Rivaldi membuka matanya, senyum terpatri saat melihat Revi tidur nyenyak dalam pelukan. Tangannya terulur untuk membelai surai hitam sang istri, tak lupa ia juga memberi kecupan ringan di keningnya.
Nghhh! Revita menggeliat di atas tempat tidur dengan selimut yang masih melekat apik di badannya.
"Udah bangun? Mandi sholat subuh dulu, nanti lanjut tidur engga apa-apa," ucap Rivaldi lembut.
"Aku dulu, apa Mas?" Revita membuka matanya, lalu menghadap ke arah Rivaldi.
"Kamu dulu aja, Sayang."
Revita beranjak dari ranjang, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
"Kok di tarik?" tanya Rivaldi.
"Ssssh." Tak ada jawaban, hanya ada desis sakit yang keluar dari mulut Revi.
"Sakit? Mau aku bantu ke kamar mandi?" tawar Rivaldi.
"Ngga usah." Revita melanjutkan jalannya dengan pelan.
"Ngga usah malu, aku udah liat semua. Udah nyicip malah," kekeh Rivaldi.
Revita yang merasa malu langsung masuk ke kamar mandi dan menutup pintu dengan kasar.
Blam!
Rivaldi beranjak dari ranjang dan menghampiri istrinya di kamar mandi.
Tok! Tok!
"Sayang, jangan marah lah. Maaf," bujuk Rivaldi dari luar pintu.
Tak ada sahutan dari dalam, yang terdengar hanya suara gemericik air shower yang mengalir.
Rivaldi mencoba membuka pintu, siapa tahu tidak dikunci. Dewi Fortuna berpihak padanya, dengan mudah ia memasuki kamar mandi dan menyusul istrinya.
Revi tersentak saat merasakan ada orang yang memeluknya dari belakang.
"Setan anjir!" refleks Revita berteriak.
"Masa suaminya dikira setan!" dengus Rivaldi menampilkan wajah cemberut.
"Ya ngapain di sini? Sana keluar!" usir Revita dengan sedikit keras.
"Mau mandi bareng," ucap Rivaldi manja.
"Tadi masuk lewat mana?" tanya Revita yang tidak mengindahkan Rivaldi.
"Kan pintunya ngga dikunci, Sayang. Ayok ah mandi!" Rivaldi menyalakan shower.
"Mandi sendiri! Awas sana!"
"Ngga! Saatnya mandi plus-plus."
======
Anabella memandang takjub pada ikan hias milik Rivaldi, ikan yang memiliki ekor mekar dengan perut buncit yang sedang berlarian keluar masuk lorong yang ada di dalam akuarium. Sesekali Anabella memasukkan tangannya untuk memegang ikan.
"Mama ngapain?" tanya Dante dari arah dapur dengan membawa setoples ampyang.
"Liat ikan. Beliin, Mas," bujuk Anabella.
"Kamu kalo mas beliin awalnya dijaga kalau sudah bosen dimatiin," cibir Dante sambil mengunyah nikmat ampyangnya.
"Itu kan dulu."
"Sama saja," cibir Dante pelan.
Teringat dulu Dante memberikan ikan hias saat Anabella ngidam, awalnya dijaga sangat baik, diajak bicara, diberi makan tepat waktu. Saat sudah bosan entah mengapa Anabella memasukkan obat sakit perut cair ke dalam akuarium, alhasil ikan-ikan mungil yang ada di akuarium mati. Anabella yang ditanya kenapa melakukan itu hanya menjawab 'bosan, ah! Ikannya ngga mati, jadi aku matiin' mudah sekali mulut bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband
ChickLitKetika yang datar, diktator dan kejam seketika menjadi manja dan juga sangat posesif. Kisah pasangan suami istri yang sangat romantis, baper dan juga menarik dengan dibumbui sedikit konflik yang tak terlalu berat. Penasaran dengan kisah mereka? Lang...