Hari yang dinanti tiba, akhirnya dua sejoli yang sedang kasmaran melangsungkan ijab qobul. Reonando selaku ayah dari Revita sangat bahagia karena putri semata wayangnya sudah menemukan pujaan hati. Ia menghampiri anaknya yang masih di dalam kamar, terkejut dengan pemandangan yang mengharukan saat ia melihat Revita berada di pelukan Renanda, istrinya.
Reonando berjalan dengan pelan ke arah Revita, tak lupa senyum menawan yang selalu terpatri di wajahnya.
"Sayang, kamu sekarang bukan tanggung jawab Papa, tapi ketahuilah Papa sangat sayang Revita. Revita harus jadi istri yang baik untuk suaminya, ya, Nak. Jadilah istri yang penurut, sayang keluarga, kamu masih tetap menjadi putri kecil Papa," pesan sang Papa sambil memeluk putrinya.
Renanda yang melihat hal tersebut kembali mengeluarkan air mata. Ia kembali memeluk Revita."Revita, walaupun kamu sudah menjadi istri orang, kamu tetep jadi putri kecil Mama, jangan lupa sama kita, ya, Nak. Sering ke sini, Mama kesepian. Papa kerja terus, kakak kamu pada sibuk sama dunianya masing-masing, cuman kamu temen Mama dirumah," tutur Renanda, mamanya.
Mendengar penuturan mamanya. Kedua kakak Revita merasa bersalah, memang mereka lebih sering kumpul dengan teman-temannya dari pada dirumah dengan mamanya. Mereka langsung memeluk Renanda dengan erat.
"Mama, maafin Reno. Lain kali Reno pasti sering nemenin Mama, kok, ini Reno bener-bener sibuk," ucap Reno sambil memohon pada Renanda.
"Rendra juga minta maaf, Ma. Rendra malah sibuk sendiri. Kalo libur malah suka nge camp sama temen daripada sama Mama." Rendra memeluk mamanya.
"Engga apa-apa. Mama ngerti, kok, Sayang. Kalian punya kesibukan. Mama cuman kesepian aja." Renanda mengulas senyum tipis.
Renanda mengutarakan apa isi hatinya, ia selalu merasa kesepian kala sang suami kerja dan anak-anaknya sibuk dengan dunianya sendiri, mereka akan berkumpul jika weekend dan tanggal merah, itu pun kadang tanpa Rendra.
"Ma, Pa, Kak, kok, rasanya berat ninggalin kalian, Revi sudah terlanjur sayang sama kalian semua, rasanya ada yang hilang kalo Revi engga ngeliat kalian." Revita menatap mereka satu per satu.
"Revi, ada saatnya kita harus berpisah dan mulai kehidupan baru. Enggak semua harus sama-sama terus, kita punya kehidupan baru untuk kedepannya, bukan hanya kamu, kakak pun juga sama. Kalau kamu kangen bisa kunjungi kami. Pintu rumah kita selalu terbuka untuk Revi." Rendra memberi pengertian kepada Revita.
Revita memberi jawaban dengan menganggukkan kepala, tanda ia sudah mengerti.
"Kakak, nanti kalo Revi pingin ketemu kakak, gimana?" tanya Revi memandang wajah Rendra.
"Kamu telfon kakak atau kirim pesan, kakak usahakan datang." Rendra mengulas senyum manis.
"Oke, Kak."
"Revi, sini!" Reno menyuruh Revi untuk mendekat.
"Hm?"
"Kakak cuman minta kamu yang baik sama suami, sama keluarga Rivaldi. Pokoknya doa kakak selalu buat kamu." Reno mengecup lama kening adiknya. Dalam hati yang paling dasar, sebenarnya ia belum rela jika adik kecil yang selalu ia jaga berpisah dengannya. Tapi apa boleh buat, kehendak mengatakan lain.
Beberapa menit mereka saling berpelukan. Reonando melihat arloji yang melekat pada pergelangan tangan kirinya.
"Udah, acara mau dimulai. Papa mau turun dulu."
"Hmm, kakak juga. Dadah Riva!"
Reonando, Reno, dan juga Rendra turun ke bawah. Di sana sudah ada Rivaldi dan juga tamu undangan lainnya. Memang pernikahan ini tertutup dikarenakan Revita tak ingin orang lain mengetahui tentang ini. Bukan karena ia terpaksa menikah, melainkan ia tak suka berada disekitaran banyak orang. Revita selalu risih ketika berada di satu ruangan dengan banyak orang dan menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband
ChickLitKetika yang datar, diktator dan kejam seketika menjadi manja dan juga sangat posesif. Kisah pasangan suami istri yang sangat romantis, baper dan juga menarik dengan dibumbui sedikit konflik yang tak terlalu berat. Penasaran dengan kisah mereka? Lang...