Hari ini adalah jadwal keberangkatan Revita dan Rivaldi untuk honeymoon, mereka sudah menyiapkan keperluannya dan siap berangkat.
"Jangan lupa, pulang bawa oleh-oleh," pesan Anabella, mama Rivaldi.
"Kasih mama yang kembar, ya, kalo bisa." Tambah Renanda, mama Revita.
"Hati-hati, di sana kamu ngga usah macam-macam," pesan Dante.
"Kalo udah sampai jangan lupa kasih kabar biar kita ngga khawatir," ucap Reonando sambil membelai lembut surai Revita.
Keluarga Revita dan Rivaldi semua berkumpul minus Reno dan Rendra, mereka akan mengantar pasangan muda yang akan pergi honeymoon.
"Kita berangkat dulu, assalamualaikum."
"Waalaikumussalam,"
=====
Rivaldi dan juga Revita sudah sampai di Venice, mereka langsung memesan hotel yang berada tak jauh dari tempat yang akan mereka kunjungi. Sesampainya di hotel mereka langsung membersihkan badan dan makan.
"Mas, kok aku pengen makan sup ayam, ya," ucap Revita.
"Mau aku mintain tolong chef-nya buat masakin?" tawar Rivaldi.
"Ngga, ah. Rasanya pasti ngga sama kaya masakannya mama," tolak Revita.
"Ya udah, nanti makan sup kalo udah pulang dari sini." Rivaldi mengusap pipi Revita dengan sayang.
Hari ini mereka melakukan beberapa kunjungan yang terkenal di Venice. Mulai dari ST. Mark's Square ( Piazza San Marco) yang merupakan pusat Kota Venice. Selain dijadikan sebagai lokasi gedung pemerintahan, ST. Mark's Square merupakan lokasi pusat kegiatan yang biasa di lakukan di Venice.
Tidak lupa Raina dan Rivaldi juga berkunjung di beberapa objek wisata ST. Mark's Square seperti Doge's Palace dan Museum Correr. Sudah puas dengan mengunjungi beberapa objek wisata di sekitarnya, di akhir perjalanan hari ini Rivaldi dan Revita mampir ke toko oleh-oleh terkenal yaitu Rialto Bridge.
"Capek, Mas," keluh Revita sesudah sampai di penginapan.
Rivaldi menanggapinya dengan senyum, ia berjalan mendekati istrinya dan mulai memijit kaki Revita.
"Mas, ngapain?"
"Katanya capek, ya, mas pijitin." Senyum Rivaldi terukir sempurna di bibir tipis nan merah seperti kelopak mawar.
Revita mulai gelisah, pasalnya tangan Rivaldi semakin lama semakin jauh, ia sudah beberapa kali menegur, tapi satu pun tak pernah dihiraukan oleh Rivaldi.
"Mas,"
"Hm?" balas Rivaldi pura-pura tidak paham.
"Tangannya!"
"Tapi pengen," ucap Rivaldi dengan memperhatikan muka melasnya.
"Capek," balas Revita singkat.
Rivaldi mulai menggunakan jurus jitunya. "Engga boleh nolak suami," ucapnya. Jika sudah seperti itu apa yang bisa dilakukan Revita. Hanya pasrah menerima kelakuan Rivaldi, toh juga dapat pahala berlipat jika menyenangkan suami.
===
Mentari pagi muncul dari ufuk timur, memberi sinar indah untuk mengawali sebuah kehidupan. Revita dan Rivaldi masih asik bergelung dengan selimut tebalnya. Sedikit merasa terusik dengan gerakan, Rivaldi malah mengeratkan tangannya memeluk pinggang sang istri. Ia tak akan bosan melihat wajah sang istri yang polos dan menggemaskan saat tertidur pulas, sangat tenang bahkan Rivaldi tak mendengar suara dengkuran.
Dengan pelan Rivaldi merubah posisinya, tersenyum memandang takjub salah satu ciptaan Tuhan yang sangat elok, entah itu sifat maupun sikap. Rivaldi menyingkirkan anak rambut yang menerpa wajah Revita dengan pelan, tidak mau sang istri terbangun dari tidur. Dengan perlahan ia bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat ia terbangun Revita sudah duduk manis dengan selimut yang masih melilit di tubuhnya, Rivaldi lagi-lagi memberikan senyum termanis yang ia miliki.
Revita terkejut melihat penampilan Rivaldi, dengan memakai jas hitam dipadukan dengan kemeja warna putih, tak lupa celana bahan hitam dan juga pantofel yang mengkilap."Mas, mau ke mana?" tanya Revita dengan mata memicing.
"Ada meeting satu jam lagi, kamu mandi gih biar seger!" titah Rivaldi sambil mengancingkan jasnya. Tanpa membantah Revita langsung menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, Revita sudah keluar dari kamar mandi dan terlihat lebih segar. Revita memakai kaos putih dan celana jeans hitam, warna yang cocok untuk Revita.
"Mau sarapan apa?" tanya Revita.
"Mas sarapan nanti aja, sekalian meeting," tolak Rivaldi.
"Oke, jadi aku sarapan sendiri?"
"Ngga gitu, nanti kalo aku sudah pulang jalan-jalan lagi sampai kamu puas. Kita wisata kuliner bareng."
"Hmm, gih sana berangkat!" suruh Revita.
"Ngusir?"
"Daripada telat," balas Revita.
"Kamu jangan lupa sarapan, ngga usah keluar kalau aku belum pulang." Peringat Rivaldi.
"Iya."
"Nanti lama apa engga?" tanya Revita sembari memasangkan dasi di leher Rivaldi.
"Maksimal dua jam, lah. Engga lebih."
"Oke. Hati-hati."
"Iya. Assalamualaikum," ucap Rivaldi setelah mengecup kening Revita.
"Waalaikumussalam."
Setelah Rivaldi berangkat, Revita bergegas untuk mencari sarapan di resto hotel. Ia memesan apapun yang penting membuat perutnya terisi penuh. Setelah sarapan ia kembali lagi ke kamar, mengambil handphone di atas nakas. Ia mulai berseluncur pada aplikasi yang berada di handphonenya, mulai dari sosmed, aplikasi litetasi maupun games.
Tiga jam berlalu, tapi tak ada tanda-tanda Rivaldi pulang, Revita menghela napas panjang, ia sudah dilanda bosan jika seperti ini terus. Revita mengirimkan pesan singkatpada Rivaldi, kapan ia pulang?
Mas, masih lama?
Masih, ya?
Ya udah, aku ganggu pasti
Sukses meetingnya.
Revita kecewa, ketika pesan yang ia kirim hanya ceklis dua, tanpa dibaca. Miris. Tak lupa ia juga menelepon Rivaldi, tapi langsung diriject.Lama sudah menunggu, Revita yang sudah habis kesabaran mengindahkan peringatan Rivaldi untuk tetap di hotel. Revita butuh udara segar, ia mengambil tas punggung kecilnya tak lupa memasukkan dompet dan juga handphonenya. Ia ingin keluar walau sebentar.
Rivaldi terkejut saat sampai hotel tak menemukan sang istri, ia melirik arloji yang ada di pergelangan tangan kirinya. Betapa terkejutnya, jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Ia tersadar meeting kali ini menguras waktu, padahal tidak terlalu penting menurutnya.
Rivaldi memanggil Revita berkali kali. Tidak ada jawaban yang Rivaldi dengar, ia mengecek balkon dan kamar mandi. Tidak ada. Ia kemudian turun dan menuju resto hotel, tapi tak juga menemukan. Rivaldi mengambil handphone di saku celananya, memanggil Revita dengan panggilan suara, tidak juga diangkat.
Rivaldi frustasi, ia kembali ke kamar dan menenangkan pikirannya. Di mana istrinya berada? Tak banyak berpikir ia langsung masuk kamar mandi untuk bersih-bersih badan. Setelah selesai, ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Di sana ia melihat Revita datang dengan menjinjing berbagai ukuran paper bag.
"Kamu dari mana?" tanya Rivaldi dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband
ChickLitKetika yang datar, diktator dan kejam seketika menjadi manja dan juga sangat posesif. Kisah pasangan suami istri yang sangat romantis, baper dan juga menarik dengan dibumbui sedikit konflik yang tak terlalu berat. Penasaran dengan kisah mereka? Lang...