10

123K 11.3K 5K
                                    





Di SMA Neo ada sebuah pengumuman setiap bulannya, yang berisi rekap belajar dan rangking siswa. Jika SMA lain akan dirangking setiap semester, SMA Neo lebih spesifik dan selalu di rangking setiap bulannya. Jaemin selalu khawatir ketika pengumuman itu diumumkan.

Bagiamana jika dia bukan nomer satu, bagaimana jika dia tergeser, bagaimana jika nilainya turun, dan bagaimana jika ayahnya tahu.

Jaemin duduk dengan cemas di bangkunya, sebentar lagi bel istirahat dan pengumuman itu sudah tertempel di papan pengumuman. Jaemin menggigiti bibirnya sendiri, kecemasan hinggap di tubuhnya. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Krringgg..

Jaemin langsung bangkit dari tempat duduknya, dia langsung keluar dari kelas dan berlari menuju papan pengumuman, dia penasaran namun juga takut.

Jeno melihat Jaemin yang berlari saat dia keluar kelas, Jeno hendak menyapanya tapi tidak jadi, memilih mengikuti Jaemin dari belakang saja dengan tangan di masukan ke saku celananya.

Jaemin berhenti berlari didepan papan pengumuman, dia mengambil nafas sejenak, jantungnya benar benar akan copot. Jaemin memejamkan matanya sebentar, tak siap untuk melihat hasilnya.

Jeno terkekeh melihat sikap Jaemin yang menurutnya lucu itu. Papan pengumuman mulai ramai, Jaemin langsung melihat ke daftar urutan peringkat 1 - 10.

Bahunya langsung lemas ketika namanya tidak berada di urutan nomer satu, Jaemin langsung menulusuri ke bawah dan, Jaemin ingin menyobek kertas itu sekarang juga.

“Na Jaemin peringkat enam, apa yang terjadi padanya?”

“Jaemin keluar dari lima besar, ini gila.”

“Aku terkejut ketika Jaemin bahkan tidak masuk lima besar.”

Jaemin langsung pergi, dia tak ingin mendengarkan bisik bisik tentang dirinya. Dia langsung lari, Jeno yang melihatnya dari kejauhan terkejut, dia mengikuti kemana Jaemin pergi.




//



“Maaf ayah.”

“APA YANG KAU PIKIRKAN, NILAIMU BENAR BENAR BURUK JAEMIN!”

Jaemin menggigit bibirnya sendiri, dia menahan tangis dan kesal dari tadi. Ayahnya langsung menelpon dirinya ketika dia tahu nilai Jaemin terjun bebas ke bawah.

“Aku akan berusaha lebih keras.”

“SUDAHLAH TAK ADA GUNANYA—PIP.”

Jaemin menatap ponselnya, panggilan itu diputuskan sepihak oleh ayahnya. Rahang Jaemin mengeras, dia membanting ponselnya di lantai, membuat ponsel itu hancur.

“Brengsek!”

Lalu Jaemin mendorong tumpukan kursi kursi tak terpakai di rooftop hingga terjatuh dan menimbulkan suara yang keras, dia juga mendorong meja meja tak terpakai. Jaemin membanting beberapa patung cacat yang ada di sana.

Jeno yang baru muncul langsung menghentikan apa yang dilakukan Jaemin, karena bisa saja pihak sekolah mengetahui kekacauan ini.

“Jaemin hentikan.” kata Jeno, sambil menahan Jaemin

“Lepaskan, sialan!” Jaemin memberontak, lalu dia memukul perut Jeno dengan sikunya, Jeno refleks melepaskan Jaemin, pukulan lelaki itu tidak main main.

fake nerd [nomin] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang