan setelah apa yang kau lakukan pada ku, kau. Kau juga merenggut bayi ku dengan cara membunuh ku," setetes air mata jatuh pada pipi Eunha membuat tangan yang mulus itu lantas menghapus nya dengan cepat," maka dari itu, aku ingin kau merasakan apa yang aku rasakan dulu, dengan cara menyiksa mu perlahan-lahan,"

Setelah kalimat itu berakhir, Eunha berbalik melangkah pergi dari ruangan itu meninggal kan seorang Park Jimin di sana dengan tangisan pecah.

                                    TBC

SEX SLAVE - [EUNKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang