Chapter 10 [End]

511 45 5
                                    

Jennie susah payah meneguk salivanya. Tubuhnya bergetar tanpa ia sadari, berulang kali ia membasahi bibirnya tapi kegugupannya masih mengalahkannya. Pertanyaan Namjoon seperti permintaan wajib ia laksanakan.

Sedetik kemudian, Jennie terbaring, merasakan empuknya kasur dengan Namjoon menekannya tubuhnya.

"O-oppa.. k-kita belum m-menikah..." suara Jennie semakin lama semakin pelan dan akhirnya menghilang. Dia tak berani menatap Namjoon apalagi setelah posisi mereka.

Ini aneh, saat mereka dalam posisi ini tadi, dia tidak begitu takut. Tapi sekarang, setelah permintaannya itu, entah kenapa Jennie berubah menjadi sangat gugup.

Namjoon mendekatkan wajahnya perlahan-lahan. "Kita tetap melakukannya setelah menikah. Jadi... Apa bedanya dengan sekarang?" bibirnya menyentuh kening Jennie. lambat turun ke bawah, mengecup hidungnya.

"Ttapi..t-tapi..." Jennie semakin gemetar saat nafas Namjoon menyentuh telinganya, seakan mengirim aliran listrik dalam tubuhnya.

"Kau tidak percaya padaku?" bisik Namjoon ditelinganya.

"Tidak. Bbukan begitu" Jennie menggigit bibirnya saat Namjoon menyentuh lehernya. Menggigitnya dengan lembut.

"Aku tidak akan menyakitimu.. kau tahu itu bukan?"

Jennie tidak menjawab, ia sibuk menahan nafasnya. Namjoon mempermainkannya, membuat Jennie tidak berdaya dengan kecupannya.

"A-aku tahu..."

Namjoon tersenyum mengangkat kepalanya, menatapnya dengan teduh. "Aku mencintaimu." Bibirnya kembali mencium bibir Jennie, mengklaim sebagai miliknya. Mengekspresikan seluruh cintanya dengan perlahan dan selalu lembut. Ia sabar menunggu Jennie membalas ciumannya. Tidak butuh lama, Jennie akhirnya membalas. Ciuman yang mengartikan kalau Jennie mempercayainya dan menyerahkan dirinya dan debelum Namjoon pergi lebih jauh, ketukan pintu kamar menganggunya. Memikirkan untuk mengabaikannya tapi mendengar suara si pengetuk pintu, otomatis tindakannya berhenti.

"Hyung, kau di dalam?"

Namjoon mengerang. Meskipun dia sangat menyayangi Hyunsuk sebagai adiknya sendiri, dia tetap tidak suka jika seseorang mengganggunya apalagi disaat yang penting seperti ini. Lain halnya dengan Jennie, dia sangat berterima kasih pada Hyunsuk. Bukan karena tidak menginginkan Namjoon, ia hanya belum siap. Dia terlalu takut dengan pembicaraan orang tentang malam pertama.

Jennie mendorong Namjoon pelan lalu melompat dari ranjang, setengah berlari menuju pintu. Yakin bajunya telah rapi, ia membuka pintu kamarnya. Di depannya, Hyunsuk tersenyum sumringah padanya.

"Hyung... Oh, Noona? Kenapa kau ada di sini?" Hyunsuk memicingkan matanya, menatap Jennie. "Noona, kau dan Hyugie-"

"Tidak terjadi apa-apa," Jennie langsung menyelesaikan kalimatnya. Ia tersenyum kaku, khawatir Hyunsuk akan mengetahui apa yang akan terjadi di antaranya dan Namjoon.

"Oh Hyung.... aku tidur denganmu ya?" Hyunsuk melambaikan tangan pada Namjoon yang baru menampakkan dirinya dan berdiri di samping Jennie.

"Kalian baru datang?" tanya Namjoon malas. Jennie tersentak dan segera menyikutnya. "Maksudku, ayah dan ibu sudah datang?"

Hyunsuk mengangguk cepat. Tidak begitu peduli dengan sikap Namjoon yang sedikit berubah. Dalam hati Jennie tersenyum geli. Dia tahu Namjoon pasti merasa kesal dengan Hyunsuk.

"Dimana ayah dan ibu?" Jennie bertanya.

"Mereka sudah masuk ke kamar. Semuanya tidak sabar menunggu hari pernikahanmu. Aku sampai bosan mendengar pembicaraan mereka di pesawat tadi." Hyunsuk mengeluh.

PREWEDD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang