3: cerah

332 53 2
                                    


🌤️🌤️🌤️


Pagi ini cuaca masih sama cerah nya seperti hari kemarin. Randu yang jam 7 tadi sudah bangun dengan cepat membuka pintu balkonnya. Menghirup udara pagi yang sudah mulai menghangat karena matahari sudah terlihat tinggi di ujung sana.

Randu kemudian menoleh ke balkon sebelah nya. Pintunya tertutup rapat, begitu juga gorden nya. Randu jadi mengira-ngira apa Angan belum bangun? Karena tidak mau menunggu lebih lama, Randu bergegas menuju kamar Angan.

Sekarang Randu sudah sampai di depan pintu kamar Angan. Sebelum mengetuk pintunya, Randu mencoba menempelkan telinganya, berharap bisa mendengar suara Angan. Tapi tak ada suara apapun.

"Angan? Udah bangun belum?" tanya Randu sesudah mengetuk pintunya dengan pelan.

Selama beberapa detik, tidak ada jawaban. Randu ketuk sekali lagi dan tetap sunyi.

"Angan? Gue masuk ya?"

Randu kemudian membuka pintu nya perlahan. Mengintip terlebih dahulu. Ternyata Angan masih berada di bawah selimut nya. Masih tertidur menghadap ke dinding. Randu kemudian melihat adanya lampu tidur diatas meja. Lucu, batin Randu. Apa Angan takut gelap?

"Angan? Bangun," kata Randu sambil mengguncang pelan bahu Angan.

"Angan!" seru Randu kemudian.

Angan langsung menyibak selimut nya dan duduk sambil memegangi kepalanya. Efek bangun terlalu cepat karena terkejut, dia jadi pusing.

"Eh sorry, kaget ya?" tanya Randu panik. Karena dia juga terkejut dengan reaksi Angan.

"Gak apa-apa kok. Gak apa-apa ini udah gak apa-apa," jawab Angan sambil mengerjapkan matanya sambil melihat ke sekeliling.

"Ayo bangun Angan! Kita bantu ibu bikin sarapan! Mandi ya? Gue tunggu ya?" ujar Randu bersemangat dengan senyum yang tak luntur. Lalu pergi membuka gorden di kamar Angan.

"Oke kan? Gue tunggu ya," kata Randu meninggalkan kamar Angan.

Setelah Randu pergi, Angan tak langsung bangun. Ia diam menatap langit dari balkon nya terlebih dahulu. Ini hari pertama nya bangun di rumah ini. Hari pertamanya juga dibangunkan saudaranya sepagi ini. Sepertinya mulai sekarang Angan akan belajar bangun lebih awal agar tak merepotkan Randu.


Randu menunggu Angan di depan televisi di lantai dua. Biasanya televisi ini digunakan Randu untuk bermain game atau menonton film bersama teman-temannya. Tadi dia sudah mendengar kamar Angan terbuka lalu tertutup lagi. Yang berarti Angan sudah selesai mandi.

"Randu?"

Randu menoleh, ada Angan yang sudah rapi. Senyum lebar langsung terbit di wajah Randu. Ia pun mematikan televisi didepannya dan berjalan menghampiri Angan.

"Hayuk kita liat ibu di dapur!" seru Randu menarik tangan Angan menuju tangga.

Angan ikut berjalan di belakang Randu. Mereka berjalan bersama menuju dapur. Angan bisa mendengar suara-suara dari arah dapur.

"IBUUU!" teriak Randu seperti biasa. Sambil memeluk ibu nya dari belakang.

"Udah bangun? Bagus! Ayo bantu ibu!" balas ibu membalik badannya dan memegang pipi Randu.

"Swakit Bu!" protes Randu sambil menarik tangan ibu nya agar menjauh.

Angan yang berdiri di samping kulkas hanya bisa tersenyum saja. Lalu ia kembali menunduk saat ibu melihat nya.

"Angan juga udah bangun ternyata. Ayo sini, kita bikin sarapan sama-sama. Angan suka nya apa?" ujar ibu menghampiri Angan dan memegang pipi Angan juga, sama seperti saat bersama Randu.

AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang