6. Prajurit Istana

1.3K 157 0
                                    

Gadis itu mendesah frustasi. Laki-laki ini benar-benar menindasnya. Tapi ia tidak bisa melawan sama sekali. Untung dia tampan. Jika tidak, mungkin ia sudah menendang laki-laki ini sejak tadi.

Arabelle menutup matanya dengan secepat kilat, ia menempelkan bibirnya pada bibir elves itu. Sejenak, kedua bibir kenyal itu bersentuhan. Seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya kala bibir itu bersentuhan. Aneh sekali. Hanya ciuman singkat karena setelah itu Arabelle langsung melepasnya.

"Ciumanmu payah !" Umpat Aidan.

Arabelle berdecak sebal. Kata serapah sukses memenuhi pikirannya. Kalau saja bisa, sudah pasti ia akan menendang pantat laki-laki ini sekarang juga. Dasar bajingan !

Aidan memberi isyarat pada Terasque, membuat Hibrida itu seketika berhenti melangkah dan langsung duduk menatap majikannya.

"Dari sikapmu, sepertinya kau tidak suka dengan apa yang kukatakan tadi" balas Aidan, menatap gadis yang ada didekatnya lekat-lekat.

"Entah kenapa aku merasa menyesal sudah ditolong olehmu" Arabelle menyahut malas, mengalihkan pandangan ke arah lain.

"kenapa ? Apa karena aku memberikan kesan yang kurang romantis untuk ciuman pertamamu ?" Aidan menyahut frontal.

Arabelle tersentak mendengar ucapan Aidan. Darimana Elves ini tau bila ia belum pernah berciuman ?

"kenapa ? Kaget karena aku tau kau belum pernah berciuman sama sekali ?" Aidan tersenyum miring. Elves itu telah sukses membuat Arabelle jengkel setengah mati.

"Kalau begitu, aku akan membalasnya dengan mengajarimu cara berciuman yang baik" lanjutnya. Tanpa pikir panjang, Elves itu meraih tengkuk Arabelle. Dilumatnya bibir tipis itu dengan lembut. Bibir kenyal yang belum tersentuh oleh lawan jenis sekali pun. Aidan cukup beruntung karena mendapatkannya pertama kali, secara cuma-cuma.

Bibir itu terus dilumatnya dengan nikmat tanpa berniat untuk menghentikan aktivitasnya. Sepertinya, gadis itu pun menikmati ciumannya karena tidak mendapat perlawanan sama sekali. Namun Aidan masih waras. Dengan cepat ia menarik bibirnya dan menatap gadis itu dari dekat. Deru nafas mereka saling beradu satu sama lain.

"kau mau lagi ?" tanya Aidan, dengan kerlingan nakalnya.

"jika bukan karena takut mati, aku sudah sejak tadi menendang selangkangmu !" tegas Arabelle. Aidan tertawa nyaring.

"Munafik. Kau bahkan ikut menikmatinya tadi" balas Aidan, sukses membuat wajah Arabelle memerah seketika.

"Aku hanya bercanda sayang." sahut Aidan, mencubit pipi Arabelle dengan gemas.

Gadis itu mengusap pipinya dengan kesal.

"kau benar-benar mesum !"

"Aku masih waras !" timpal Aidan, tak terima.

"apa katamu ?"

"kalau aku mau, aku bisa saja meneruskan ciuman kita dan memperkosamu disini !" tegasnya, membuat Arabelle seketika menutupi tubuh dengan kedua tangan. Aidan tertawa geli melihat tingkah gadis itu. Ia bangkit dari duduknya, lantas mengulurkan tangan pada Arabelle.

"namaku Aidan." ucap Aidan, mengajak Arabelle untuk ikut bangkit berdiri.

Arabelle tertawa pelan.

"kau bahkan sudah berani menciumku padahal namaku pun belum kau tau" balas Arabelle, sinis.

"kau hanya tinggal sebutkan namamu sayang" balas Aidan.

"Arabelle. namaku Arabelle"

"baiklah. Ayo kita pergi, Arabelle. Karena jika tidak, kita akan kemalaman dihutan dan aku tidak mau ambil resiko untuk itu"

THE LEGEND OF ARABELLE (PINDAH KE DREAME) [LENGKAP]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang