11: bersama

321 40 11
                                    

☁️☁️☁️

Pertama kali bertemu, mereka berdua terikat dalam status mitra kerja. Sang bos dan sekretaris nya. Ikatan ini membuat mereka sering berinteraksi. Dalam waktu yang cukup lama.

Seseorang bisa sangat terobsesi dengan pekerjaan. Membuatnya lupa akan orang-orang disekitar nya. Saat hotel nya mulai naik daun, Bakti bekerja siang malam untuk terus membangun reputasi hotelnya. Sedikit mengabaikan keluarga kecilnya. Rosa sebagai istri hanya bisa mendukung nya dari belakang. Tak ingin membuat sang suami merasa terbatasi.

Di sisi lain, seorang Febri sudah lama mendambakan menemukan pujaan hati. Menikah dan berkeluarga adalah mimpi nya yang paling utama. Menurutnya, dirinya sudah sangat siap untuk menjadi ibu rumahtangga. Tapi, memang waktu belum menjawab doanya.

Jika ditanya, pria idamannya adalah bos nya sendiri, Bakti. Menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan sang bos, membuat Febri sedikit demi sedikit jatuh dalam pesonanya. Febri yakin, tidak hanya dirinya yang jatuh dalam pesona tersebut. Tapi sayangnya, sang bos adalah pria beristri.

Sampai pada suatu malam ketika hotel sedang mengadakan sebuah pesta yang berlangsung semalaman. Minuman, keramaian dan juga suasana yang membuai berhasil menggiring dua pasang manusia melakukan hal lebih dari sekedar hubungan antar rekan kerja.

Sepasang manusia itu adalah Bakti dan Febri yang keduanya sama-sama merasakan rasa bersalah di keesokan harinya. Bakti merasa dirinya yang paling salah. Karena seharusnya ia bersikap lebih bijak sebagai atasan.

"Gak apa-apa. Kita lupakan saja apa yang terjadi tadi malam pak," ujar Febri di pagi itu dengan senyuman terpaksa. Sebelum mereka keluar secara terpisah dari hotel.

Hari-hari berikutnya, keduanya sama-sama bersikap seolah tak pernah terjadi apapun diantara keduanya. Seakan kejadian malam itu hanya mimpi belaka. Sesungguhnya, didalam hati Febri berharap sebuah keajaiban dimana ia akan dinikahi oleh Bakti. Tapi di sisi lain, ia juga sadar kalau keajaiban itu mustahil.

Sikap Bakti juga sedikit berbeda dari sebelumnya. Pria itu berusaha terus bersikap baik pada Febri. Seperti menyuruh Febri untuk pulang lebih awal ketika dirinya terlihat pucat. Memberikan sarapan pagi kepada Febri. Bahkan terkadang mengantarkan nya pulang. Sepertinya, ia juga menanggung rasa bersalah yang tak kecil.


☁️☁️☁️

Dua bulan kemudian, Febri merasa dirinya baru saja di hantam batu besar. Matanya terbelalak. Tangannya gemetar dan seketika tubuhnya melemas. Febri terduduk di atas kasur nya dan mengatur nafasnya yang mulai memburu. Ini mimpi kan? Ini bohong kan? Ini pasti sebuah kesalahan.

Febri pergi keluar dan mendatangi apotek guna membeli lebih banyak lagi benda yang tadi ia gunakan. Febri menggunakan semuanya dan semua memberikan hasil yang sama. Ini bukan mimpi. Ini sebuah kenyataan. Akibat yang harus ia tanggung.

Tapi, ia tak sendiri kan?

Setelah menghabiskan seharian untuk mempersiapkan mentalnya, malam itu Febri mendatangi rumah besar milik Bakti. Niat Febri adalah mengatakan bahwa dirinya sedang mengandung anak dari Bakti. Ia akan meminta Bakti untuk bertanggungjawab.

Saat pintu terbuka, tekad Febri hancur. Seorang wanita yang juga di kenali Febri membuka pintu rumah tersebut. Rosa, dengan perut yang membuncit. Febri merasa nafasnya tercekat.

"Kamu sekretaris suami saya kan?" tanya wanita itu dengan lembut.

"Siapa itu bu?" tanya suara berat yang jelas sangat Febri hafal. "Lho? Febri? Ada apa?"

Febri menarik nafas dalam. Sambil menundukkan kepalanya, ia mengambil keputusan yang semoga saja tak ia sesali.

"Saya mau mengundurkan diri pak. Besok pagi akan saya antar suratnya ke hotel. Saya akan berhenti jadi sekretaris bapak. Terimakasih banyak pak," ujar Febri lalu membungkuk dan langsung pergi setelah nya.

AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang