Warning !
Ps : mungkin akan ada banyak typo2 yang bertebaran^^***
Jennie memberenggut kesal memasuki rumahnya. Ibunya tampak terkejut melihatnya begitupun dengan adik laki-lakinya yang berusia tiga tahun lebih muda darinya. Meskipun mereka memanggilnya berulang kali, gadis itu tidak mempedulikannya dan terus melangkah menuju kamarnya. Tak lama berselang lama, bunyi dentuman pintu yang terbanting keras terdengar hingga ke bawah tangga.
“Pasti karena bertengkar dengan Hyung lagi,” gumam adik Jennie, Kim Hyunsuk
Ibunya hanya mengangkat bahu lalu kembali dengan kegiatannya di dapur sementara Hyunsuk berjalan menuju ke kamar kakaknya.
“Jangan menggangguku!!” terdengar suara dari atas. Ibunya yang sedang memotong wortel hanya menghela nafas lalu menoleh pada putranya yang baru saja turun dari tangga.
”Hyunsukie... kau sudah hafal sifat kakakmu, jadi jangan menganggunya jika dia sedang kesal,” ibunya, Nyoya Kim menggelengkan kepalanya.
"Noona jahat, tiap kali dia bertengkar dengan Namjoon Hyung, aku juga kena sasaran. Psku pasti disita lagi dan dia akan memanggil temannya dan bermain gameku,” gerutu Hyunsuk.
“Darimana kau tahu kalau Noona-mu bertengkar dengan Namjoon? Mungkin dia sedang mengalami masalah di kampusnya”
“Ibu? Masalah di kampusnya? Noona? Cck, dilihat dari wajahnya siapapun tahu apa yang terjadi padanya.”
“Hyunsuk…”
Hyunsuk menghempaskan tubuhnya di sofa depan televisi. Dia mengacuhkan ibunya dan mulai memencet remote tv secara acak mencari channel yang bagus.
Nyonya Kim menarik nafas dalam-dalam lalu melirik ke atas tangga. "Apa lagi kali ini?"
–––
Jennie membolak balik tubuhnya di atas tempat tidur dengan kesal. Ia berbalik ke kanan, sebentar balik ke kiri dan itu terjadi berulang-ulang. Ponselnya berdering terus sejak tadi tapi Jennie tidak berniat untuk menjawabnya. Melihatnya pun dia tidak ingin apalagi memegangnya. Tanpa melihat dia sudah tahu siapa si penelpon. Siapa lagi kalau bukan Namjoon. Tunangannya. Calon suaminya.
Namjoon calon suaminya. Jennie mengulang.
Jennie dan Namjoon telah menjalin hubungan selama kurang lebih 5 tahun sejak mereka sama-sama bersekolah di High School. Jennie siswa pindahan dari New Zelend. Namjoon yang saat itu adalah senior Jennie, ketua osis, siswa berprestasi, menyatakan cintanya pada Jennie yang ternyata juga menyukainya. Hingga sampai Jennie lulus dan kuliah di salah satu universitas, hubungan mereka masih terjalin. Namjoon yang berusia 2 tahun lebih tua dari Jennie,menyelesaikan kuliahnya dengan cepat dan kini mengelola perusahaan milik ayahnya.
Jennie menatap langit-langit kamarnya, dia masih ingat dengan jelas sebulan yang lalu, di hari ulang tahunnya yang ke 25 Namjoon memberinya kejutan dengan melamarnya. Tidak ada yang bisa melukiskan betapa bahagianya dia saat itu. Pria yang dicintai akhirnya melamar, siapa yang tidak bahagia akan hal itu? Jennie mengangkat tangannya, sebuah cincin berlian melingkar di jari manisnya. Cincin yang sama yang dipakai Namjoon sebagai ikatan pertunangan mereka. Dia tersenyum pahit, dua minggu dari sekarang mereka akan segera menikah tapi kenyataannya, dia tidak bahagia seperti sebelum-sebelumnya.
Ponselnya kembali berdering. Jennie menyeka air matanya yang tanpa sadar sudah membasahi pipinya. Ia melirik ponsel yang tergeletak di meja, menunggu hingga deringan ponsel itu berhenti.
45 panggilan tak terjawab dan 10 pesan tak terbaca.
Ciri khas Namjoon. Jennie tersenyum tipis melihat layar ponselnya. Namjoon tidak akan berhenti menelpon sampai ia mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREWEDD [END]
Fanfiction[COMPLATED] Jennie-Namjoon | Romance Jennie kekakanakan... Namjoon menjadi sibuk dangan pekerjaannya.... Haruskah pernikahan mereka BATAL?!