1: menunggu

1.1K 60 9
                                    


☀️☀️☀️

Menghirup udara segar lewat balkon kamarnya pagi ini terasa menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi saat melihat langit yang bersahabat dengan mood nya hari ini. Ia pikir pagi ini akan sama kelamnya seperti tadi malam, ternyata tidak. Langit mendengar doa nya agar hari ini tidak lagi murung.

Angin berhembus dengan tenang. Tak ada warna murung di langit pagi ini. Tak ada warna kelabu atau hawa dingin. Meskipun tadi malam hujan deras penuh keributan, pagi ini langit terlihat damai dengan warna biru nya. Sinar matahari berpendar kekuningan dengan penuh kehangatan. Awan juga tampak sangat cerah dan bebas diatas sana.

Sang pemilik balkon kembali menoleh ke dalam kamarnya untuk mengecek sudah pukul berapa sekarang. Setelah melihat jarum jam berada pada pukul 8 pagi, ia langsung mengecek ponsel genggam nya. Mencari satu kontak dan menelponnya.

Suara telpon yang tersambung menemaninya selama beberapa detik. Sambil menunggu, ia memilih duduk di meja belajarnya dan memainkan buku yang berada disana. Wajahnya berubah riang saat suara seseorang menyapa pendengarannya.

"Ayah! Udah bangun? Atau malah udah jalan?" tanya nya penuh semangat.

Ada suara tertawa pelan yang ia dengar sebelum ayahnya menjawab pertanyaannya.

"Ya ampun nak. Ayah kira ada apa kamu nelpon ayah pagi-pagi begini. Ini ayah udah di jalan, tapi masih jauh. Tadi ayah udah ngasih tau ibu kok,"

Jawaban dengan suara berat yang sangat akrab dengannya itu membuat senyumnya merekah.

"Asyik! Aku gak sabar banget yah! Kalo udah di jalan berarti sebentar lagi sampai kan?" tanya nya lagi masih penuh semangat.

Ayah lagi-lagi tertawa pelan. "Masih jauh nak. Masih lama juga ini rame banget. Apa karena masih liburan ya bang?"

Ia mengangguk di kursinya. "Kayaknya gitu deh yah. Liburan sekolah masih seminggu lagi yah,"

"Iya ya, jadi panjang kayak ular naga gini bang macet nya. Ayah fokus nyetir dulu ya? Kamu bantuin ibu sana,"

"Hehehe. Oke ayah! Hati-hati di jalan ya yah!"

"Iya Randu anak ayah,"

Setelah Randu menjawab, ayah memutuskan panggilan nya terlebih dahulu. Randu masih tersenyum lebar sambil melihat layar ponselnya. Lalu kemudian dengan langkah riang berjalan mengambil handuk dan keluar kamar untuk mandi.

Selesai dengan kegiatan mandi dan terlihat lebih segar, Randu kembali melangkah penuh semangat keluar kamarnya. Sedikit berlari saat menuruni tangga dan berjalan ke dapur. Randu bisa mencium aroma nasi goreng yang sangat menggoda.

"Ibu! Selamat pagi!" serunya sambil memeluk ibu nya yang sedang mengaduk nasi goreng dari belakang.

"Selamat pagi darimana? Ini udah siang," balas ibu melirik Randu yang masih tersenyum sambil meletakkan kepalanya di bahu ibu.

"Masih pagi tau! Belum jam 9 tuh!" ujar Randu masih tetap memeluk ibu nya.

"Ibu udah mau selesai masak kamu baru turun. Bukannya bantuin ibu,"

Randu terkekeh sambil melepas pelukannya. "Hehehe. Iya ini Randu bantuin ibu ambil piring ya? Atau mau Randu yang ngaduk nasi goreng nya?"

Ibu mematikan kompor dan membalikkan badannya untuk menatap Randu.

"Ambil piring sama gelas aja gih! Nasi goreng nya udah selesai nih,"

Randu mengecup pipi ibu nya sekilas kemudian bergegas menuju lemari piring sambil menjentikkan jarinya dan bersenandung. Ibu yang melihat itu hanya menggeleng. Anaknya ini terlihat sangat bahagia pagi ini.

AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang