3. Si Peri Obus

1.4K 185 4
                                    

"Wah, bubur Bliss Berry ? Kau yakin itu enak ?" Erica menyahuti.

"Aku belum pernah mencobanya" Arabelle membalas dengan senyuman, lantas melahap bubur itu.

Arabelle terbelaklak. Benar saja. Bubur itu begitu lezat. Paduan oatmeal dan buah blueberry menyatu dimulut, menciptakan sensasi aneh dilidah dengan rasa yang manis nan gurih. Lezat sekali.

"Cobalah nak, bubur itu enak untuk sarapan. Buah-buahannya kami ambil langsung dari kebun dibelakang kastil ini" Joyce, sang pemilik kastil menyapa Erica dengan ramah. Gadis itu tersipu malu lantas mengambil semangkuk bubur Bliss Berry, tak enak hati bila tak mencicipi bubur itu. Padahal jelas, ia sendiri tak suka bubur.

Erica tersenyum saat memasukan sesendok bubur kedalam mulutnya. Benar. Bubur itu benar-benar enak. Lain kali ia harus mengajak keluarganya untuk kembali kekastil ini dan mencicipi buburnya yang lezat.

"Kelihatannya Kau semangat sekali Erica" Oscar tersenyum menatap Erica yang begitu lahap memakan bubur. Pemuda berambut keriting itu telah lama memendam perasaan pada Erica. Sayang, Erica tak pernah menyambut perasaannya dengan baik.

"Tentu saja. Setiap momen dalam perjalanan kita kali ini, harus kunikmati dengan baik" Erica menyahuti dengan semangat penuh.

"Ok. Ok. Tapi jangan menangis kalau nanti capek dijalan saat hiking" Vincent menyahuti dengan ledekan, membuat semuanya terpingkal menahan tawa.

"Urus saja pacarmu itu ! Sedikitpun aku tak akan merepotkanmu kok !" Erica menyahut dengan kesal.

"Tenang Erica. Kau capek kan masih ada Oscar yang siap membantumu" balas Arabelle, meledek. Tawa pun kembali meledak.

"Sudah... Sudah... Jangan tertawakan teman kalian terus, kasian dia. Silahkan teruskan makan kalian" Joyce ikut menimpali. Setelahnya ia mohon diri untuk menyambut tamu lain yang sedang sarapan.

'sungguh tuan rumah yang baik' batin Arabelle, tersenyum tipis.

***

Satu jam berlalu. Keenam Remaja itu berjalan berurutan melewati pepohonan menjulang tinggi. Sesuai perkiraan, nyaris disetiap pohon yang mereka lewati terdapat pintu-pintu kecil. Mereka tampak bersemangat dalam perjalanan ini. Kebanyakan dari mereka sibuk berselfie ria dan bersendau gurau, terkecuali Arabelle. Gadis itu merasakan ada hawa aneh sejak pertama memasuki area hutan.

Konon, pintu-pintu kecil itu adalah rumah para peri penunggu hutan. Entahlah, Arabelle tak terlalu peduli. Yang ia pedulikan adalah, kenapa tempat yang ia lewati saat ini begitu persis seperti yang ada dalam mimpinya semalam ?

Tepat saat Erica mencoba membuka salah satu pintu itu, Arabelle terkejut melihat cahaya kecil melesat dari dalam pintu. Ia panik dan mencari-cari kemana perginya cahaya itu. Rasa penasaran mulai melanda batinnya. Benarkah yang ia lihat tadi adalah peri ?

"Ada apa Bell ?" Darrell yang melihat ada keanehan dari sikap Arabelle pun menyahut.

Arabelle tersentak, kala Darrell tiba-tiba sudah ada disisinya. Pemuda itu tersenyum melihat sikap Arabelle yang tampak salah tingkah.

"Kau ini kenapa bell ? Kok tiba-tiba panik begitu ?" Tanya Darrell lagi.

"Tidak ada. Aku hanya merasa seperti melihat sesuatu didalam sana" balas Arabelle, berbohong. Padahal jelas ia tau cahaya itu keluar dari dalam pintu yang dibuka Erica. Namun ia tak berani bercerita. Takut gadis itu akan kian heboh dan mencari-cari kemana larinya cahaya itu.

THE LEGEND OF ARABELLE (PINDAH KE DREAME) [LENGKAP]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang