Seandainya diminta untuk menyebutkan ciri khas yang membedakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan fakultas-fakultas lainnya yang terdapat di SM University, jawaban pertama yang terlintas di benak seluruh mahasiswanya pasti adalah kolam makara.
Padahal kalau dipikir-pikir itu cuma kolam air mancur biasa, yang diberi tambahan ornamen berupa lambang kebanggaan milik universitas mereka di bagian tengah-tengahnya. Airnya sendiri saja lebih sering terlihat keruh dibanding jernih. Kalau pancurannya sedang tidak dinyalakan, bercak-bercak lumut berwarna kehijauan yang menghiasi dasar kolam pasti akan jelas kelihatan.
Meski tidak ada yang spesial dari tempat tersebut, akhir-akhir ini Doyoung sering menghabiskan waktu sendirian dengan duduk-duduk di salah satu bangku taman yang banyak tersedia di sekitar kolam.
Niatnya sih ingin merenung, namun kenyataannya lebih sering dihabiskan dengan melamun sambil mendengarkan musik yang mengalun.
Hari ini pun begitu.
Doyoung baru duduk satu menit yang lalu, mengeluarkan airpod dari dalam tempat penyimpanan, lalu membuka aplikasi Spotify untuk memilih lagu mana yang sedang ingin ia dengarkan.
Kelas asistensi Manajemen Operasi baru akan dimulai sekitar dua jam lagi dan misinya untuk membujuk Mingyu ternyata bisa selesai lebih cepat dari perkiraan awal. Doyoung jadi punya cukup banyak waktu tersisa untuk sejenak mengistirahatkan pikirannya yang tak henti bekerja semenjak pulang dari kosan Jaehyun semalam.
Namun, sayang. Saat matanya tak sengaja bertatapan dengan figur seseorang yang berjalan mendekat dari arah kejauhan, Doyoung seketika tahu bahwa rencananya tadi telah gagal.
"Jaehyun beneran berantem semalem?"
Sesuai prediksi, Taeyong memang benar datang untuk menghampiri. Kini pemuda berwajah tampan tersebut berdiri persis di hadapannya sambil menyilangkan tangan di depan dada.
Tiada kalimat pembukaan, apalagi sapaan. Pemuda satu itu malah langsung menodongnya dengan pertanyaan. Bersikap seolah mereka adalah sahabat dekat yang tidak pernah mengalami fase putus hubungan.
Dengan berat hati, Doyoung melepas kembali sepasang airpod yang telah bertengger sempurna di lubang telinga. Ia tahu pasti Taeyong tidak akan pergi sampai rasa keingintahuannya terpenuhi.
"Iya."
"Karena?"
"Gak tahu." Doyoung mengangkat bahu.
Mendengar jawabannya, Taeyong justru beranjak untuk duduk di kursi sebelahnya yang kosong. "Gak mungkin!" tuduhnya tajam. "Lo kan ada di kosannya semalam?" Ada nada menuntut di kalimatnya barusan.
Doyoung sedikit membuang muka, sebelum kembali menatap sang lawan bicara. "Gue udah tanya, tapi anaknya diem aja. Terus emangnya gue harus gimana?" Doyoung balik bertanya dengan nada yang sama kesalnya.
Kalau Taeyong memang begitu penasaran, kenapa tidak langsung bertanya sendiri saja ke orangnya? Kenapa juga harus lewat dirinya? Sudah bagus Doyoung masih mau menjawab, bukannya berterima kasih, dia malah justru dimarahi.
Lee Taeyong ini maunya apa sih? rutuk Doyoung di dalam hati.
"Sorry, bukan gitu maksud gue." Taeyong menghela nafas lalu merubah nada bicaranya ke mode yang lebih santai dan enak untuk didengar. Agaknya, ia sadar telah bertindak kelewatan dan memancing amarah Doyoung harusnya adalah hal terakhir yang ia lakukan sekarang.
"Beberapa waktu belakangan ini kan lo adalah orang yang paling dekat sama dia. I mean— mungkin aja Jaehyun pernah cerita kalau dia sedang ada konflik apa kek gitu dengan seseorang sampai ada acara tonjok-tonjokkan. You know him, right? Ini bukan tipikal Jaehyun. Dia paling anti pakai kekerasan, apalagi sampai terlibat perkelahian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Alpha
FanficIni tentang Kim Doyoung dan Jung Jaehyun. Yang bermimpi bila di masa depan diciptakan mesin waktu yang bisa membawa manusia berkelana ke masa lampau, maka keduanya tak akan segan untuk memilih saat ini : usia 20 tahun.