8: saudara

223 43 4
                                    


🌤️🌤️🌤️

Hari ini adalah hari dimana murid-murid angkatan Randu dan Angan mulai mendaftarkan diri untuk berbagai macam kegiatan sekolah. Sejak beberapa hari yang lalu, sudah banyak kakak-kakak kelas yang menawarkan berbagai macam kegiatan pada Angan. Tapi dia belum menemukan yang menarik untuknya.

"Lah? Masih kosong aja?" tanya Jay yang menoleh ke arah kertas formulir ditangan Angan.

Angan menggeleng pelan. "Aku gak tau mau pilih apa,"

"Ya udah, ikut gue aja jadi anggota paskib," saran Jay menunjukkan kertas formulir nya.

"Gak ah. Gak cocok," balas Angan di sela tawanya. Bagaimana bisa Jay menyarankan nya jadi anggota paskibra? Memang nya Angan terlihat akan sanggup dengan berbagai macam latihan berat yang akan mereka lakukan? Hari pertama masuk sekolah ini saja dia hampir pingsan.

"Hm, bener juga. Gak cocok. Tanyain Randu? Siapa tau bisa bareng,"

Angan menggeleng lagi. "Kasian Randu. Masa harus aku ikutin terus? Nanti dia gak bebas, malah jadi ngurusin aku,"

"Lah? Kan saudara sih. Lagian gue yakin Randu gak pernah mikir gitu. Kayaknya dia malah seneng kalo di tempelin sama lu terus,"

"Kok aku kayak koyo? Nempel,"

Jay mengernyitkan keningnya menatap wajah Angan yang masih serius menatap formulirnya. "Udah bisa ngawur ya sekarang ngomong nya,"


Saat jam istirahat di kantin, seperti hari sebelumnya juga Randu pasti akan menghampiri Angan atau kebalikan nya. Sudah pasti, diikuti Dafa, Tama dan Jay.

"Lo pada ikut apaan? Gue pengen jadi anak pmr," kata Tama sambil menuang saos dalam soto nya.

"Gue yakin lo jadi anak pmr karena mau ngadem kalo upacara Senin kan?" sahut Jay sambil mengunyah ayam gorengnya.

"Berburuk sangka aja lu sama orang!" balas Tama tak terima. "Tapi ya iya bener sih, hehe," lanjutnya dengan cengiran.

"Gue mau ikut voli," kata Dafa singkat padat dan jelas. "Seru kayaknya jadi anak olahraga,"

"Kenapa gak basket aja? Ndu, lu basket kagak?" tanya Tama menyenggol bahu Randu.

Angan yang mendengar pertanyaan Tama langsung menatap Randu dengan cemas. Kalau Randu ikut basket, apa dia ikut basket juga? Tapi itu berarti nanti dia juga akan berada di keramaian.

Randu menggeleng, ia sedang mengunyah tempe goreng. "Gak. Gue mau ikut osis. Basket jadi hobi aja,"

Angan yang tadinya bersemangat karena Randu menggeleng kembali lesu. OSIS ya? Gak deh. Angan gak bisa.

"Angan? Ikut apa?"

Angan mengangkat kepalanya untuk menatap Randu yang bertanya. Saat ia menarik nafasnya, Jay malah sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Randu.

"Dia lagi gegana. Gak tau mau ikut apaan,"

"Ikut gue aja Ngan! Jadi anak pmr! Kerjanya gak berat. Gak pake banyak mikir juga. Lu juga keliatan memiliki aura-aura--hmmm..."

"Aura kasih?"

Tama langsung memukul kepala Jay yang duduk didepannya. "Aura kasih pala lu botak!"

"Selo dong! Gak usah pake mukul pala! Rusak nih rambut keren gue!" seru Jay sambil membenarkan rambutnya.

"Iya ayo! Ribut ayo! Lapangan kosong tuh!" seru Randu dengan kedua tangannya memegang dua sedotan, digerakkan seperti memberi semangat.

"Taruhan lah. Gue yakin pasti Jay yang menang," bisik Dafa pada Randu yang tak seperti berbisik.

AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang