The Episode

899 185 21
                                    

"Shouldn't we...like...melerai mereka..or something?" Renjun berbisik pelan ke arah Haechan, yang juga tengah berjongkok di balik semak-semak seperti dirinya.

Matahari sebentar lagi terbenam dan Renjun merutuki baju tipis lengan pendek berwarna hitam yang ia kenakan. Sungguh outfit yang tidak tepat untuk ukuran orang yang sedang bersembunyi di balik semak belukar yang banyak tumbuh dengan liar di sisi danau yang terbentang memisahkan gedung fakultas ekonomi dan fakultas ilmu budaya. Menjadikannya sasaran empuk bagi nyamuk-nyamuk yang mulai keluar mencari makan.

Mereka baru saja selesai dari kelas asistensi Matematika Ekonomi ketika tak sengaja melihat Jung Jaehyun dan Kim Mingyu berjalan beriringan menuju area belakang kampus. Insting reporter dan jurnalis keduanya sontak berada dalam mode aktif setelah menyaksikan pemandangan yang tak biasa itu, hingga memutuskan untuk membuntuti pelan-pelan. Apalagi beberapa jam lalu, NCT Daily baru saja menerbitkan artikel mengenai rumor aliansi yang terendus diantara Jungkook dan Mingyu.

Haechan mendengus, memutar bola mata. "Yang bener aja. Lo? Sama gue?" ujarnya sarkas dengan nada tak percaya. "Yang ada badan letoy kita kehempas duluan sebelum sempet misahin mereka."

Renjun terdiam sebentar untuk berpikir, lalu tersadar. Betul juga, batinnya. Tiba-tiba teringat adegan lari-larian mengejar Jaehyun yang sukses membuat betisnya keram selama seminggu.

Mingyu dan Jaehyun sama-sama anak basket dan pemggemar olahraga, tinggi dan kekar pula. Apa kabar badan Renjun yang kecil mungil ini? Haechan yang notabene berbadan sedikit lebih besar darinya saja tak punya nyali untuk menengahi dua orang yang sedang terlibat baku hantam beberapa meter di depan mereka.

"Terus gimana dong?!" tanya Renjun panik bercampur kesal. Panik karena melihat Jaehyun yang seperti pasrah menerima pukulan demi pukulan tanpa memberikan perlawanan. Juga kesal karena Haechan yang tak kunjung memberikan solusi atas situasi genting ini.

Sebentar lagi malam dan dengan masa ujian yang sudah dekat, hampir tak ada satu mahasiswa pun yang terlihat berkeliaran di area gedung olahraga milik fakultas mereka yang letaknya jauh di bagian belakang. Di saat-saat seperti ini, setiap menit terasa berharga, sehingga gedung perpustakaanlah yang justru penuh dengan pengunjung dadakan yang sibuk belajar.

Haechan menekan tombol 'Send' di layar ponsel. "Telpon Jeno. Minta dia kesini sekarang juga," ujarnya tenang sambil membidikkan kamera ponsel ke arah dua orang yang masih sibuk berkelahi beberapa meter di depan sana.

Mata Renjun mendelik tajam menyaksikan tindakan itu. "Gila!" serunya spontan. "Sempet-sempetnya lo mikirin konten buat dijadiin artikel?!" Ia menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan Haechan yang sibuk merekam.

Tidak menyangka kalau sang founder benar-benar seambisius itu untuk meningkatkan popularitas NCT Daily. Ya ngerti sih kalau kejadian petang ini bisa jadi berita fenomenal dan kontroversial. Tapi ya masa Haechan setega itu? Bukannya membantu, malahan sibuk mengabadikan momen.

Penuturan bernada menghakimi yang ditujukan padanya tadi membuat Haechan berdecak sebal. Telapak tangan kanannya bergerak untuk membungkam mulut Renjun yang lebar. "Sssttt... Jangan berisik!" desisnya penuh peringatan. Bisa gawat kalau persembunyian mereka sampai ketahuan.

Renjun refleks menyingkirkan tangan sintal itu dari bibirnya. Wajahnya memberungut dan bergidik tak suka. Seenaknya saja Haechan melanggar batas privasinya dengan menjamah bagian sakral di wajahnya itu.

Haechan melengos tak peduli ketika mendapat tatapan sinis dari Renjun. Malahan sibuk mengelap telapak tangan yang bekas bersentuhan dengan bibir warna merah muda itu ke baju. Tak lupa memasang ekspresi jijik yang dilebih-lebihkan untuk membuat Renjun semakin murka.

Project AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang