"Jaemin-aa, maafkan aku.”
Jeno mendekap Jaemin dalam pelukannya dengan erat. Jantung Jaemin bergetar karenanya, dia bisa mendengar suara Jeno yang begitu menyesal. Lalu dia akan percaya pada Jeno? Tentu tidak, dia tidak akan pernah lagi jatuh ke dalam tipu muslihat Jeno.
Jaemin mendorong Jeno hingga duduk terjatuh di tanah, lalu dia tersenyum miring. “Sudah mengakui kau yang melakukannya, Lee?” tanya Jaemin.
Jeno menggeleng, dia mencoba meraih tangan Jaemin. Tapi pria manis itu menjauhkan dirinya. “Tidak, aku bersumpah bukan aku yang melakukannya.”
“Kau tahu betapa aku mencintaimu, Jaemin-aa.”
Jaemin mendengus, “Hentikan omong kosongmu, Jeno. Kau sudah berhasil menghancurkan hidupku. Kau sudah sampai di tujuanmu, berhenti berpura pura.” kata Jaemin, dia memandang Jeno begitu rendah.
Jeno menatap Jaemin nanar, sebenci itu Jaemin padanya? “Harus bagaimana agar kau percaya padaku?” Jeno mengucapkannya dengan nada yang membuat Jaemin merasa bersalah.
Jaemin merotasikan bola matanya, lebih baik dia segera pergi sebelum dirinya goyah melihat Jeno yang memohon dan terlihat tidak berdaya di hadapannya. Jaemin berjalan sambil menyeret tiang infusnya.
“Jaemin-aa..”
Jaemin meremas tiang infusnya dengan erat, suara Jeno benar benar membuat hatinya teremas. Sekuat tenaga dia menyakinkan dirinya sendiri kalau Jeno hanya berpura pura.
Jaemin meneruskan jalannya untuk masuk ke dalam rumah sakit, dia menahan air mata dan sesak di dalam dadanya. Ingin dia bertanya pada Jeno, tapi melihat wajah pria itu saja sudah membuatnya sakit.
Jeno memandangi punggung Jaemin yang perlahan mulai jauh dari jangkauannya. Jeno mengepalkan tangannya, dia akan segera menemukan siapa pelakunya, dan membawa Jaemin kembali ke dalam pelukannya.
Jeno langsung menghubungi orang suruhannya untuk mengusut semua masalah ini, Jeno menanyakan perkembangannya. Mereka berkata sedang mengumpulkan CCTV di club sampai ke apartemen Hyunjin malam itu.
Jeno ingin secepatnya mereka menemukan pelakunya, walau sebenarnya Jeno benar benar curiga pada Hyunjin. Tapi dia tidak mungkin menuduh temannya begitu saja kan?
//
Jaemin menutup pintu kamar rawat inapnya, lalu bersandar di balik pintu. Air matanya menetes seiring dirinya yang jatuh terduduk di atas lantai yang dingin. Kenapa Jeno datang, seharusnya tidak perlu. Ini membuat Jaemin kembali memikirkan lelaki itu.
Jaemin mengelap air matanya kasar, untuk apa dia menangis karena lelaki brengsek itu. Jaemin ingin segera pergi dari Korea. Dengan begitu dia bisa memulai hidup barunya tanpa bayang bayang Jeno.
“Huft, dia orang yang menghancurkan hidupmu, Jaemin... Sadarlah, jangan bodoh!” Jaemin menggerutu pada dirinya sendiri.
Dia kembali berbaring di atas ranjang rumah sakitnya, menutup matanya berharap bisa tertidur dan memperbaiki moodnya. Namun yang terjadi adalah munculnya bayang bayang kebersamaannya dengan Jeno.
Jeno memeluk tubuh Jaemin yang naked, mengeratkan pelukannya dan menaikan selimut agar membuat mereka semakin hangat setelah adegan panas yang mereka lakukan. Nafas Jaemin mulai teratur setelah Jeno mengelus surainya, membuatnya mengantuk.
Jeno mengecup lehernya, mengecup bekas bekas kemerahan yang pria itu buat. “aku mencintaimu.” katanya dengan suara yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
fake nerd [nomin] ✅
FanfictionSUDAH DITERBITKAN ⚠️TW GAY / BXB / HOMO⚠️ [END] siapa sangka Jeno akan menabrak si manis Jaemin yang setengah mabuk di sebuah klub malam. si cerdas Jaemin yang terkenal manis dan polos itu ternyata tidak berbeda dengan yang lain, nakal dan penuh gai...